Satu tahun kemudia ya.. :')
Hampir saja aku lupa password akun wattpad. Padahal aplikasinya tetap stay di hp, tapi sudah berdebu. Agak terharu juga begitu coba login, dapat pesan semangat serta doa semoga aku baik-baik saja.
Alhamdulillah, aku baik-baik saja. Terima kasih ya, semoga yang ke 28 ini tidak membuat kecewa yang 'katanya' menunggu 🙏
***
Sudah satu minggu Fiolyn menerka perihal salah atau tidaknya atas keputusan yang ia ambil, untuk masuk dalam dunia Hito. Ditambah lagi satu pertanyaan lain yang lebih merumitkan isi pikiran, yaitu; tanggapan Adelia.Respon sang bunda, kiranya akan seperti apa jika tahu?
Maka dari itu dihari senin pagi ini, pukul sembilan lewat sepuluh menit tepatnya. Fiolyn duduk lebih lama di meja makan, mangamati Adelia mengupas bawang, menyiapkan bahan masakan untuk nanti siang. Bukannya membantu ia malah sibuk merangkai kalimat yang enak untuk mengawali basa-basi. Sejujurnya nyalinya masih agak ciut untuk membahas ini. Tapi berhubung kepalang pusing dengan praduga tak jelas, niatnya menunda sampai dengan beberapa bulan kedepan rasanya tidak sanggup. Hidupnya tidak bisa tenang, tekad itu dia kumpulkan bersama keberanian. Bismillah saja, semoga ibunya ada dalam mood yang bagus untuk diajak berbicara.
"Mam?" Sapanya bergumam.
"Apa? Cerita saja, jangan terlalu lama ditahan. Nanti jadi penyakit."
Memang lah peka si mama ini, tak perlu repot ngalor-ngidul terlebih dulu.
"Pendapat Mama soal hubungan beda usia gimana?"
"Oh. Jadi bukan tentang kerjaan? Mama kira kamu mikirin soal tawaran kerja di kantor Ayah." Dari balik bulu matanya yang tidak begitu lentik, Adelia sempat melirik.
Memastikan gestur Fiolyn, yang sebagaimana pun ditutup rapat, tetap saja ia tak kuasa menangkap gelagat risau berkecamuk dalam gurat wajah si gadis.
Sementara Fiolyn sendiri memilin jemari di bawah meja, dia tak pandai bercerita pada orang tua, tidak biasa terbuka. Yang menguasai pikiran kali ini, salah satunya memang persoalan tawaran kerja di tempat Yudi. Namun rasanya, lebih penting tanggapan Adelia tentang kedekatan dirinya dengan Hito. Karena ini menyangkut keberlangsungan masa depan.
"Jadi, hubungan dalam jenis apa yang kamu maksud?" tanyanya kemudian, kali ini tangan cekatan itu tengah memetik daun kangkung.
"Hubungan yang mengarah ke hal serius.."
Terakhir kali Fiolyn curhat masalah asmara begini, yang didapat adalah penentangan, dan kini setelah sekian lama curhat kembali, rasanya canggung bercampur takut, sebab problemnya lebih serius dari Septian yang punya tatto. Masalahnya sekarang malah duda sudah punya anak pula. Jadi demi mencairkan atmosfir sekitar ia ambil sebatang kangkung, berusaha bersikap santai, lalu mulai memetik asal tak beraturan. Yang penting daun sama batang dipisah, begitu 'kan?
"Maksudnya pernikahan?" Mama menduga.
Fiolyn mengangguk. Tak berani berkontak mata.
"Ini tentang siapa?" Semakin menyelidik tentu saja, Adelia tak semudah itu menjawab asal sebelum jelas arah pertanyaan sang putri terpatri kemana.
"Kamu?" tuduhnya kemudian.
"Kalau memang aku, Mama bakalan gimana?"
Detik ini tak ada satupun dari keduanya yang melanjutkan memetik kangkung, sayuran itu menganggur. Jadi saksi tuli bersama kumpulan bawang, tomat, dan cabai hijau yang sudah terpotong.
"Jawaban jujur atau bohong?"
Kembali melontar tanda tanya.
"Baiknya menurut Mama aja." Si gadis pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HISTORIA
ChickLitAwal pertama melamar kerja Fiolyn memilih untuk berada di urutan tingkatan terendah karyawan, ya.. Bukan sebagai Office Girl juga. Intinya ia tidak ingin terlalu sering berurusan dengan atasan. Karena menurutnya, semakin tinggi jabatan sebagai kary...