Teh Una
P
P
P
Fio?
nanti kl mau brngkt kantor tlong lht mobilnya ayah ada/g ya?
Plssss🙏
Takutnya dia tidur di luar
kmrin brntem
___
Oh, sebelumnya. Ayah adalah sebutan lain Una kepada Hito. Yang sayangnya tidak bersambut kembali dengan panggilan Bunda dari Hito.
Fiolyn masih memandang pesan whatsaap yang masuk satu jam lalu tanpa berniat membalas, dia pikir memangnya Hito selalu kabur-kaburan dari rumah jika lelaki itu bertengkar dengan Una?
Cih, kekanak-an sekali bukan?
Setelah menimang-nimang, akhirnya Fiolyn mengetikkan balasan yang cukup singkat padat dan jelas;
Ada.
Itu adalah jawaban yang bohong, tentunya. Karena Fiolyn sendiri tidak tahu apa mobil laki-laki itu benar-benar ada di carport atau tidak. Fiolyn malas jika dia harus menuruti permintaan Una kali ini, karena semakin ke sini, Fiolyn semakin merasa bodoh sendiri jika terus meng-iya-kan permintaan Una.
Fiolyn merogoh isi tas, meraih sebuah amplop berisi surat pengunduran diri.
Sudah cukup lelah dan jengah yang Fiolyn rasakan, dengan begini mungkin seperti ungkapan sekali dayung dua tiga pulau terlampui. Bukan hanya terbebas dari Hito tapi juga Una yang sering kali menganggunya.
“Fi, ini catatan yang kamu minta.” Atan meletakkan buku folio berukuran sedang di atas meja kerja Fiolyn.
“Ah? Iya.” Gadis itu cepat-cepat memasukkan amplop kembali dalam tas.
“Kamu mau ke garmen sendiri?”
Fiolyn mengangguk, sembari memeriksa tulisan pada setiap lembar buku. "Yah, terpaksa. Anis, kan, gak masuk."
“Yakin?” tanyanya lagi, seperti memastikan. “Garmen lumayan jauh, loh!”
“Iya, aku tahu. Aku punya SIM dan aku bisa nyetir motor dengan baik, gak usah khawatir,” ucapnya, kali ini memandang Atan dengan penuh keyakinan.
“Mending naik driver online, jangan nyetir sendiri.”
“Driver online mahal, hari ini aku bawa motor. Jadi, dari pada uangnya buat ongkos driver online mending buat isi bensin motor sendiri.”
“Atau .. biar aku yang ke garmen.”
“Gak bisa, kamu harus di sini. Bang Azis udah wanti-wanti dari kemarin. Kiriman produk baru hari ini sampai.”
“Tapi—“
“Gue pinjam motor lo!” Suara bass tiba-tiba menggema, menyela kalimat Atan.
Hito berdiri di ambang pintu sembari bersender pada kusen, sebelah tangannya terulur dengan telapak tangan menghadap ke atas. Penampilannya masih sama seperti biasa, namun kali ini ia mengenakan kemeja grey dengan kancing bagian atas terbuka, menampakkan kaus putih, jeans hitam, dan juga sneakers.
Yang berbeda hanya satu, warna rambut blondenya sudah kembali menjadi hitam.
Atan dan Fiolyn sama-sama diam, memandang Hito. Keduanya merasa bingung untuk merespon, motor siapa yang laki-laki itu maksud? Atan atau Fiolyn? karena mereka berdua memang sama-sama membawa motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
HISTORIA
Literatura KobiecaAwal pertama melamar kerja Fiolyn memilih untuk berada di urutan tingkatan terendah karyawan, ya.. Bukan sebagai Office Girl juga. Intinya ia tidak ingin terlalu sering berurusan dengan atasan. Karena menurutnya, semakin tinggi jabatan sebagai kary...