03: Perubahan

3.5K 208 21
                                    

Keesokan harinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya..

Sunghoon bangun dalam suasana hati yang sangat bahagia setelah mendapati dirimu tertidur dalam posisi memeluk tubuhnya. Sunghoon perhatikan wajah polosmu yang tertidur di atas dadanya, bahkan pipi tembam mu sedikit tertekuk yang membuatmu terlihat semakin menggemaskan bagi lelaki itu. Sunghoon tersenyum manis saat mengingat permainan yang kalian lakukan semalam, saat kamu tak henti mendesahkan namanya, kamu yang tak henti memohon pada Sunghoon, kamu yang tak henti menemukan pelepasanmu saat Sunghoon sentuh titik kelemahanmu berulang kali. Sunghoon masih tak menyangka dapat melakukan hal ini bersamamu, ia begitu mensyukuri segala hal yang membuatmu semakin dekat dan bergantung padanya. Padahal biasanya, kalian akan tertidur dalam posisi guling di tengah kasur dan saling memunggungi satu sama lain.

Benar kata ibu Sunghoon, cinta yang kita rasakan akan habis di orang yang pertama kali membuat kita merasakan jatuh cinta. Kamu adalah cinta pertama Sunghoon, lelaki itu baru menyadari kalau ia jatuh cinta padamu saat kamu terus memberikan perhatian lebih pada Sunghoon setelah ia putus dari mantan kekasihnya semasa SMA. Masih bisa digolongkan cinta monyet karena saat itu Sunghoon memacarinya hanya karena ingin seperti teman-temannya yang lain.

Namun, saat gadis itu memutuskan hubungan mereka secara sepihak, kamu hadir sebagai sosok yang sangat mengerti dan memahami Sunghoon, walaupun lelaki itu terus menampik kalau ia jatuh cinta pada sahabatnya sendiri selama bertahun-tahun. Sunghoon baru menyadari kalau ia tak bisa lepas dari bayanganmu saat ia terus mencari sosok pasangan yang memiliki sifat sepertimu dan Sunghoon berhasil menemukannya dalam diri Domin. Walaupun tak sepenuhnya sama, tapi jika ia disuruh memilih tentu Sunghoon akan memilih cinta pertamanya yang menjadi pusat kehidupan Sunghoon selama ini, yaitu dirimu.

Merasa pegal tidur dalam posisi memeluk tubuh Sunghoon, kamu pun merubah posisi tidurmu menjadi membelakangi lelaki itu sambil menggumam pelan. Sunghoon gunakan kesempatan itu untuk mengajakmu bangun dari tidurmu. Lelaki itu memeluk tubuhmu dari belakang, lalu berbisik di telingamu dengan suara yang serak, "Selamat pagi, baby." terdengar sangat indah di telingamu sampai memecah tawamu pelan. Kamu bawa tangan Sunghoon yang nakal meremas payudaramu menuju mulutmu. Berniat mengigit jarinya, namun berusaha Sunghoon hentikan. Kamu ingin sekali membuka mata, tetapi terasa begitu berat hingga saat Sunghoon menarik tubuhmu agar berbaring terlentang. Kamu hanya terus menyunggingkan senyuman di wajahmu dengan mata yang tertutup, penuh rasa kantuk.

"Jadi ngantar lamaran, pagi ini?" tanya Sunghoon yang langsung kamu jawab dengan anggukan kepala. Hampir tertidur lagi sebelum kamu menyadari tangan nakal Sunghoon yang kembali beraksi. Menyelinap ke dalam celanamu untuk mengelus kewanitaanmu menggunakan jarinya. Detik itu juga Sunghoon menyadari kondisi selangkangan mu yang basah, padahal semalam kalian sudah membersihkan diri bersama. Malu karena Sunghoon menyadari kelemahanmu itu, kamu buka matamu lalu membawa tangan nakal Sunghoon ke dalam mulutmu. Kamu emut jari Sunghoon yang basah akibat cairanmu yang memancing rasa penasaran Sunghoon, "Kok basah?" tanya lelaki itu. Kamu keluarkan jari Sunghoon dari dalam mulutmu lalu mengatakan, "Menurutmu?" terkesan dingin padahal kamu hanya malu.

"Kau ingin melakukannya lagi?" tanya Sunghoon begitu antusias. Membuat perasaanmu tak enak dan berniat bangkit dari kasur untuk meninggalkan lelaki itu, "Aku mau pipis." jawabmu, bergegas memasuki kamar mandi dalam kamar Sunghoon, namun belum kamu menutup pintunya, Sunghoon keburu memaksa masuk dan menghimpit tubuhmu ke tembok ruangan lagi. Kamu pun berusaha melepaskan diri dari kuasanya dengan tawa penuh rasa malu, membuat Sunghoon semakin bersemangat membujukmu, "Quickie?" tawar Sunghoon. Kamu gelengkan kepalamu dan berusaha menghentikan Sunghoon saat ia menuntun tubuhmu menungging ke arah wastafel menghadap kaca kamar mandi.

"Sunghoon, aku mau pipis." ucapmu. Namun, tak benar-benar serius karena kamu menyukai sisi agresif sahabatmu ini. Biasa, Sunghoon hanya menampilkan ekspresi cool seperti robot tanpa ekspresi. Setelah membasahi miliknya menggunakan saliva, Sunghoon satukan tubuh kalian dari belakang sambil memperhatikan pantulan wajahmu dari cermin di hadapanmu. "Pipis saja seperti semalam!" jawab Sunghoon begitu jail.

Kamu pun mengigit bibir bawahmu saat lelaki itu mulai menggerakkan tubuhnya menghentak mu lagi. "Ituhh bukann pipis Sunghoonhh" desahmu tertahan. Sadar akan tubuhmu yang sangat sensitif, Sunghoon bawa jemarinya untuk mengelus klitorismu sembari ia hentakkan tubuhnya dalam tempo meningkat. Kakimu bergetar hebat sambil terus kamu tatap atensi Sunghoon dari pantulan cermin di hadapanmu, kamu remas tangan Sunghoon yang bermain di selangkangan mu hingga kenikmatan itu mudah sekali kamu temukan dalam permainan cepat pagi ini, "Sunghoon, aku sampaihhh" Sekuat tenaga kamu berusaha menahan desahanmu agar tak menganggu suasana pagi di rumah ini.

""""'""""""""""""

Setelah selesai membersihkan diri dan bersiap pergi ke kampus, kamu turun untuk membuat sarapan pagi. Waktu masih menunjukkan pukul enam pagi, walaupun kamu sudah melakukan banyak sekali kegiatan bersama Sunghoon di dalam kamar kalian. Bahkan, ibu Sunghoo belum keluar dari kamarnya yang menandakan ibu lelaki itu masih terlelap tidur. Kamu buatkan susu, roti panggang, dan omelet untuk sarapan pagi hari ini. Setelah makanan tersaji di meja makan, kamu ajak Sunghoon untuk turun menyantap sarapan yang kamu buat. Sempat lelaki itu habiskan waktu untuk menggoda mu, sebelum ia turun ke lantai utama bersamamu. Tetapi setelah bertemu dengan ayah dan ibunya di meja makan, Sunghoon kembali berubah menjadi sosok yang dingin tanpa ekspresi.

"Jadi ngantar lamaran hari ini, Y/n?" tanya ayah kandung Sunghoon di sela sesi sarapan kalian. Kamu menganggukan kepala lalu menelan makanan di mulutmu, "Iya aboeji, setelah selesai kelas nanti." jawabmu terus mendapatkan senyuman penuh arti oleh ibu Sunghoon, seolah menyadari ada sesuatu yang terjadi antara anaknya dan dirimu.

"Semoga beruntung ya." ucap ayah kandung Sunghoon yang langsung kamu jawab dengan antusias, "Terima kasih, aboeji". Tak ada percakapan yang berarti di sela sesi menikmati sarapan yang kamu buat, hingga sebelum kamu pergi ke kampus bersama Sunghoon, ibu lelaki itu sempat membisikkan sebuah kalimat yang mampu membuatmu terkejut. "Jangan lupa minum obat, kalian harus lulus kuliah dulu baru menikah, okay?" kamu paham arah pembicaraan wanita itu sehingga kamu tak bisa lagi menutupi ekspresi terkejut di wajahmu. Memecah tawa pelan drai ibu Sunghoon, ia elus puncak kepalamu sambil melirik ke arah anaknya yang telah menunggumu di depan gerbang rumah mereka, "Kenapa? Tak apa sayang. Kamu punya obatnya kan?" Kamu semakin yakin kalau ibu lelaki itu tahu kegiatan yang kalian lakukan semalaman penuh. Dengan ragu kamu menjawab dengan anggukkan kepala, "Ne, eommoni. Aku punya".

Namun, belum selesai sampai disitu, "Kalaupun misalnya jadi, jangan digugurkan, beritahu eomma, biar Sunghoon mempertanggungjawabkan apa yang telah ia perbuat. Okay sayang?" ucap wanita membuatmu tak percaya. Ibu Sunghoon sangatlah baik tapi sedikit menyeramkan karena beliau tahu semua yang anak-anaknya lakukan.

TBC

CATHINONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang