Hito memutuskan untuk makan di mobil bukan semata-mata karena tempat makan penuh, tapi juga berjaga-jaga agar tidak tertangkap basah atau tidak sengaja dilihat oleh orang lain, entah itu kenalannya atau kenalan Una.
Simplenya Hito sedang main cantik sekarang. Sebelum masalah rumitnya dengan Una benar-benar tuntas, terpaksa sembunyi-sembunyi dulu. Karena tidak lucu jika nantinya Fiolyn dijadikan kambing hitam.
Bagaimanapun gadis itu hanya terjebak situasi akibat Hito yang menariknya secara paksa untuk masuk dalam konspirasi 'cinta segi tiga'.
Drama, ya? Tapi begitulah adanya.
Hito menoleh sejenak ke arah mobil yang terparkir, bisa dia lihat pelipis Fiolyn dengan anak rambut tersapu angin dibalik jendela mobil yang terbuka sebatas telinga. Seulas senyum kecil timbul disudut bibir Hito hanya beberapa detik, sebelum kembali melangkah.
Begitu melewati pintu masuk tungkai kakinya terhenti, bukan karena menunggu antrian. Melainkan karena sebuah kernyitan yang membuat matanya menatap penuh keingintahuan. Di sana, ada dua orang yang sedang beriteraksi. Tepatnya di meja bagian tengah ruangan arah jam sembilan.
Hito diam berdiri, mengabaikan sapaan karyawan yang mengucapkan selamat datang. Lupa dengan tujuan awal untuk memesan makanan.
Dia kenal betul jaket jeans berlogo off white dibagian punggung yang dikenakan remaja laki-laki itu. Dan juga, seorang wanita duduk di hadapannya dengan rambut smoothing panjang berwarna pirang, memiliki wajah Razka versi wanita dewasa.
Dia yang takut tertangkap basah tapi malah dia sendiri yang menangkap basah dua sosok yang begitu familiar di hidupnya.
Beberapa detik pertama ada rasa aneh dalam diri Hito, padahal ini bukan kali pertama melihat mereka bersama. Tapi tetap saja rasanya.. aneh.
"Maaf om." Sebuah suara mengalihkan perhatian Hito, di sebelahnya ada wajah kecil berlumuran ice cream, menegadah dengan tatapan bersalah sudah tak sengaja menabrak betisnya.
Hito tersenyum simpul. "Hati-hati ya." jawabnya lembut. Sedikit mengusap puncak kepala si anak perempuan sebelum berlalu. Sama sekali tidak memperdulikan noda bercak ice cream yang menempel dicelana jeans.
Sedikit menepi disisian dinding dekat kasir, Hito kembali mengamati seraya menyila tangan. Tapi tidak begitu lama karena hal selanjutnya yang ia dapati adalah; si wanita mengangsurkan sebungkus rokok dan pematik kearah Razka.
Rahang Hito mengetat, merasa itu bukanlah sesuatu yang pantas ia biarkan begitu saja. Rasa aneh yang sempat menyergapi hati kini sirna digantikan rasa kesal.
Dengan langkah lebar kontan dia langsung melabrak keduanya.
"Azka!" serunya mengepal kedua tangan disisi tubuh.
"Ayah/Mas?"
Dua mata yang memiliki bentuk dan warna serupa itu menoleh bersamaan, disertai dengan seruan yang hampir bersamaan pula.
"Buang!" tegas Hito penuh penekanan, matanya menyorot tidak suka kearah bungkus rokok digenggaman si anak. "Ayah gak pernah ajarin kamu ngerokok!"
"Mas, duduk dulu. Kayaknya kamu salah paham." Tia berdiri melempar senyum, meraih pundak Hito tapi laki-laki itu lebih dulu menghindar.
"Aku gak ngomong sama kamu!"
"Ayah, tadi Azka cuma-"
"Buang." Rokok itu sukses terlempar di lantai.
Hito tidak membentak, tidak juga berteriak, namun suara benturan kecil dari bungkus rokok juga pematik yang berhambur di lantai dan gestur tubuh Hito ketika melempar benda itu, tidak luput dari perhatian pengunjung lain untuk menatap penuh tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HISTORIA
Chick-LitAwal pertama melamar kerja Fiolyn memilih untuk berada di urutan tingkatan terendah karyawan, ya.. Bukan sebagai Office Girl juga. Intinya ia tidak ingin terlalu sering berurusan dengan atasan. Karena menurutnya, semakin tinggi jabatan sebagai kary...