Fenly mengancingkan satu persatu seragamnya sambil bersenandung kecil.
"Hari Senin ketemu ayang, pesonanya bikin mabuk kepayang." Entah lagu apa yang ia ubah liriknya, Fenly hanya bernyanyi random dengan lirik baru yang ada di otaknya.
Fenly membiarkan dua kancing atasnya terbuka, membiarkan kaus hitam yang ia pakai di dalam seragam itu terekspos.
"Aku punya ayang cantik tapi sukanya marah-marah. Setiap hari, mukanya merah." Kali ini Fenly bernyanyi dengan nada lagu 'kucing gemuk'.
Sambil menata rambutnya dengan Pomade, Fenly kembali melanjutkan senandungnya. "Ku terus goda-goda agar dia tertawa. Tapi sayangnya, aku di cubit." Tangan Fenly dengan lihai merapikan setiap helai rambut.
"Ganteng banget pacarnya Jane Olivia," pujinya, tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin.
***
"Bi Eni, tolong ambilkan susu yah," titah mami Aulia kepada bi Eni yang baru selesai menata makanan di atas meja.
Bi Eni mengangguk dan segera melaksanakan perintah.
"Selamat pagi tuan dan nyonya Abraham." Sapa Fenly dengan senyum mengembangnya.
Mami Aulia tersenyum melihat raut wajah sang anak yang cerah secerah wajah ibu-ibu saat berhasil mendapatkan uang pinjaman.
Mami Aulia bangkit dari duduknya dan menghampiri Fenly.
"Ganteng banget Boboy mami." Mami Aulia menguyel-uyel wajah Fenly.
"Mami--- ini muka lho bukan cucian." Kesalnya.
Mami Aulia hanya nyengir.
"Tumben belum di teriakin udah keluar kamar," Pak Abraham menatap heran anaknya.
"Iya soalnya mau jemput pacar, kalo telat nanti di cabik-cabik. Soalnya pacar Fenly kelakuannya kaya singa betina." Celetuknya.
Mami Aulia mengendus-endus badan Fenly dari dada hingga ketiak.
"Kurang wangi, Boy." Fenly ikut mengendus badannya.
"Ini udah wangi, Mi."
Mami Aulia menggeleng, wanita cantik itu pergi untuk mengambil sesuatu. Tak lama beliau kembali dengan sebotol parfum di tangannya.
Mami Aulia menyemprot banyak parfum di badan Fenly.
"Buset semerbak amat kaya kuburan baru." Celetuk pak Abraham.
"Kalo jemput pacar itu harus wangi kaya gini, jangan kaya papi jemput mami gak ada wangi-wanginya yang ada malah bau keringat." Sindir mami Aulia kepada sang suami.
"Namanya habis main bola." Pak Abraham tak mau kalah.
Mami Aulia tak mengindahkan ucapan suaminya itu, ia sibuk merapikan baju juga rambut anak kesayangannya.
"Kalo gini kan mantu mami bakal tergila-gila."
"Udah cakep, wangi, banyak duit pula." Kata mami Aulia bangga.
Fenly mengacungkan jempolnya. "Terbaik."
***
Fenly melajukan mobilnya menuju rumah Jane.
Fyi Fenly udah punya SIM A yah, karna dia udah 17 tahun. Fenly buat SIM pas umurnya 17tahun lewat 15hari karna dia dapet kado mobil dari pak Abraham kalo gak buru-buru bikin SIM sayang katanya gak bisa pake mobilnya.
Fenly juga paling bawa mobil di sekitaran komplek doang, paling jauh ke sekolah sama rumah Jane aja kok. Jadi ceritanya masih logis yah😅 Fenly gak punya perusahaan sendiri dan belum ikut kerja sama pak Abraham. Emang karna Fenly anak semata wayang makannya pak Abraham memfasilitasi anaknya dengan wah banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jane & Fenly [Selesai]
Teen FictionJane menyembunyikan kisah hidupnya rapat-rapat sampai akhirnya Fenly datang dan mengetahui betapa menyedihkan kehidupan gadis itu. Siapa yang menyangka Jane si tegar dan ketus itu memiliki problem keluarga yang berat. Bapak yang kasar, suka berjudi...