Keputusan Jane sudah bulat, ia ingin berangkat ke negri mana pun untuk jadi TKW. Sebenarnya bisa saja ia melamar jadi buruh pabrik, apa lagi ia fresh graduate yang kemungkinan di terimanya sangat besar. Tapi Jane tak hanya membutuhkan uang, ia juga membutuhkan ketenangan.
Berada di sini membuat harinya selalu pusing memikirkan banyak hal. Bu Rahma dan nyonya Bella yang membuat Jane pening harus memilih tinggal dengan siapa. Pak Dito yang tak tahu keberadaannya dimana, sewaktu-waktu bapaknya itu pasti akan datang dan membuat kekacauan lagi. Para penagih hutang yang kehadirannya selalu ngajak tauran. Dan, Fenly, mantan pacar yang bayangnya sulit untuk di lupakan.
Padahal sejak awal ia sudah mewanti-wanti Fenly untuk tidak masuk lebih dalam ke kehidupannya. Tapi cowok itu sangat keras kepala, akhirnya sekarang? Jane tak bisa berbuat apa-apa selain melawan rasanya.
Siang ini ia akan berangkat ke alamat yang tertera di iklan untuk mendaftar.
Di sana ia hanya mengisi formulir dan di tanya-tanya seputar kesiapan kerja.
"Siap mbak, saya sangat siap." Ucap Jane tanpa ragu-ragu.
"Baik kalo begitu, Adek bisa langsung dateng ke sini Minggu depan. Kita akan ada pelatihan." Katanya. Jane mengangguk mantap.
***
Hari yang ditunggu akhirnya tiba, Jane menyambutnya dengan antusias.
"Bu," panggil Jane.
Bu Rahma yang tengah mengiris bawang menoleh. "Iya?"
"Jane keluar sebentar yah." Izinnya, Jane memeluk Bu Rahma dari belakang. Mengecup singkat puncak kepalanya.
"Hati-hati."
***
"Lo kenapa sih ngelamun terus?" Tegur Athalla jengah. Ia takut temannya itu kesurupan apa lagi menurut info yang beredar kampus yang mereka kunjungi ini sangat horor.
Athalla bergidik sendiri. Cowok itu kebanyakan menonton film horor saat liburan, alhasil apa pun yang di lewatinya ia selalu membayangkan jika tempat itu ada penunggunya.
Fenly berdecak sebal. Akhir-akhir ini ia tak memiliki semangat untuk melakukan apa pun.
"Si Jane masuk kampus mana dia?" Pertanyaan Athalla membuat Fenly memutarkan bola matanya malas. Ia hanya mengangkat bahu sebagai respon. Mendengar nama Jane membuat pikirannya kembali ke masa dimana gadis itu dengan tega memutuskan hubungan dengan sepihak.
Athalla mengernyitkan dahi. Merasa ada sesuatu yang terjadi di antara kedua temannya itu.
Gelas berisi es teh yang awalnya ingin di teguk itu kembali Athalla letakan di atas meja. Ia melipat tangannya di atas meja lalu menatap Fenly dengan serius.
"Ada masalah?" Tanyanya.
Fenly menggeleng. "Enggak."
"Bohong." Cibir Athalla. "Mana mungkin si bucin tiba-tiba galau tanpa sebab."
"Bisa aja, gue buktinya." Sambar Fenly cepat.
Athalla menyandarkan punggung ke badan kursi sambil melipat tangannya. Ia hanya menatap Fenly dengan ketus tanpa mau bertanya lagi.
"Kenapa Lo liatin gue begitu? Suka Lo?" Sinis.
Athalla hanya menyunggingkan senyum smirk. "Kalo ada masalah selesaikan. Jangan diem kaya orang bego begitu."
Fenly tak berminat menimpali, ia hanya mengaduk-aduk es miliknya dengan sedotan.
"Setelah ini Lo mau kemana?" Athalla mencoba mengalihkan pembicaraan karna melihat wajah Fenly yang masam. Ia paham dengan keadaan mood Fenly yang berantakan akan tambah hancur jika terus menyinggung soal hubungan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jane & Fenly [Selesai]
Teen FictionJane menyembunyikan kisah hidupnya rapat-rapat sampai akhirnya Fenly datang dan mengetahui betapa menyedihkan kehidupan gadis itu. Siapa yang menyangka Jane si tegar dan ketus itu memiliki problem keluarga yang berat. Bapak yang kasar, suka berjudi...