HISTORIA - 13

2.8K 265 28
                                    

Teh Una
P
P
P
P
Fio lagi dmn?

📞 3 missed call's

P
Fio lg di kantor gk?
Fio?

Iya?

Lg dimana?

Di kantor.

Kantor mn?
Ada hito gk?

Cabang.
Gk ada.

Masa? Aku cari di kantor pusat g ada.

Iya

Cari yg bnr!
Coba intip di ruangannya.


Gk ada.


Fiolyn meremas ponselnya gusar. Memang benar, antara menggemaskan dan menyebalkan itu beda tipis, Una bisa membuat Fiolyn gemas dan sebal diwaktu bersamaan. Gemas karena Una tidak pernah puas dengan satu jawaban. Dan sebal ketika Una mulai menyuruh atau meminta hal yang sangat tidak ingin Fiolyn lakukan. Contohnya, ya, itu, mengintip Hito di ruangan? Cih, ogah!

Nanti matanya bintitan gimana?

"Enak, ya? Kerjaan lo main hape terus tapi chat gue gak dibalas!"

Teguran nada bass dengan sedikit berat itu menyela gerutuan kesal Fiolyn, tepat di hadapan sepasang sepatu converse hitam langkahnya terhenti. Tapi enggan mendongak, percuma. Fiolyn tahu betul siapa dia.

Hito berdiri seraya melipat tangan didada, menghadang jalan. Dengan gaya santai dia mengenakan kaus hitam dan topi berwarna senada yang sengaja dipakai terbalik. Kening mulus yang selalu tertutup ujung rambut kini terlihat jelas. Semakin memancarkan aura awet muda dalam diri Hito, wajah 35thn itu seolah menolak tua.

Meski dihiasi sedikit garis halus pada bagian ekor mata, tidak serta merta menurunkan kualitas wajah Hito. Wajah serta kulit putih Hito mirip keturunan tionghoa, padahal dia asli berdarah sunda. Orang yang pertama kali berpapasan dengannya mungkin akan keliru entah dari usia atau silsilah keluarga.

Lama tidak mendapat balasan, Hito menyentil dahi Fiolyn. "Gagu lo? Sejak kapan?"

Usapan kikuk jemarinya tampak jelas. Saliva Fiolyn tertahan diujung kerongkongan, canggung dengan pertemuan pertama sejak insiden beberapa hari lalu. Kornea matanya bermain tak tentu arah, mencari celah guna melarikan diri dari situasi tak nyaman ini.

"Eh! Gue ngomong sama lo, nyari siapa? Gak ada orang disini," kata Hito, kembali menginterupsi si gadis yang celingukan.

"Bapak ngapain?"

Adalah sebuah pertanyaan retoris yang membuat Hito malah terkekeh. "Ini kantor gue. Salah tingkah, ya, lo? Biasa aja kali."

"Ini juga saya biasa!"

"Biasa, tapi kok, jawabnya ketus."

"Bapak di cariin Teh Una, pergi sana," usir Fiolyn seraya berlalu melewati Hito, berniat menghindar tapi nyatanya Hito ikut mensejajarkan langkah di samping Fiolyn seraya berbisik. "Gak mau, ah, males. Gue maunya sama lo."

HISTORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang