30: Terpaksa

911 128 68
                                    

Sunghoon perhatikan wajahmu yang duduk bersimpuh di lantai tepat dihadapannya. Kamu tak kunjung berani menatap mata lelaki itu walau sudah berulang kali Sunghoon minta, yang bisa kamu lakukan hanyalah duduk manis seraya menyembunyikan ketakutan yang kamu rasakan. Perlahan, jemari Sunghoon mengelus sisian wajahmu dengan lembut, namun kamu yang mengira lelaki itu ingin menamparmu, refleks membuat gerakan menjauh sambil memejamkan mata ketakutan. Tubuhmu bergetar hebat dan hampir menangis ketakutan jika Sunghoon tak mengatakan, "Aku mencintaimu." sambil mengelus sisian wajahmu. Akhirnya Sunghoon berhasil menangkap seluruh kejadian tersebut dengan mata kepalanya sendiri.

Dalam hati sedikit merutuki sifat kasar yang ia tunjukkan padamu, namun jika ia tidak menggunakan cara seperti itu, Sunghoon mungkin tak akan mendapatkan mu lagi. Sekarang, hati Sunghoon sudah lega, melihatmu tunduk atas perintah dan seluruh keinginannya walau dalam keadaan terpaksa. Sunghoon tak peduli, yang penting ia bisa mendapatkan mu kembali dan memulai semuanya dari awal. Tak ada lagi Sunghoon yang lemah dan mudah disingkirkan, lelaki itu telah menjelma menjadi sosok yang mengerikan dan berusaha mengambil alih kehidupanmu agar selalu menuruti perkataan, tidak lagi tersesat atas pilihan buruk yang terpaksa kamu ambil dalam situasi penting. Jiwa dominan dan ingin menguasai lelaki itu semakin menjadi-jadi saat ia mendapati setetes air mata yang jatuh membasahi wajahmu.

"Kau mencintaiku?" tanya Sunghoon yang langsung kamu jawab dengan anggukan kepala patuh. Sempat Sunghoon tarik wajahmu agar duduk semakin mendekat ke arahnya dengan meremas wajahmu. Sunghoon buka kedua kakinya agar memberikan tempat untukmu di bawah kuasanya. Lelaki itu sedang duduk di atas sofa dalam apartemen miliknya, sementara kamu duduk di lantai tepat diantara kedua kaki Sunghoon. "Seberapa besar?" tanya Sunghoon lagi, perlahan memasukkan ibu jarinya ke dalam mulutmu. "Sebesar alam semesta." ucapmu tak begitu jelas berkat kehadiran ibu jari Sunghoon di dalam mulutmu. Refleks, kamu buat gerakan mengemut ibu jari lelaki itu dengan tubuh yang perlahan terasa panas. Awalnya memang kamu merasa terpaksa melakukan ini semua, patuh atas seluruh permintaan dan perkataan lelaki itu, namun lama kelamaan kamu mulai menikmati kegiatan ini. Terbukti dari tatapan memohon yang kamu berikan untuk Sunghoon. Kedua tanganmu juga bergerak tanpa sadar mengelus kaki Sunghoon dari balik celana jeans yang ia kenakan.

"Kau sudah datang bulan?" tanya lelaki itu, hampir membuat napasmu terhenti karena merasa begitu ketakutan. "Belum," gumam mu masih bisa Sunghoon pahami. Perlahan tapi pasti kamu melihat perubahan di raut wajah Sunghoon yang semua tersenyum penuh arti padamu berubah menjadi dingin seolah ingin menghukum mu atas jawaban tersebut.

Sunghoon keluarkan ibu jarinya dari mulutmu, berniat mengemut ibu jarinya tersebut agar dapat merasakan salivamu, namun handphone lelaki itu malah berdering kuat. Dengan emosi yang perlahan memenuhi dirinya, Sunghoon angkat panggilan dari ibunya tersebut lalu mengaktifkan loudspeaker agar dapat kamu dengarkan.

"Sunghoon, maafkan eomma ya nak. Jangan seperti ini, eomma tak bermaksud membuat hidupmu hancur. Eomma malah ingin menyelamatkan hidupmu dengan membuatmu jauh dari orang pembuat masalah. Bersama Domin, sampai kapanpun kalian tak akan bisa bersatu." ucap ibu Sunghoon membuatmu menundukkan kepala penuh rasa malu. Sementara lelaki itu hanya terus memperhatikanmu sambil menyandarkan tubuhnya pada sofa yang ia duduki.

"Lalu Y/n? Hanya dia wanita yang aku suka dalam hidupku, eomma. Lalu saat aku sudah merasa bahagia karena bisa memilikinya, eomma usir dia begitu saja dari rumah kita? Dia tak punya orang tua lagi, kakaknya bahkan ditahan dipenjara setelah menjadikan Y/n sebagai pelunas hutangnya. Lalu sekarang eomma ingin menjauhkan kami begitu saja? Untuk kali ini, aku tidak akan mengikuti permintaan eomma lagi, aku tak peduli karena hanya aku yang tahu bahagianya aku sendiri!!" ucap Sunghoon final yang membuatmu berani menatap mata lelaki itu. Sunghoon ulaskan senyum tipis di wajahnya seraya mengusap puncak kepalanmu dengan lembut.

"Baiklah nak, maafkan eomma ya. Eomma memang tak berpikir panjang saat mengusir Y/n dari rumah kita. Eomma hanya takut namamu rusak karena dekat dengan Y/n berkat video yang tersebar. Harusnya eomma tak berbuat seperti itu nak, eomma menyesali segalanya sekarang, aboeji juga marah besar karena eomma telah mengusir Y/n dari rumah dan setelah eomma mengetahui alasan dari tersebarnya video itu, eomma begitu merasa bersalah." ucap ibu Sunghoon yang semakin mengulaskan senyuman di wajahnya. Sedangkan dirimu malah semakin menunduk dipenuhi perasaan bersalah atas segala hal.

"Sekarang, aku sudah tinggal bersama Y/n di apartemen baruku. Eomma tak bisa mengatur hidupku lagi karena aku sudah keluar dari rumah kita. Aku akan memjaga Y/n dengan caraku sendiri dan eomma tak perlu khawatir." Setelah mengatakan itu, langsung Sunghoon tutup sepihak panggilan tersebut lalu meletakkan handphone miliknya di samping tubuhnya.

Sunghoon angkat wajahmu lalu menghapus air mata yang mengalir membasahi wajahmu. "Maafkan aku," ucapan yang sangat ingin kamu dengar akhirnya terlontar dari bibir tipis lelaki itu. Tanpa sadar, kamu anggukkan kepalamu seraya meremas tangan Sunghoon yang menangkup wajahmu. Kamu bawa tangan Sunghoon tersebut untuk kamu cium sebelum mengatakan, "Maafkan aku juga, Sunghoon". Memancing lelaki itu memeluk tubuhmu begitu erat.

Kalian tumpahkan penyesalan yang masing-masing kalian rasakan sebelum Sunghoon lepaskan pelukan tersebut untuk mencium bibirmu dengan lembut. Tak begitu lama karena setelah itu Sunghoon tangkup wajahmu guna menanyakan, "Seharusnya minggu ini kamu datang bulan, kan?" yang langsung kamu jawab dengan anggukan kepala.

Sunghoon usap wajahnya dengan kasar lalu bertanya lagi, "Apakah kamu masih mengonsumsi obatnya rutin?". Kamu paham maksud pertanyaan Sunghoon itu, "Iya, aku selalu meminumnya setiap hari, kau tak perlu takut." Namun ternyata bukan itu yang Sunghoon inginkan. Lelaki itu menggelengkan kepalanya lalu menangkup wajahmu menggunakan kedua tangannya.

"Setelah datang bulan nanti, berhentilah meminum obat itu." ucap Sunghoon sengaja ia gantung guna melihat respon darimu. Kamu tak bertanya dan hanya menatap lelaki itu bingung yang memancing Sunghoon melanjutkan ucapannya, "Kau harus hamil anakku, okay?" sukses menempatkanmu dalam posisi sulit. Kamu yang tak ingin hal itu terjadi pun berusaha menolak, "Tapi Sunghoon.."

Namun, setelah melihat ekspresi dingin dan amarah yang Sunghoon berikan padamu, langsung mengubah keputusan dalam dirimu untuk menuruti pinta lelaki itu. Kamu mengangguk patuh seraya menatap Sunghoon di hadapanmu lalu mengucapkan, "Ne, hamili aku.." yang entah mengapa semakin menambah euforia dalam diri kalian masing-masing. Sunghoon bawa tangannya untuk mengusap sisian wajahmu lagi sebelum mengatakan, "Say please?".

"Please Sunghoon, buat aku hamil anakmu." memecah tawa Sunghoon pelan. Lelaki itu tuntun tubuhmu untuk naik ke atas pangkuannya lalu memukul bokongmu dengan keras, "Kamu milikku seorang. Mengerti?".

Kamu sukses dibuat semakin menggila oleh lelaki itu, namun kamu menyukainya. Kamu menyukai kegilaannya walau sesekali akal sehatmu menampar agar kamu kembali ke jalan yang benar, tapi kamu merasa tak bisa lepas dari Sunghoon begitu saja.

TBC

AN: Banyak yang memilih toxic relationship bersama Sunghoon, bagaimana ini

CATHINONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang