Hari ini Hito membuat kepala Fiolyn benar-benar pusing dan berdenyut. Lelaki itu merecoki Fiolyn lebih parah dari biasanya. Setiap tiga puluh menit sekali pasti nongol di ambang pintu.
"Beliin nasi padang."
"Bikinin kopi."
"Bantuin periksa stock opname."
Atan tidak ada dan Fiolyn tidak memiliki siapa pun untuk menjadi alasan agar ia bisa menghindar dari Hito. Semuanya terlihat sibuk sendiri.
"Lo kerja bisa rapihan dikit, gak?"
Suara itu lagi. Ini baru dua puluh menit sejak patroli terakhirnya memasuki ruang kerja.
Ck!
Fiolyn mengangkat kepala yang semula tertunduk di atas lipatan tangan. Ia mendesah ketika si jangkung mendekati meja kerjanya.
"Apa lagi?" Dengan nada malas.
"Yang lo kerjain itu laporan keuangan, salah ketik satu angka aja bisa merembet! Ngaruh ke jumlah dan totalan yang lain." Hito melempar map berwarna biru ke atas meja.
Lelaki itu berdiri di sisi meja dengan sebelah tangan bertolak pinggang, sementara tangannya yang lain menggenggam lembaran kertas seperti brosur. Matanya menatap lekat, namun yang ditatap enggan menoleh ke arahnya.
"Kalau begitu jangan suruh saya mengerjakan bagian keuangan, Doni gak masuk itu bukan alasan untuk Bapak supaya bisa suruh saya mengerjakan laporan keuangan. Tugas saya cuma stock opname, barcode, mantau persediaan barang dan keluar masuknya barang. Bukan ngurusin deretan angka begitu! Saya juga bukan lulusan akuntansi." Kalimatnya diakhiri dengan tumpang kaki seraya bersender nyaman di bahu kursi.
Hito yang menyaksikan hal tersebut mengusung senyum sinis. "Lo, kalau di bilangin itu dengar baik-baik. Bukannya malah balik ngoceh!" peringatnya seraya menekan dahi Fiolyn dengan jari telunjuk.
Aksi Hito tersebut membuat Fiolyn refleks menepis lengannya, tidak terbiasa dengan interaksi seperti itu.
"Karena itu memang bukan bagian saya, dan kalau saya yang mengerjakan keuangan, nanti Doni mengerjakan apa?"
"Itu supaya lo bisa! Gak melulu tentang bagian oprasional aja yang lo tahu."
Fiolyn diam, malas melanjutkan perdebatan.
Hito mengangsurkan lembaran brosur yang ia bawa. Membuat gadis itu menoleh. "Apa?" tanya Fiolyn sembari menilik tulisan pada brosur.
"Lo gak buta aksara, kan? Baca!" Menyentak brosur itu kearah wajah Fiolyn.
"Iya, untuk apa?"
"Lo turun ke bawah, sekarang, terus lo tempelin brosurnya disepanjang jalan sebrang distro." Hito berdiri dengan pose paling menyebalkan dimata Fiolyn, ia menyilangkan tangan didada sambil menunjukan senyum aneh diwajah.
Membuat Fiolyn berdecak kesal. "Kenapa harus saya? Kan, ada karyawan distro."
"Mereka sebagian stay di dalam, melayani coustemer. Jadi, lo bantu tempelin brosur di luar."
"Tapi saya punya kerj-"
Duk!
Hito menyela kalimat Filoyn dengan menendang kaki kursi yang gadis itu duduki, punggungnya sedikit membungkuk.
Meski tidak terlalu dekat namun ia mencoba untuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Fiolyn.
"Turun gak?" katanya dengan suara rendah dan aksen deep yang khas.
KAMU SEDANG MEMBACA
HISTORIA
ChickLitAwal pertama melamar kerja Fiolyn memilih untuk berada di urutan tingkatan terendah karyawan, ya.. Bukan sebagai Office Girl juga. Intinya ia tidak ingin terlalu sering berurusan dengan atasan. Karena menurutnya, semakin tinggi jabatan sebagai kary...