Keesokan harinya..
Tidurmu begitu nyenyak, mungkin karena permainan panjang yang menguras tenaga kamu lakukan semalaman. Begitu pula Jungkook yang masih terlelap tidur di sampingmu walau mentari pagi telah mengintip dari celah gorden kamarnya. Kamu perhatikan wajah lelaki yang memelukmu, masih terlihat sangat tampan walaupun dalam kondisi tertidur tanpa mengenakan sehelai benang pun. Jemari tanganmu bergerak menyentuh sisian wajah Jungkook yang begitu tegas sempurna.
Sadar atas sentuhanmu, Jungkook raih tanganmu tersebut guna diciumnya manis punggung tanganmu. Lelaki itu terus mengukir senyuman di wajahnya atas segala hal yang kamu lakukan padanya. Jungkook mempunyai agenda penting yang berhubungan dengan studinya pukul sembilan pagi, sedangkan dirimu sepertinya tidak akan melanjutkan kuliahmu lagi. Masalah video belum selesai, kini kamu membuat masalah baru yang menambah renggang hubunganmu dengan sahabat karibmu bernama Park Sunghoon. Kamu tahu, langkah yang kamu ambil ini salah. Namun, kamu merasa Sunghoon juga harus merasakan sakit atas perlakuan yang ibunya berikan pada. Tak bisa kamu pungkiri kamu kesal, namun kamu juga tak bisa menyalahkan keadaan terus menerus, kamu tak bisa membuat semua orang menyukaimu sampai akhir dan mungkin hal itu akan berlaku pada lelaki yang memeluk tubuhmu ini.
Entah sampai kapan, kebahagiaan ini akan kamu rasakan, yang jelas kamu tahu akhir dari hubungan ini bisa saja membuatmu berhenti dari pekerjaanmu, keluar dari apartemen yang sengaja lelaki itu sewakan untukmu dan pada akhirnya kamu akan mencari lelaki yang seharusnya bertanggung jawab atas segala kekacauan ini. Andai saja, ia tak ketahuan selingkuh, mungkin kamu masih bisa melanjutkan kuliah dan kehidupan bahagiamu bersamanya.
Kamu lepaskan pelukan Jungkook di tubuhmu untuk bangkit dari kasur lelaki itu. Dengan langkah yang tertatih, kamu kenakan kembali pakaian di tubuhmu lalu mendudukkan diri di sofa yang menjadi tempat pendaratan handphone milikmu, semalam. Kamu buka lockscreen handphonemu dan mendapati ada ratusan panggilan tak terjawab dari Sunghoon maupun Domin, serta 200 pesan dari sahabatmu tersebut. Sempat kamu tarik napas dalam sebelum membuka pesan yang Sunghoon kirimkan. Tidak, kamu tak membaca semua pesannya melainkan hanya pesan yang pagi ini lelaki itu kirimkan padamu.
Hoon🤍
Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Y/n?
Kembalilah, tolong jelaskan letak kesalahanku.
Jangan seperti ini, ku mohon.
Baiklah, jika kau tak ingin tinggal di rumahku lagi, aku tak akan menahanmu.
Tapi jangan tinggalkan aku sendiri.
Maaf, aku tak kunjung bisa menepati janjiku untuk melindungimu.
Tugas kuliahku banyak sekali, tapi jika kamu kembali aku janji akan memberikan banyak perhatian untukmu.
Maafkan aku Y/n, kembalilah.Tanpa kamu sadari, setetes air mata jatuh membasahi wajahmu. Dalam hati begitu merutuki tindakanmu sendiri, padahal kamu tak bermaksud menyakiti hati lelaki itu. Kamu hanya kesal pada ibu Sunghoon yang tiba-tiba mengusir mu dari rumahnya, namun malah lelaki itu yang mendapatkan kesedihan begitu mendalam. Sekarang, kamu sadar benar atas kesalahanmu, apalagi semalam kamu mengangkat telepon dari Sunghoon dalam keadaan yang sangat tidak pantas. Persis seperti yang kamu alami saat bersama Jay, seolah semua kejadian itu berulang dan rasa sakitnya kamu buat pada seseorang yang tak seharusnya merasakan itu. Sunghoon sangatlah baik, namun kamu lah yang tidak baik.
Kamu ketik balasan untuk lelaki itu,
Kamu
Sunghoon-ah, maafkan aku.
Aku tak bermaksud jahat padamu, aku hanya kesal pada diriku sendiri dan takdir burukku.
Mungkin aku akan berhenti kuliah setelah ini.
Maafkan aku, tak bisa membawa kebahagiaan dalam hidupmu.
Aku harus melakukan apapun untuk melanjutkan hidupku, Sunghoon.
Aku tak ingin merepotkanmu apalagi sampai membuat namamu buruk karena berhubungan denganku.
Maafkan keputusanku yang mendadak ini ya.
Aku harap, kamu dapat menemukan gadis lain yang jauh lebih baik dariku.
Terima kasih juga atas segala perhatian, kenyamanan dan segala hal yang telah kamu berikan padaku.
Mengenai aplikasi Mates, bukankah namaku sudah hancur berkat tersebarnya video itu? Jadi lebih baik aku dalami saja takdir buruk ini untuk bertahan hidup.
Setidaknya aku tidak kepikiran untuk mengakhiri hidupku lagi, kasihan kak Heeseung jika tak ada yang menjenguknya di penjara.
Maafkan aku yaa Sunghoon.
Fokuslah berkuliah agar dapat membanggakan ibumu.
Terima kasih sudah mau jujur atas perasaanmu.Setelah mengirim deretan pesan tersebut, kamu letakkan kembali handphone milikmu untuk mengusap air mata yang mengalir deras membasahi wajahmu. Sadar atas kesedihan yang kamu rasakan, Jungkook bangun dari tidurnya. Ia kenakan boxer miliknya lalu berjalan menghampirimu untuk membawamu ke dalam pelukan hangat. Jungkook tak mengatakan apapun, ia hanya terus mengelus belakang kepalamu guna memberikan sedikit ketenangan untukmu. Jungkook biarkan kamu mengeluarkan semua kesedihan yang kamu rasakan. Lelaki itu biarkan kamu memukul punggungnya pelan sembari Jungkook yang terus memelukmu erat. Jungkook mulai memahami perubahan drastis emosi yang kamu rasakan dan berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menambah luka dalam hidupmu.
Ya, Jungkook akan berusaha menyenangkan hatimu sama seperti dirimu yang sukses menyenangkan hati lelaki itu berkat kehadiranmu dalam hidup Jungkook yang sepi.
Setelah puas menangis dalam pelukan Jungkook, kamu lepaskan diri dari pelukan lelaki itu lalu tertawa seraya menghapus air mata yang mengalir membasahi wajahmu. "Aku cengeng banget ya?" tanyaku diakhiri kekehan pelan yang malah membuat Jungkook semakin sedih. Lelaki itu tangkup wajahmu lalu menggesekkan hidung kalian satu sama lain, "Menangislah, jika itu membuat hatimu lega." gumam Jungkook perlahan membawa wajahmu mendekat ke arahnya. Ia kecup kening, kedua kepolak matamu bahkan bibirmu sekilas. Sukses mengalirkan getaran lain di tubuhmu. Jungkook ulaskan senyuman manis di wajahnya yang memancing mu tersenyum untuk lelaki itu juga.
"Nah, gitu dong, tersenyum. Kamu cantik banget kalau tersenyum." puji Jungkook sukses membuat wajahmu bersemi malu. Kamu tertawa pelan sambil menundukkan wajahmu sebelum Jungkook bawa lagi tubuhmu ke dalam pelukannya.
"Berhubung besok hari libur untuk kita, kamu mau temani oppa mengurus sesuatu ga ke Busan? Sekalian liburan." tanya Jungkook yang langsung kamu jawab dengan anggukan kepala. "Iyaa, aku mau!" sukses membuat Jungkook tertawa pelan karena tak sanggup melihat ekspresi menggemaskan yang kamu berikan untuknya.
Baru Jungkook ingin mencium bibirmu, namun tiba-tiba handphonemu kembali berdering yang membuat lelaki itu urungkan niatnya mencium bibirmu. Langsung kamu ambil handphonemu tersebut dan mengangkat panggilan dari Domin, "Yoboseyo?" tanyamu. Namun, hanya keheningan yang kamu dapatkan. Cukup lama kamu menunggu untuk Domin berbicara hingga,
"Y/n-ah, tolong datang ke jembatan mapo sekarang! Barusan Sunghoon menghubungiku sambil menangis menceritakan tentang dirimu. Ia berniat mengakhiri hidupnya, tolong selamatkan dia!!" ucap Domin begitu panik dengan nada suara yang bergetar seperti menahan tangis. Kamu yang mendengar kabar itu pun langsung buru-buru mengambil tas milikmu sebelum Jungkook tahan kamu untuk bertanya, "Ada apa?" kamu hanya ucapkan.
"Aku pergi dulu ya, oppa. Jangan khawatir, aku hanya ingin menemui sahabatku!" agar tak diikuti oleh Jungkook yang begitu bingung atas sikapmu tersebut, namun, baru lelaki itu ingin pergi menyusulmu. Keduluan kamu memasuki sebuah taksi menuju temoat yang tidak Jungkook ketahui. Kamu bahkan belum mencuci wajahmu dan hanya menguncir rambutmu kebelakang sambil mengenakan masker untuk menutupi wajah sembabmu. Jungkook putuskan untuk membiarkan saja kamu pergi menemui sahabatmu tersebut. Sementara dirimu tak henti berkomunikasi dengan Domin yang ternyata juga dalam perjalanan menuju jembatan mapo.
Dalam hatimu begitu merutuki kebodohanmu sampai menyebabkan Sunghoon nekat melakukan hal ini hanya untuk membuatmu kembali padanya.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
CATHINONE
Fanfiction[🔞] "Jika kamu kembali bersama Jake, maka aku tidak akan mematuhi norma lagi." - Park Sunghoon