HISTORIA - 12

2.9K 274 10
                                    

Sebelumnya maaf tentang kemarin, gue salah. Terlalu lancang dan gegabah. Ada banyak hal yang ingin gue sampaikan. Terutama tentang gue dan Una, yang mungkin belum lo tahu cerita sebenarnya. Gue dan Una benar-benar sudah selesai sejak lima tahun lalu. Ketika gue tahu kalau ternyata dia ada main sama cowok lain, gue kecewa. Gue mau marah tapi gak bisa. Karena gue sadar. Gue gak punya apa pun untuk dibanggakan saat itu. Gak lucu kalau gue cuma pamer cinta, karena nyatanya Una lebih butuh harta. Bukan maksud gue menjelekan nama Una. Hanya saja gue rasa, lo mungkin harus tahu banyak penjelasan. Jadi gue mohon dengan sangat, kasih gue kesempatan untuk memperjelas semuanya. Boleh ya?

Sejak membaca isi chat Hito beberapa jam lalu, Fiolyn jadi sering mengerutkan kening hingga terasa pening. Batin serta pikiran bergejolak rasanya, mengingat celetukan Una yang pernah berkata, "Hito itu pecicilan, kalo berantem dikit langsung main cewek."

Pertempuran macam apa, sih, yang ada di hadapannya saat ini? Kenapa sekarang kubu satu dan kubu dua saling berlawanan. Tapi, ya, kali kalau Fiolyn blak-blakan tanya sama si lele prihal dia dan Una yang sudah bukan lagi rahasia umum, dengan legenda asmara sepuluh tahunnya itu.

Kalau dulu Fiolyn merasa pusing gara-gara terganggu dengan celetukan Una, sekarang dia pusing karena ikut terseret dalam lumpur lapindo. Yang bisa muncrat kapan saja.

Sengaja atau tidak, tetap Fiolyn akan menjadi pihak yang menyakiti Una jika perempuan itu tahu Hito saat ini tengah menjerumuskan Fiolyn dalam skandal mereka berdua.

Ini sangat mengganggu, Fiolyn jadi merasa ruang gerak di tempat kerjanya sesak dan sempit. Muka mau ditaruh dalam saku saja rasanya. Fiolyn butuh seseorang untuk bercerita, tapi dia belum siap menerima respon dan pendapat yang mungkin bisa jadi menyudutkan atau menghakimi.

Lamunan Fiolyn buyar ketika Atan menyuguhkan sepiring nasi padang, dengan toping double rendang.

"Mikirin apa? Bengong sampai dilarerin begitu?" Atan memilih duduk di sebrang meja.

"Gak ada, tumben kamu nyusulin ke kabang (kantor cabang)? Pakai traktir makan siang segala."

"Ya, sekalian tadi antar barang buat stock. Sudah lama juga gak ketemu, ruangan sepi gak ada kamu Fi. Enak di cabang?"

"Boro-boro enak, gak ada yang bantuin aku di sana. Mana full terus lagi sampai malam."

"Gak pa-pa. Kan, sebentar lagi mau resign."

"Kamu tahu?"

"Aku tempe."

"Ih!"

HISTORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang