Bu Rahma sibuk dengan segala macam bahan dan adonan di depannya. Setelah mengukus kue, beliau kembali mengadoni tepung untuk membuat kue selanjutnya.
Sudah pukul 20.00 tapi Jane belum juga pulang, Bu Rahma di buat repot oleh pekerjaannya sendiri.
Pesanan 100 macam kue untuk pagi nanti membuat ibu berparas ayu yang tak pernah termakan usia itu harus merelakan jam tidurnya molor untuk mempersiapkannya.
Bu Rahma mengembuskan napas lelah, ia mengusap peluh di kening dengan punggung tangan.
Tak pernah ada keluhan yang keluar dari bibir manis wanita itu, secapek apa pun beliau setiap harinya. Senyumnya tak pernah berhenti terpancar apa lagi di depan Jane sang anak semata wayangnya.
"Sebentar." Bu Rahma sedikit berteriak dari dapur saat sebuah ketukan terdengar dari depan.
Bu Rahma meninggalkan adonannya. Beliau mencuci tangannya terlebih dulu di wastafel, mengelapnya dengan serbet lalu berjalan dengan langkah lebar menuju pintu utama.
"Tunggu sebentar," Bu Rahma mempercepat langkahnya.
Pintu terbuka bersamaan dengan itu tubuh Bu Rahma seakan membeku di tempat. Beliau berusaha mencerna apa yang di lihatnya.
"Selamat malam," sapa orang di depan Bu Rahma.
Bibir yang tak pernah berhenti mengukir senyum itu kali ini terlihat datar. "Malam, Bella."
Yah, Nyonya Bella berdiri di depan pintu dengan senyuman dan mata berbinar seolah berbicara dengan sangat bahagia di sana.
"Mba, aku datang kembali untuk menjemput anakku." Kata nyonya Bella. Ia sudah tak bisa lagi menahan haru. Matanya berkaca-kaca, setelah belasan tahun mencari dan bersabar menunggu akhirnya hari ini ia akan bertemu dengan anak gadisnya.
Bu Rahma membuka pintu lebih lebar, mempersilahkan nyonya Bella untuk masuk. "Kita bicara di dalam, Bell." Bu Rahma memberi jalan untuk nyonya Bella.
"Mba, aku kangen anakku. Boleh aku ajak dia pulang?"
Bu Rahma menarik napasnya yang terasa sesak lalu menghembuskannya dengan perlahan. "Saya tidak bisa mengiyakan dan juga tidak bisa melarang. Semua keputusan ada di tangan Jane, biar dia yang menjawab." Kata Bu Rahma dengan bijak.
Memang begitu adanya. Beliau tak bisa menahan Jane untuk tetap tinggal bersamanya pun tidak bisa memaksa gadis itu untuk ikut bersama ibu kandungnya.
Yah, Nyonya Bella adalah ibu kandung Jane. Ibu yang melahirkan Jane lalu memberikan Jane kepada Bu Rahma dengan sebuah alasan. Padahal tak ada alasan apa pun yang dapat di terima untuk ibu yang meninggalkan anaknya begitu saja.
"Mba, makasih yah sudah menjaga Oliv dengan baik. Makasih sudah merawat Oliv dengan penuh kasih sayang sampai ia tumbuh menjadi anak yang baik dan manis."
Bu Rahma hanya mengangguk sebagai respon. Ia tak tahu lagi harus bersikap seperti apa. Kembalinya nyonya Bella membuat otaknya buntu dan tak bisa berpikir dengan baik.
"Bel, apa pun keputusan Jane nanti saya harap kamu dapat menerimanya. Dan tolong jelaskan dengan detail alasan kamu pergi, karna Jane bukan anak kecil ia sudah paham situasi dan paham bagaimana mengungkapkan emosi." Kata Bu Rahma.
Nyonya Bella tersenyum simpul, ia sudah siap dengan apa pun resiko yang ia dapatkan nantinya. Yang terpenting sekarang hanyalah Jane tahu ia ibunya dan nyonya Bella dapat memastikan Jane hidup dengan baik. Itu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jane & Fenly [Selesai]
Teen FictionJane menyembunyikan kisah hidupnya rapat-rapat sampai akhirnya Fenly datang dan mengetahui betapa menyedihkan kehidupan gadis itu. Siapa yang menyangka Jane si tegar dan ketus itu memiliki problem keluarga yang berat. Bapak yang kasar, suka berjudi...