Tante Reni menata donat ke atas piring lalu menyuguhkannya kepada Jane dan Nara yang sedang asyik menonton drama di tv.
"Resep dari ibu kamu tuh Jane, coba deh icip rasanya sama gak?" Tante Reni menyodorkan piring donat kehadapan Jane dan Nara.
Nara langsung mencomot dan melahap donat coklat dengan antusias. "Enak, ma. Gak kalah enak dari donat Tante Rahma kok." Puji Nara membuat sang mama tersenyum senang.
Jane ikut mengambil dan menggigit donat. Tante Reni harap-harap cemas menunggu komentar dari Jane.
Jane mengangguk-anggukkan kepalanya. "Enak Tante."
"Serius?"
"Iya enak, ma. Coba minta resep kue lain deh sama Tante Rahma kali aja nanti kalian bisa saingan." Cetus Nara.
Jane menggeplak paha Nara, bunyinya terdengar sangat renyah hingga membuat gadis itu mengaduh sambil mengelus pahanya.
"Mau bikin usaha ibu gue gulung tikar Lo!"
Nara hanya cengengesan. "Becanda, lagian paling-paling cuma seminggu mama rajin bikin kue sisanya pasti rebahan." Ejek Nara.
"Nah itu, pesenan ketering aja mama cuma ambil dari orang-orang deket doang. Mager soalnya." Kata Tante Reni.
"Noh denger mama gue, hidupnya kaya gak butuh duit."
Tante Reni kembali ke dapur untuk melanjutkan membuat donat, membiarkan dua anak gadis itu menonton sambil sesekali teriak kegirangan di sela-sela adegan.
"Jane, mau cerita deh." Nara membalikan posisi menghadap Jane saat film yang mereka tonton sudah selesai.
Jane yang sedang minum hanya menatap Nara mengisyaratkan sahabatnya itu untuk melanjutkan ucapannya.
"Hm, tapi nanti Lo ngeledekin gue, gak jadi deh." Nara mengurungkan niatnya, ia kembali menghadap layar tv yang sudah mati seolah tengah berpikir keras.
Jane menaruh kembali gelas di tangannya setelah selesai minum. "Gue jambak rambut Lo nih, gaya-gayaan biar gue bujuk Lo buat cerita." Sinis Jane. Nara hanya nyengir.
Nara kembali menghadap Jane. "Athalla," ucapnya lirih.
"Kenapa onta waria itu?" Jane menyadarkan punggungnya ke badan sofa.
"Kok gue cemburu yah kalo liat dia jalan sama cewek lain." Nara mengerucutkan bibirnya.
Jane menoleh, menatap Nara untuk beberapa detik lalu tawanya menyembur sangat nyaring. "Hahaha." Jane terbahak.
Nara menatap Jane horor. "Udah gue duga respon lo bakal begitu." Nara melengos.
"Sorry-sorry." Jane menutup mulut, mencoba menghentikan tawanya.
"Gue dukung kalo Lo sama Athalla, Ra."
"Lo sahabat gue, Athalla juga sahabat gue. Gue tau kalian kaya apa, dan setelah mengimbang-imbang kayanya Lo berdua emang cocok deh."
"Ya tapi, masa gue sama Athalla sih Jaaaaneee," rengek Nara.
"Ya terus? Mau sama siapa? Wawan? Atau Jaka?" Jane menaik-turunkan alisnya menggoda.
"Eh, omong-omong soal Jaka, dia sweet banget tau."
Jane membenarkan posisi duduknya lebih nyaman lagi, siap mendengarkan segala curahan hati sahabatnya itu.
***
Jane melambaikan tangan ke arah Nara saat gadis itu melenggang pergi dari perkarangan rumah. Nara mengantar Jane sampai depan pagar.
"Hati-hati, jangan mampir sana-sini. Kabarin kalo udah sampe." Nara mewanti-wanti. Padahal Jane bukan lagi anak kecil.
"Siap bunda." Jane melambaikan tangan sebentar lalu berjalan menjauhi rumah Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jane & Fenly [Selesai]
Fiksi RemajaJane menyembunyikan kisah hidupnya rapat-rapat sampai akhirnya Fenly datang dan mengetahui betapa menyedihkan kehidupan gadis itu. Siapa yang menyangka Jane si tegar dan ketus itu memiliki problem keluarga yang berat. Bapak yang kasar, suka berjudi...