Pintu kamar tamu sedikit terbuka, membuat Fenly yang awalnya hanya ingin lewat untuk mengambil minum di kulkas akhirnya menghentikan langkah.
Cowok itu menatap pintu kamar tamu dengan perasaan rindu yang teramat. Bayang-bayang Jane benar-benar tak bisa pergi dari pikirannya. Fenly memutuskan untuk masuk kedalam. Tak hanya kenangan, bahkan aroma parfum Jane seolah tertinggal di sana.
Fenly duduk di atas ranjang, mengusap seprai motif bunga putih itu dengan lembut.
"Aku gak ngerti lagi kenapa aku bisa ketemu orang sebajingan kamu, Jane. Untuk lindungi dan ngebahagiain diri sendiri aja kamu gak bisa, so-soan mau lindungi dan bahagian aku dengan cara kamu pergi gitu aja." Fenly tertawa samar, tawa yang terdengar sangat menyakitkan.
"Ngorbanin kebahagian sendiri buat orang lain itu jahat Jane, lebih jahat dari apa pun."
Satu tahun bersama dengan Jane tidak membuat Fenly paham segala jalan pikiran gadis itu. Jane selalu saja ambil keputusan bodoh di saat dia emosi, hingga terkadang membuat semuanya berantakan.
Mata Fenly menelusuri setiap bagian kamar, hingga pandangannya terhenti di satu foto yang berada di atas meja rias. Fenly mengambil foto itu.
"Aku kangen, Jane." Foto yang di ambil pada saat from night sekolah membuat ingatan Fenly kembali ke waktu beberapa Minggu lalu bersama Jane.
Hari itu Fenly mengajak Jane dan mami Aulia ke mall membeli beberapa pakaian dan perlengkapan untuk acara from night sekolah nanti malam.
Tema yang di ambil tahun ini sangat santai "Love you'r self." Mencintai diri sendiri. Gilang sebagai koordinator acara sengaja mengambil tema demikian karna katanya, "Sejauh apa pun lo pergi, secapek apa pun lo jalan, semenyedihkan apa pun diri lo. Pada akhirnya lo hanya butuh diri lo sendiri. Cuma diri lo yang tau bagaimana keadaan hati dan bagaimana cara memperbaiki. Orang lain hanya bisa support, itu pun akan pergi jika dirasa bosan dengan keras kepalanya lo."
Mungkin lebih tepat disebut sebagai malam keakraban dari pada from night. Gilang meminta semua orang memakai pakaian senyaman mereka, tanpa dandanan berlebihan dan tanpa ribet mikir bawa gandengan.
Mami Aulia mengajak Jane masuk ke salah satu store langganannya. Para pelayan menyambut kedatangan mereka dengan ramah.
Setelah berkeliling beberapa saat dan melihat aneka model dress cantik.
"Kita cari toko lain aja yuk, Mi." Ajak Jane sedikit merengek. Wajah gadis itu terlihat gelisah setelah melihat satu dress cantik di depannya.
Mami Aulia mengernyitkan dahi. "Bajunya jelek-jelek yah? Coba aja liat-liat dulu, kalo masih gak ada yang cocok baru kita cari store lain. Ini langganan mami lho, bajunya bagus-bagus menurut mami." Kata mami Aulia. Tangannya masih sibuk menyibak-nyibakkan baju satu persatu, mencari model yang pas untuk calon menantunya itu.
Jane menggelengkan kepala lemah. "Bajunya bagus-bagus kok."
Mami Aulia menghentikan aktivitasnya lalu menatap Jane. "Terus kenapa?"
"Mahal, mi." Jane setengah berbisik.
"Yuk cari store lain." Jane menggoyang-goyangkan tangan mami Aulia yang berada dalam genggamannya, layaknya seorang anak kecil yang meminta sesuatu.
Mami Aulia hanya tersenyum. "Pilih mana aja yang kamu suka. Jangan mikirin harga, ambil semua. Kamu lupa kalo calon mertuamu ini kaya raya?" Mami Aulia terkekeh kecil.
Fenly datang menghampiri mereka berdua setelah mendapatkan apa yang di carinya. Cowok itu menaruh lengannya di bahu Jane, merangkulnya.
"Kenapa?" Tanya Fenly penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jane & Fenly [Selesai]
Teen FictionJane menyembunyikan kisah hidupnya rapat-rapat sampai akhirnya Fenly datang dan mengetahui betapa menyedihkan kehidupan gadis itu. Siapa yang menyangka Jane si tegar dan ketus itu memiliki problem keluarga yang berat. Bapak yang kasar, suka berjudi...