Entah apa yang ada di depan jalan sana. Sudah 20menit mobil yang di tumpangi Jane, Fenly, Athalla dan Nara hanya diam tak bergerak sedikitpun. Jalanan benar-benar lumpuh sekarang. Tak ada pergerakan di depan sana membuat empat remaja itu sibuk mengeluh dan memaki.
"Ah, pegel banget gue." Keluh Fenly dengan nada sebal khasnya. Kaki Fenly sampai kesemutan.
"Gantian kek, Tha. Gue pengen ngelurusin kaki nih."
Athalla yang duduk di belakang berdecak kesal tapi tetap bergerak menyetujui permintaan Fenly. Mereka bertukar posisi tanpa keluar dari mobil. Athalla sudah duduk anteng di depan kursi kemudi begitupun dengan Fenly yang sudah menyandarkan punggung dan meluruskan kakinya di sana.
"Ini kita tuker pasangan juga?" Athalla menoleh secara bergantian pada Jane di sampingnya lalu kepada Fenly dan Nara yang ada di belakang.
Jane dan Nara saling pandang sebentar lalu menggeleng. "Ogah banget gue," celetuk Jane.
Mereka ikut bertukar posisi.
"Nah gini kan enak, gue bisa pegang tangan ayang." Kata Athalla memamerkan genggaman tangannya dengan Nara. Mengangkatnya setinggi kepala.
"Gue juga dong," Fenly merebahkan badannya, ia menggunakan paha Jane sebagai bantal. "Bisa bobo di kelonin pacar." Fenly menarik tangan Jane, meminta cewek itu untuk mengelus rambutnya.
Yah begitu lah, isi kehidupan mereka berempat hanya di penuhi dengan saling pamer kemesraan.
***
Setelah hampir 40 menit terjebak macet, mereka akhirnya tiba di sebuah pantai. Gara-gara Jane dan Nara yang sedang tergila-gila drama Korea terbaru dimana salah satu adegannya berada di kawasan pantai. Akhirnya dua cowok remaja itu mau tak mau harus menuruti keingina mereka hingga rela bangun pagi dan bermacet-macetan demi ayang.
"Tidak begitu mirip, tapi sama-sama pantai it's oke." Gumam Nara, memandang sekeliling.
"Dah nih, kalian mau pada ngapain di sini? Bangun istana pasir?" Athalla melipat tangannya dibawah dada.
"Jarik ikan sih kayanya," sahut Jane, asal.
Fenly dan Athalla duduk di dekat pohon sementara dua cewek itu mendekat ke bibir pantai. Membiarkan kaki telanjangnya basah di terjang ombak.
Entah apa yang mereka berdua bicarakan, Fenly dan Athalla tak bisa mendengarnya. Tapi melihat mereka tertawa membuat keduanya ikut menyunggingkan senyum.
"Jadi mau pake adat apa, Lo?" Tanya Fenly pada Athalla.
Athalla yang sedang memeluk lututnya sambil menatap punggung Nara sontak menoleh saat Fenly bertanya demikian. Ia bahkan tanpa segan menjitak kepala Fenly agar otaknya kembali waras.
"Lulus dulu, kerja baru mikirin nikah. Mau di kasih makan apa anak orang." Cibir Athalla.
"Kan orangtua kita kaya, ngapain capek-capek kerja. Toh harta mereka gak akan habis sampai tujuh turunan." Ucap Fenly dengan sombongnya.
"Ah, bener juga." Athalla baru ingat jika dirinya adalah pewaris Erwinata. Tak perlu repot-repot cari pekerjaan pun papanya pasti akan kasih pekerjaan yang layak nantinya. Paling tidak modal usaha lah.
"Kalo gitu gue mau pake adat Sunda deh. Nenek kan orang Sunda." Tambahnya, senyumnya mengembang sempurna seiring dengan isi kepalanya yang melayang jauh mengimajinasikan kehidupan bersama sang kekasih.
"Gue adat Korea ah, biar pacar seneng." Kata Fenly membuat Athalla menyorotinya tajam.
"Gak cinta tanah air banget Lo!"
"Prewed doang, akad sama resepsi mah yah pake adat dari ibu mertua sama mami lah."
***
Setelah mengantar Nara dan Athalla pulang, sekarang hanya ada mereka berdua di dalam mobil yang sibuk bercerita banyak hal. Tentang rencana mereka setelah lulus, bahkan Fenly tanpa malu menceritakan angan konyolnya kepada Jane tentang kehidupan rumah tangga mereka jika nanti menikah. Yah, begitu lah namanya manusia bucin, isi kepalanya hanya hal indah bersama kekasih tanpa memikirkan beberapa hal buruk dan resiko yang akan terjadi nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jane & Fenly [Selesai]
Teen FictionJane menyembunyikan kisah hidupnya rapat-rapat sampai akhirnya Fenly datang dan mengetahui betapa menyedihkan kehidupan gadis itu. Siapa yang menyangka Jane si tegar dan ketus itu memiliki problem keluarga yang berat. Bapak yang kasar, suka berjudi...