****
Besoknya, Fiolyn sama sekali tak acuh ketika terbangun diwaktu yang menunjukan pukul sepuluh pagi. Pertanda bahwa jam masuk kerja sudah lewat satu jam yang lalu.
Mulutnya malah sibuk menguap dan kepala yang ia usak-usakkan di atas permukaan bantal, matanya mengerjap beberapa kali. Masih enggan bangkit dari atas tempat tidur. Yang ia lakukan hanya menggeliat guling kiri guling kanan seperti cacing kepanasan.
Pikirannya sadar betul ia sudah terlambat masuk kantor, tapi memang itu niatnya. Fiolyn terlalu malas menampakan diri di kantor saat ini. Jadi, khusus hari ini untuk pertama kalinya Fiolyn memilih bolos, cuti, libur, minggat tanpa keterangan!
Beberapa menit Setelah dirasa semua nyawa terkumpul, barulah ia bangun terduduk, kepalanya menunduk bertopang telapak tangan. Merasakan pening dan denyutan nyeri dibagian belakang kepala.
Pundaknya terasa berat seperti tertimpa beban ribuan kilo beton.Efek sisa konspirasi kekalutan yang menimpanya tadi malam.
Ketika ia mengangkat tangan untuk menyibak selimut, ada aroma tidak asing yang bersliweran.
Fiolyn mengendus tubuhnya sendiri dan seketika...
"Yeakhh!" Ujung lidahnya terjulur keluar dengan kening berkerut.
Badannya bau asem memang. Dengan langkah terseok ia meraih handuk di gantungan pintu lalu bergegas ke kamar mandi. Sebelumnya, ia merogoh ponsel yang masih tersimpan disaku jaket, bermaksud menonaktifkan. Tapi ternyata ponsel itu sudah mati dengan sendirinya, kehabisan daya. Sudut bibir Fiolyn terangkat, dengan mata beler ia mengulas senyum miring. Baguslah.
Setelah meletakan ponsel di atas nakas, langkahnya kembali melaju, masuk dan menutup pintu kamar mandi. Di sana, dibalik cermin kamar mandi, terpampang nyata bayangan seorang gadis mengerikan dengan rambut lepek, mata merah serta lingkaran kecoklatan pada kelopaknya, dan juga bengkak akibat kurang tidur, bibir matanya persis seperti habis digigiti semut atau serangga.
Keadaan yang sangat mengenaskan.
****
Sementara itu, di sudut lain. Di Kota yang sama dan Negara yang sama, hanya RT dan RW-nya saja yang berbeda.
Hito mengetuk-ngetukan jari telunjuk di atas meja, khusus pagi ini ia datang lebih awal di saat matahari masih malu-malu menampakan diri.
Sengaja ia melakukannya agar bisa memantau sesuatu, ekspresi wajahnya sangat serius menganalisis layar komputer yang menampakkan rekaman cctv antara halaman parkir dan salah satu ruangan.
Sesekali dahinya berkerut, mulutnya berdecak, matanya menyipit. Perasaannya sungguh campur aduk, menanti harap-harap cemas seseorang yang malam kemarin ia cumbu dengan paksa.
Selama ini sikap ketus dan judes yang Hito perlihatkan hanyalah sebuah tameng yang ia tunjukan untuk menarik perhatian gadis itu. Fiolyn di hadapannya adalah sosok yang dingin dan tak tersentuh, maka dari itu Hito memilih bersikap keras dengan harapan bisa dilirik si gadis, dan sejauh ini ia mungkin berhasil menciptakan interaksi meski bukan interaksi yang menghadirkan kesan manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
HISTORIA
ChickLitAwal pertama melamar kerja Fiolyn memilih untuk berada di urutan tingkatan terendah karyawan, ya.. Bukan sebagai Office Girl juga. Intinya ia tidak ingin terlalu sering berurusan dengan atasan. Karena menurutnya, semakin tinggi jabatan sebagai kary...