Bu Rahma sudah membaik. Sementara Jane masih saja tak sadarkan diri. Sudah lebih dari 4 jam cewek itu tetap saja memejamkan matanya."Mbak gapapa?" Tanya nyonya Bella.
Bu Rahma menggeleng lemah. "Jane?" Suara lirih.
"Masih belum sadar, mbak."
Jane sudah di pindahkan ke ruang inap VVIP yang di pesan oleh Fenly. Cowok itu ingin memastikan kamar rawat sang pacar benar-benar bersih, luas dan nyaman.
"Bu, sudah baikan?" Tanya Fenly yang baru saja masuk ke ruang UGD.
Bu Rahma mengangguk. "Makasih, Fen." Ucap Bu Rahma dengan suara yang masih lemah.
"Fenly minta maaf yah, Bu. Harusnya Fenly datang tepat waktu." Fenly menunduk, ia menyesali segala hal yang terjadi. Andai saja Fenly tak ikut mengantar Wawan, andai saja Fenly dapat sampai tepat waktu dan andai saja Fenly menemani Jane pagi itu.
Nyonya Bella mengelus punggung Fenly, sementara Bu Rahma mengelus punggung tangan Fenly untuk menguatkan cowok itu. "Gapapa Fen, gak perlu ada yang di sesali."
***
Bu Rahma memaksa untuk ikut ke ruang inap Jane. Akhirnya Fenly dan nyonya Bella menyetujui dengan satu syarat, Bu Rahma harus pakai kursi roda.
Fenly membuka pintu kamar, mempersilahkan Bu Rahma yang di dorong nyonya Bella masuk lebih dulu. "Silahkan, hati-hati tangannya Bu."
Bersamaan dengan datangnya mereka Jane menoleh lemah kearah mereka.
"Jane kamu sudah sadar sayang," Bu Rahma memeluk Jane tatapannya sendu.
"Ibu gapapa?" Tanya Jane sangat lirih.
"Ibu gapapa sayang, kamu jangan mikirin ibu, pikirin kepulihan kamu dulu sayang."
Bu Rahma menggenggam tangan Jane, mengelusnya dengan lembut.
"Bu, maafin Jane yah." Bu Rahma menggeleng, air matanya lolos begitu saja.
"Kamu gak salah, jangan terus-terusan minta maaf."
"Jane mau peluk ibu," pinta Jane. Bu Rahma mengangguk ia memeluk anak gadisnya itu dengan erat.
"Makasih sayang, makasih sudah kuat. Makasih sudah hadir di kehidupan ibu, makasih sudah menjadi obat terbaik untuk ibu."
"Jane, sayang ibu." Bisik Jane lirih.
"Ibu juga sayang," Bu Rahma melepaskan pelukannya dari Jane.
Jane beralih menatap Fenly. "Fen," panggil Jane.
Fenly yang tadinya berdiri di samping nyonya Bella berjalan mendekati Jane membelai rambut sang pacar. "Mana aja yang sakit, sayang? Biar aku panggilin dokter buat periksa kamu."
Jane menggeleng lemah. "Tadi dokter habis dari sini pas kalian belum dateng."
"Kamu udah enakkan? Mau makan gak?" Tawar Fenly.
Jane menggeleng. "Nanti aja, aku masih lemes."
Fenly mengangguk. "Terus kamu mau apa?"
"Mau--- peluk, boleh?" Tanya Jane ragu.
Fenly mengangguk cepat dengan antusias. Ia memeluk Jane penuh kasih sayang, membelai rambutnya lalu mengecup singkat kening Jane.
"Makasih Fen, makasih sudah selalu ada." Bisik Jane.
Nyonya Bella hanya berdiri di tempatnya, diam. Menyaksikan adegan-adegan mesra di depannya tanpa sedikitpun suara. Perlahan air matanya menetes namun dengan cepat nyonya Bella menghapusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jane & Fenly [Selesai]
Teen FictionJane menyembunyikan kisah hidupnya rapat-rapat sampai akhirnya Fenly datang dan mengetahui betapa menyedihkan kehidupan gadis itu. Siapa yang menyangka Jane si tegar dan ketus itu memiliki problem keluarga yang berat. Bapak yang kasar, suka berjudi...