"Ibu, Jane berangkat yah." Jane sedikit berteriak dari ruang tengah. Tangannya sibuk memasang dasi dengan gerakan cepat.
"Iya," sahut ibu di dapur.
"Jangan lupa gorengan buat di titipin di warung depan sekalian bawa, nak." Kata ibu.
"Iya."
Jane mengambil kotak berisi gorengan yang sudah di siapkan ibu di atas meja.
Begitulah rutinitas Jane. Sebelum berangkat sekolah ia akan mampir ke beberapa warung untuk menitipkan gorengan dan mengambil uang hasil penjualan kemarin.
Jan hanya perlu berjalan beberapa langkah untuk sampai di warung pertama.
"Bi, tempatnya nanti Jane ambil pulang sekolah aja yah." Jane menaruh kotak gorengan baru di atas kotak gorengan yang kosong.
"Iya, gak apa-apa, Neng. Ini uang buat gorengan kemarin yah. Besok-besok risolnya di banyakin, orang-orang pada suka risol ibu kamu, Jane." Kata si Bibi warung, memberikan beberapa lembar uang kepada Jane.
"Best seller banget yah risol ibu." Jane tersenyum senang mendengarnya.
"Ya udah, bi. Jane mau sekolah dulu, nanti Jane bilang sama ibu buat bikin risol lebih banyak." Kata Jane sebelum pamit ke sekolah.
***
Tumben sekali Nara belum sampai. Biasanya sebelum Jane tiba, gadis itu akan menopang dagunya di atas meja. Melamun, entah apa yang di lamunkan, Jane hanya khawatir dengan kondisi kejiwaan sahabatnya itu, akhir-akhir ini suka sekali bengong seperti orang bodoh.
"Jane," Athalla masuk dan duduk di samping Jane. Cowok itu terlihat lesu dan tidak bersemangat.
"Kenapa Lo? Tipes?" Kata Jane yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Athalla.
"Sembarangan Lo kalo ngomong, gue ulek juga mulut Lo." Sewot Athalla, menyentil jidat Jane.
Jane memasang wajah masam sambil mengelus jidatnya.
"Ya lagian Lo lemes banget kaya bihun basah."
"Ck," Athalla berdecak kesal.
"Mama pesen kue 200 biji buat besok malem bisa?" Tanya Athalla, cowok itu menyandarkan punggungnya di kursi sambil melipat tangannya di bawah dada.
Jane mengangguk antusias. "Bisa banget dong."
"Eh, tapi bukannya arisan Tante Karin itu akhir bulan yah?" Mamanya Athalla memang biasa pesan kue di Jane untuk acara arisan, tapi biasannya beliau akan pesan di tanggal 28 atau 30, ini tumben masih pertengahan bulan sudah pesan. Sebenarnya tak masalah mau setiap hari pun. Malah Alhamdulillah Jane bisa tambah penghasilan.
Terdengar helaan napas berat keluar dari mulut Athalla. Cowok itu memasang wajah lesu dan tatapan seolah penuh beban.
"Si Uki mati."
Jane menganga sempurna. Kaget dengan ucapan Athalla barusan.
"Mati?"
Athalla mengangguk lemah.
"Kelinci Tante Karin mati?"
Sekali lagi Athalla mengangguk.
"Ini gue harus bela sungkawa atau ngakak sih?" Jane bingung sendiri harus merespon apa, tapi ia juga tak bisa menahan tawanya.
"Emak gue malu-maluin banget deh sumpah. Kelinci mati malah ngadain tahlilan, mana pake undang warga segala lagi." Athalla menceritakan keluh kesahnya dengan wajah di tekuk.
Jane yang sudah tahu betapa ajaibnya keluarga Athalla itu hanya bisa melongo. Bingung harus bereaksi seperti apa. Ini Tante Karin kebanyakan duit kali yah, sampai kelinci meninggal saja buat acara tahlilan besar-besaran.
"Keren banget yah, Tante Karin." Ucap Jane takjub.
"Kalo emak Lo mau adopsi gue jadi peliharaan juga kayanya gue mau, Tha. Lebih enak jadi peliharaan Tante Karin deh dari pada jadi anaknya, kaya elo."
Mendengar ucapan Jane membuat Athalla mencabik.
"Gue sebenernya anak kandung mereka bukan sih Jane? Papa sibuk sama burung, mama sama kelinci, kak Sasha sama kucing. Kayanya mereka lupa kalo di rumah ada manusia paling ganteng sejagat raya."
Jane menggeplok kepala Athalla dengan kencang tanpa rasa kasihan. Siapa tahu habis di geplok kesadaran Athalla kembali normal.
"Sakit, bego!" Pekik Athalla.
"Gak ada kasihan-kasihannya Lo sama gue,"
Jane hanya cengengesan.
***
Di ruang musik.
Seperti biasa, selesai latihan mereka akan santai-santai dulu di sana. Membiarkan badan mereka tersapu dinginnya AC.
Athalla masih menekuk wajahnya, hari ini cowok itu tidak selera untuk melakukan apa pun.
"Kenapa sih Lo?" Tanya Wawan.
Athalla akhirnya menceritakan kronologis saat ia pulang sekolah kemarin. Dimana Tante Karin menjerit histeris saat mengetahui kelinci kesayangannya meregang nyawa.
Sebenarnya Athalla senang, kelinci itu mati. Tapi permasalahannya adalah acara tahlilan yang memalukan itu. Mana Tante Karin ingin mengadakannya selama 7hari layaknya orang meninggal pada umumnya. Tidak hanya itu, bahkan Tante Karin meminta pak ustadz mengaji 24jam di depan makam kelinci sialan itu.
Mendengar cerita Athalla membuat ketiga sahabatnya itu tertawa terbahak. Menertawakan betapa malang nasib anak bungsu Erwinata itu.
"Bener-bener gak ada perikemanusiaan semua temen gue." Kesal Athalla. Ia sampai menendang barang di depannya.
Fenly menghentikan tawanya. "Terus gue harus kirim karangan bunga gak kerumah Lo?" Fenly langsung mendapat tatapan mematikan dari Athalla.
"Ini gue bingung, sebenernya yang kudu di bawa ke psikolog keluarga elo apa elo nya sih, Tha? Kayanya yang gak waras elo deh." Kata Wawan.
"Bisa-bisanya Lo normal sendiri, padahal keluarga Lo ajaib semua." Ledeknya.
Athalla melempar kasar botol tepat mengenai jidat Wawan. Sumpah mengadukan keluh kesah kepada ketiga teman laknatnya itu bukan sebuah solusi yang tepat. Tak ada jalan keluar atau sekedar ucapan menenangkan yang ada ia malah di jadikan bahan lelucon.
"Yang bikin sebel, emak gue ngumumin kematian si Uki di masjid masa." Athalla gedek sekali mengingat itu padahal ia sudah melarang mamanya untuk tidak melakukan itu. Sialnya diam-diam mama kesayangannya itu malah pergi ke masjid dan mengumumkan sendiri kematian kelinci hitam putih itu sambil sesegukan.
"Hahah," tawa ketiganya kembali terdengar. Padahal sudah menahannya sebisa mungkin.
"Gue udah bilang, gue aja yang solatin si kelinci sialan. Udah puyeng-puyeng nyari niat solat jenazah khusu hewan biar emak gue gak lakuin hal konyolnya. Eh, malah beneran lakuin."
"Udah gapapa Tha, biarin emak Lo mau ngapain aja dah, terserah." Wawan mencoba menenangkan sahabatnya itu.
Fenly dan Jaka manggut-manggut, setuju.
"Usul gue sih, mending Lo juga ikutan ternak buaya, Tha. Biar gak stres." Kata Fenly memberi usul.
"Gak buaya juga dong, Boim!" Seru Wawan.
"Tau, masa buaya pelihara buaya." Canda Jaka.
Mereka kembali tertawa.
"Mana ada buaya jomlo terus, gini." Keluh Athalla, meratapi nasibnya yang tak kunjung punya pacar.
"Skip ah, males dengerin keluh kesah jomlo." Kata Jaka.
"Kaya elo punya pacar aja!" Sindir Fenly.
"Lo juga kaya punya aja," balas Wawan.
"Pu-- eh, e--enggak deng iya enggak. Heheh." Fenly gelagapan. Hampir saja keceplosan.
##
Hi guys, inget gak di cerita Nathalla ada adegan kelincinya mama Karin mati? Nah, ini nih ternyata berujung panjang guys😅 antara kasihan sama ngakak ngeliat nasib Athalla yah😂 ajaib banget emang mama Karin tuh:v
Btw kalian bisa baca Nathalla dulu guys, biar kenalan sama D'Black Boys si band sekolah yang kata Nara "Latihan terus manggung kaga.", Itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jane & Fenly [Selesai]
Novela JuvenilJane menyembunyikan kisah hidupnya rapat-rapat sampai akhirnya Fenly datang dan mengetahui betapa menyedihkan kehidupan gadis itu. Siapa yang menyangka Jane si tegar dan ketus itu memiliki problem keluarga yang berat. Bapak yang kasar, suka berjudi...