07: Mode Menghukum

3.1K 169 33
                                    

"Setelah semua yang kita lalui, kamu masih tak percaya dengan perasaanku, Y/n? Aku cemburu saat melihatmu dekat dengan banyak lelaki, tapi bedanya sekarang aku bisa menampilkan reaksi itu langsung dihadapanmu karena kamu sudah mengetahui perasaanku!" kamu tatap mata Sunghoon saat lelaki itu mengutarakan isi hatinya sampai membuat matanya berkaca-kaca dihadapanmu, bukan karena sedih namun karena ia begitu kesal atas ketidakpekaanmu yang terus meragukan perasaannya. Sunghoon bahkan tak memperdulikan keberadaan Domin lagi disekitaran nya, apakah itu kurang cukup untuk meyakinkanmu?

Kamu tundukkan kepalamu seraya bergumam, "Maafkan aku Sunghoon". Tak bermasud menyakiti hati Sunghoon tapi, kamu hanya perlu kepastian atas segala yang orang lain rasakan padamu. Termasuk perasaan yang Sunghoon rasakan, kamu cenderung meminta kepastian karena kamu takut kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidupmu untuk kesekian kalianya. Ya, tanpa kamu sadari, trauma yang begitu dalam dapat merubah sifatmu ke arah yang lebih buruk seperti ini. Sebenarnya, kamu bukan tidak peka tetapi lebih ke arah membutuhkan validasi atas segala yang orang lain rasakan, seperti saat ini kamu tahu Sunghoon menyukaimu, tapi kamu seolah ragu dan ingin terus mendengarkan lelaki itu yang menyatakan secara langsung kalau ia menyukaimu lebih dari sekedar sahabat. Apalagi saat Domin tiba-tiba muncul dihadapan kalian, kamu hanya takut lelaki itu kembali melihat ke arah mantan kekasihnya meskipun ada kamu disekitaran mereka.

Sunghoon tarik napas dalam, sambil berusaha meredam amarahnya saat melihatmu kembali menundukkan wajahmu. Sunghoon tak ingin melihat lagi kesedihan di wajahmu, sehingga lelaki itu buang seluruh kekesalannya atas ketidakpekaanmu dan mulai tersenyum sambil mengangkat wajahmu. "Okay, aku lupa dengan sifatmu yang ini, tidak peka atas apa yang aku rasakan! Jadi, aku cemburu karena kamu bekerja dengan banyak lelaki di cafe itu. Kedua, aku cemburu karena kamu terlihat begitu santai melakukan skinsip dengan lelaki lain di depanku. Masa cipika-cipiki dengan calon bosmu seperti sesama perempuan, kita menjunjung adat ke timuran, Y/n. Jadi aku tak mau tahu, kamu harus bersikap sewajarnya saja dengan bos tempatmu bekerja. Ketiga, aku masih kesal dengan pesan yang teman kampusmu kirimkan padamu, bisa-bisanya dia memberika foto kelaminnya ke-" Sunghoon tak henti mengomel jika tidak kamu balas omelan lelaki itu dengan tawa pelan. Sunghoon yang bingung dengan reaksimu itu pun mulai menampilkan wajah yang sengaja ia buat sangar agar kamu takut padanya.

Namun, dengan masih tertawa pelan, kamu peluk lelaki di hadapanmu begitu erat. Kamu tenggelamkan wajahmu di dada bidangnya sambil menghirup aroma parfum Sunghoon yang kamu sukai. "Kau bisa datang setiap hari untuk mengawasiku, aku berjanji tidak akan berpaling darimu apalagi ke rekan kerjaku, Sunghoon." ucapmu yang langsung Sunghoon jawab dengan elusan pelan di belakang kepalamu. Sunghoon peluk balik dirimu begitu erat sambil memejamkan kedua atensinya, tak perduli walau suasana di sekitaran kalian terpantau cukup ramai oleh para pejalan kaki. "Aku hanya takut kamu jatuh cinta pada lelaki lain. Sekarang aku boleh dong memintamu hanya jatuh cinta padaku? Jatuh cinta yang lebih dari sekedar sahabat." jelas Sunghoon membuatmu melepaskan pelukan kalian.

"Boleh dong, aku sedang berusaha untuk mencintaimu lebih dari sekedar sahabat kok." gumammu begitu pelan dan terkesan malu. Melihat itu senyuman tak bisa lagi kalian sembunyikan hingga tanpa merasa malu sedikitpun, sunghoon cium bibirmu di tengah keramaian. Hanya menempel sekilas sebelum kamu bertanya, "Aku takut banget lihat ekspresimu tadi saat bertemu dengan Domin," ucapmu, saat Sunghoon bawa hidung kalian saling bergesekan penuh kasih sayang. "Seperti ingin menerkamku detik itu juga." lanjutmu.

"Itu saat aku berada dalam mode serius atau marah," jelas Sunghoon membuatmu tertawa pelan.

"Katanya kamu juga punya mode menghukum ya?" tanyamu yang langsung dijawab Sunghoon, "Iya punya, tapi aku ga bisa marah dengan kamu, kalaupun marah paling sebentar aja." jelas Sunghoon membuatmu memanyunkan bibirmu. Melihat ekspresi kecewa di wajahmu semakin membuat Sunghoon bersemangat.

"Yah, padahal aku pingin lihat kalau Sunghoon dalam mode menghukum." gumammu, kembali memecah tawa lelaki itu.

"Mau lihat aja atau sekalian ngerasain nih?" tanya Sunghoon memang berniat menggodamu, kamu yang malu pun kembali memeluk tubuh sahabatmu sebelum menjawab, "Dua duanya dong." tanganmu bahkan refleks menekan puting payudara Sunghoon di hadapanmu sambil mengatakan, "Mode menghukum Sunghoon diaktifkan!" yang malah membuat Sunghoon semakin gemas dan ingin menciumi perpotongan lehermu. Kalian tertawa penuh kebahagiaan tanpa menyadari jika kalian sudah mulai mendapat banyak perhatian dari para pejalan kaki yang melintas. Banyak yang berpikir kalian adalah pasangan yang serasi dan sangat manis karena tak segan menunjukkan kemesraan di depan khalayak ramai.

Sunghoon pun menyudahi kegiatan kalian sebelum ia tak bisa tenggelam dalam mode yang kamu inginkan. Ya, mode menghukum membutuhkan sedikit amarah agar terasa lebih nyata, namun sekarang Sunghoon bahkan tak bisa menyembunyikan senyuman di wajahnya saat menarik tanganmu menuju sebuah taman kota. Ia merasa begitu bahagia saat bersamamu, apalagi dengan sikap manja nan menggemaskan yang kamu berikan saat bersamanya. Rasanya seperti momen yang selama ini ia impikan akhirnya terwujud dalam bentuk yang lebih dari ekspetasinya.

"Agar lebih terasa adrenalin dari hukuman yang akhu berikan, aku ingin kita melakukannya di toilet umum." ujar Sunghoon yang langsung menghentikan langkahmu. Kamu tatap lelaki itu tak percaya dan ingin melepaskan genggaman tangan kalian.

"Yang benar saja Hoon, aku pikir kita akan kembali ke rumah." ucapmu berniat meninggalkan lelaki itu, namun dengan cepat Sunghoon menahan langkahmu sambil meremas pergelangan tanganmu. "Mode menghukum telah diaktifkan, semakin gentar menolak maka akan semakin kasar pula hukumannya!" ucap Sunghoon sambil menarik tanganmu untuk memasuki sebuah bilik dalam toilet laki-laki yang sedang kosong. Beruntung dalam toilet tersebut, kebersihannya sangat tejaga, apalagi setelah pandemi yang menyerang seluruh dunia termasuk Korea Selatan.

Kamu yang semula ingin memberontak pun hanya bisa tertawa pelan setelah mendengar ucapan lelaki itu, persis seperti robot yang suka ngebug tapi sangat tampan. Dia adalah Park Sunghoon, sahabatmu. Langsung Sunghoon kunci pintu toilet lalu menghimpitmu ke dinding dalam bilik tersebut. Harum dan hening, suasana itu tanpa sadar membangkitkan adrenalin dalam diri kalian berdua. Sunghoon yang berperan sebagai pencetus dari ide gila ini pun sempat tersenyum manis sebelum ia rubah ekspresi wajahnya menjadi lebih dingin dalam sekali kedip. Kamu hanya terus memperhatikan lelaki itu sebelum Sunghoon yang ingin mencium bibirmu dibuat terkejut atas kedatangan beberapa lelaki dalam toilet ini.

"Rame ya?" tanya Sunghoon begitu pelan seraya berbisik. Kamu pun refleks tertawa pelan sambil memukul dada Sunghoon di hadapanmu, "Makanya, lebih baik kita lakukan di rumah saja, jangan disini!" ucapmu yang langsung lelaki itu jawab dengan anggukan kepala patuh. Inilah yang membuatmu tertawa, saat melihat Sunghoon ragu dengan ide gilanya sendiri. Kamu pun hampir berteriak saat tiba-tiba ada yang ingin mendorong pintu bilik tempat kalian berada, namun Sunghoon keburu menutup mulutmu menggunakan tangannya.

"Ah, maaf, saya pikir tidak ada orang!" ucap lelaki yang berada di balik bilik tersebut, semakin memecah tawa pelan darimu saat melihat ekspresi Sunghoon yang begitu ketakutan sampai mengeluarkan keringat dingin di tubuhnya. Sunghoon pun berbisik ke arahmu, "Jangan ketawa, nanti mereka mendengarmu." namun para lelaki yang berada di luar toilet itu malah melemparkan candaan jorok satu sama lain yang membuat Sunghoon semakin kalang kabut dan ketakutan. "Mau dinonaktifin dulu ga nih mode menghukumnya?" tanyamu, sengaja agar membuat lelaki itu lebih rileks menghadapi ketakutannya.

Tak perlu menunggu jawaban, kamu cubit puting payudara Sunghoon dari kemeja yang ia kenakan sambil mengatakan, "Mode menghukum, dinonaktifkan!".

"Anjir, kek ada suara cewe, lu denger ga?" tanya seorang lelaki di luar bilik kalian.

"Njir, kuntilanak kali!" ternyata, suara pelan darimu sukses membubarkan para lelaki brandal yang ternyata sedang menikmati rokok mereka dalam toilet tersebut, membuat suasana yang semula nyaman menjadi tak enak berkat asap roko yang memenuhi ruangan. Bukan kamu yang tak menyukainya, tapi Sunghoon yang begitu risih dengan asap dari roko tersebut.

"Tuh kan, mending nanti aja dirumah!" ujarmu yang langsung dijawab kekehan pelan dari sahabatmu tersebut.

TBC

lanjut tidak?

Mau alurnya dicepetin ketemu Jake atau perlahan tapi pasti seperti ini aja?

Ah, kemungkinan chapter depan berisi konten dewasa yaa, persiapkan diri kalian

CATHINONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang