Sejak pulang dari rumah Jane, Fenly tak bisa berhenti memikirkan keadaan gadis itu. Sampai-sampai Fenly tidak tidur semalaman.Pagi ini Fenly sengaja berangkat sekolah lebih cepat untuk memastikan keadaan sang pacar. Sebenarnya Fenly ingin langsung datang ke rumah Jane, tapi takut gadis itu malah semakin marah nantinya.
***
"Jane," pekik Nara lantang.
Mata Nara membulat sempurna, ia menyentuh pipi Jane. Bekas tamparan semalam masih ketara di sana.
"Ini kenapa?" Tanya Nara heboh. Gadis itu sangat khawatir dengan keadaan sahabatnya saat ini.
Jane menepis tangan Nara dari pipinya.
"Biasa," sahut Jane malas.
Mendengar jawaban itu Nara sudah paham arah pembicaraannya. Yah, hanya Nara yang tahu segala masalah Jane. Terutama masalah dengan sang bapak.
Nara berdecak frustrasi. "Mau gue maki tapi bokap lo." Nara pasrah, toh apa yang bisa di lakukan gadis itu? Ia hanya bisa berdoa untuk keselamatan Jane sahabatnya itu. Selebihnya Nara hanya bisa memaki penuh emosi lalu mengutuki pria tua itu.
Jane tersenyum. "Lo doain aja biar cepet sadar."
Nara mengangguk. "Gue beli teh manis dulu yah,"
"Eh, gak usah." Cegah Jane.
"Ih, apaan sih. Orang buat gue,"
Jane hanya melongo. Bisa-bisanya ke gr'an. Ia hanya menatap punggung Nara membiarkan gadis itu berlalu dari hadapannya sambil tersenyum kecil. Terkadang sahabat memang menjadi obat paling ampuh untuk menyembuhkan luka, meski hanya sedikit.
Sepeninggalan Nara, Jane hanya duduk terdiam dengan segala pikiran yang berkecamuk. Seolah tak ingin terdoktrin dengan pikirannya, Jane mencoba menyibukkan diri dengan membaca buku.
Tring--
Satu notif masuk, Jane merogoh sakunya. Nama 'Fenly:)' tertera di layar utama.
Jane membuka pesan dari Fenly dengan segera.
Rooftop sekolah, gue gak terima alasan!
Jane mendengus kesal. Dengan berat hati ia bangkit dari duduknya dan pergi menuju tempat yang di perintahkan Fenly.
***
Fenly sudah duduk membelakangi Jane saat gadis itu tiba. Cowok itu menatap kosong kedepan entah sedang memikirkan apa.
Jane duduk di samping Fenly, gerakan gadis itu membuat Fenly menoleh.
"Eh, udah sampe."
Jane hanya tersenyum kecil.
Fenly menatap lekat setiap inci wajah Jane membuat Jane mengernyitkan dahi heran.
"Kenapa?"
Fenly tak menjawab, ia malah mengambil sesuatu dalam kresek yang diletakkan di bawahnya.
Jane hanya memperhatikan setiap gerakan Fenly dengan wajah kebingungan.
Fenly berdiri di hadapan Jane, tangannya dengan cekatan membuka tutup salep yang ia beli sebelum ke sekolah tadi, mengolesnya dengan hati-hati di pipi Jane.
Jane diam, membiarkan Fenly melakukan apa pun sesukanya. Karna Jane percaya, pacarnya itu tak akan berbuat yang aneh.
"Maaf," kata Fenly lirih.
"Harusnya gue gak biarin Lo kaya gini semalem." Lanjut Fenly dengan suara lemah, menyesali kebodohannya.
Fenly menutup kembali salepnya, memberikan benda itu kepada Jane. "Olesin tiap hari biar memarnya cepet hilang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jane & Fenly [Selesai]
Fiksi RemajaJane menyembunyikan kisah hidupnya rapat-rapat sampai akhirnya Fenly datang dan mengetahui betapa menyedihkan kehidupan gadis itu. Siapa yang menyangka Jane si tegar dan ketus itu memiliki problem keluarga yang berat. Bapak yang kasar, suka berjudi...