28. Mama Bella?

20 12 0
                                    

Senin yang menyebalkan bagi siapa pun termasuk Jane. Tambah menyebalkan lagi saat ia lupa jika sepatu kesayangannya lupa di cuci, mau tak mau Jane harus pakai sepatu lain.

Gadis cantik itu memoles bibirnya dengan sedikit liptint, merapikan poni membahananya lalu memeriksa kembali tas sekolahnya sebelum pergi.

Setelah memastikan tak ada yang tertinggal dan pakaiannya sudah rapi, Jane keluar dari kamar.

"Ibu," panggil Jane, tangannya sibuk membentuk dasi di lehernya dengan kepala yang menunduk.

"Iya, kenapa nak?"

Jane mendongakkan pandangan setelah selesai memakai dasinya. Gadis itu sedikit tersentak saat melihat nyonya Bella berada di ruang tamu rumahnya, duduk tenang sambil menatap bingkai foto berukuran sedang yang di tempel di tembok.

Bu Rahma menyenggol lengan Jane pelan "Salim sama mama mu sana." Titahnya.

Jane bergeming, ia ragu untuk mendekati nyonya Bella. Rasanya sangat canggung, apa lagi Bu Rahma seolah meminta Jane untuk memanggil nyonya Bella dengan sebutan 'mama'. Harusnya Jane tak keberatan dengan itu, karena Bu Rahma sepertinya ingin agar Jane menghormati nyonya Bella sebagai ibunya, mungkin jika cerianya lain, Jane juga akan dengan senang hati memanggil wanita itu dengan sebutan demikian.

Kali ini Bu Rahma mendorong tubuh Jane agar beranjak dan mendekati nyonya Bella. Mau tak mau Jane menurut.

Nyonya Bella seolah menyadari kehadiran Jane. Wanita cantik itu menoleh dan tersenyum dengan sangat manis kepada anak gadisnya itu.

"Eh Olive, selamat pagi sayang." Sapa nyonya Bella. Yah Nyonya Bella memang memanggil Jane dengan nama belakang gadis itu 'Jane Olivia'.

"Pagi nyonya." Jane tersenyum mengulurkan tangannya untuk salim. Nyonya Bella memberikan tangannya lalu Jane mengecup singkat punggung tangan nyonya Bella.

Mungkin ini hal sepele tapi bagi nyonya Bella itu sangat berarti. Degup jantungnya berdetak tidak karuan, perasaan haru dan senang meluap dengan cepat menjalar memenuhi hatinya. Belasan tahun, baru pertama kalinya ia dikecup tangannya oleh sang anak. Nyonya Bella senang kehadirannya di hargai oleh Jane.

"Makasih sayang, makasih sudah mau menghargai kehadiran mama." Mata nyonya Bella bahkan sudah berkaca-kaca saking harunya.

Jane malah bingung. Ia hanya salim itu pun di suru ibunya tapi mengapa respon nyonya Bella sangat lebay begini?

Jane mengangguk. "I--iya, nyonya."

"Jane, panggil mama!" Tegur Bu Rahma.

"Ih, ibu--" rengek Jane. Ia belum terbiasa dengan sebutan itu. Lagi pula Jane yakin jika nyonya Bella bukan ibu kandungnya, mana ada ibu kandung yang tega pergi titipin anaknya ke orang lain.

"Gapapa mbak, Olive perlu adaptasi." Nyonya Bella membela Jane.

Bu Rahma mengembuskan napas panjang. "Ya sudah. Jane sarapan dulu ibu masak nasi goreng kunyit sama perkedel kesukaan kamu."

"Asik," Jane langsung berjalan girang menuju meja makan.

"Ayok Bel, ikut sarapan." Bu Rahma memboyong nyonya Bella ke ruang makan.

Jane sudah duduk di bangku dengan nasi goreng kunyit dan perkedel di depannya yang siap ia lahap.

"Dia suka banget sama nasi goreng kunyit, Bel, bisa nambah tiga kali kalo saya masakin ini." Bu Rahma menyendokan nasi kedalam piring tak lupa dengan perkedel.

"Oh yah? Wah pasti enak banget masakan mbak, makannya Olive suka."

Entah kenapa obrolan Bu Rahma dan nyonya Bella membuat Jane tak nyaman. Ia yang awalnya antusias melahap makanannya sekarang malah bermalasan.

Jane & Fenly [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang