HISTORIA - 31

2K 111 18
                                    

"Kapan kamu mau jujur soal hubungan kamu dan Hito?"

Pernah tersedak sampai air atau nasi keluar dari hidung? Perih bukan? Ya, itu lah yang Fiolyn rasakan saat ini sampai terbatuk parah. Rasanya ada cendol yang menyumbat bagian nasofaring.

Pangkal hidung Atan berkerut, laki-laki itu terheran. Rasanya berlebihan sekali respon gadis di hadapannya ini, padahal yang ia lontarkan bukanlah suatu hal yang begitu dramatis, hanya pertanyaan iseng saja.

"Mendingan?" Dia memastikan saat Fiolyn tengah berusaha mengatur nafas, kemudian kembali bertanya, "Kenapa, sih?"

"Gak pa-pa." Disertai lambaian tangan pelan.

"Yakin? perlu ke rumah sakit nggak, nih?"

Wajah Fiolyn masih merah.

"Gak usah, aku masih bisa nafas."

"Lagian segitunya banget, padahal aku cuma bercanda nanyanya."

Bercanda sih, bercanda, tapi gak tepat gitu loh waktunya. Niat hati pergi dengan Atan ini 'kan tadinya Fiolyn ingin melepas sejenak hal-hal yang berhubungan dengan Hito. Eh, laki-laki ini malah dengan entengnya melontar tanya seperti itu. Tersedaknya Fiolyn tuh bukan karena kaget semata, hanya saja ia merasa kenapa harus tentang Hito lagi yang dibahas?

Tolong beri waktu sebentar agar dia libur dulu dari yang namanya Hito. Boleh, ya?

"Jadi gimana? hubungan kamu sama Hito itu?" Atan menyenggol bahu si gadis.

Ya tuhan, manusia kepo ini!

"Nggak gimana-gimana," jawabnya begitu saja.

Tapi ini Atan, tidak akan berhenti sampai mendapat jawaban yang dia mau. Meskipun kata dia, "Aku cuma bercanda nanyanya."

Cih!

"Masa gitu doang, cerita dikit kek. Jangan sok ditutupi gitu lah. aku juga 'kan pengen tahu, hubungan kamu lancar apa nggak? Perkembangannya gimana? Kemajuanannya sudah sampai mana? Selama ini kamu terhitung jarang loh curhat soal cowok."

Ya, lagi pula apa yang harus dicurhatin, Fiolyn bingung mau merangkai kalimat mulai dari mana. Kalian pernah nggak? misalkan habis curhat sama orang lain, lalu ada lagi sesi curhat ke dua dengan orang berbeda. Itu rasanya menguras energi, sudah habis rangkaian kalimatnya terpakai ketika curhat dengan Adelia. Jadi otaknya sudah lelah untuk kembali meruntut kalimat kepada Atan.

"Lain kali aja ceritanya, sekarang belum bisa cerita," katanya beralasan.

"Kenapa? Gak lancar, ya?"

Hanya kedikan bahu sebagai jawaban, sebelum gadis itu menyuap mie ayam yang mulai dingin, mienya sudah mengembang.

"Kamu dulu deh yang cerita, hubungan sama Sonya gimana? bukannya kamu mau deketin dia."

Atan lagi-lagi membuat garis horizontal disekitar pangkal hidung. Sonya siapa? Dia sedikit berfikir mengingat apakah ada mantan atau gebetannya yang bernama Sonya, tapi sepertinya tidak ada.

"Itu loh, yang gantiin aku di distro."

Seketika terdengar gelak yang merasa lucu, tapi gelaknya lebih terdengar seperti dipaksakan.

"Itu Sania! S-A-N-I-A dibaca Sania," ejanya diakhiri desisan.

"Oh .. Ya maaf, lupa namanya." Tanpa merasa bersalah, Fiolyn tetap melanjutkan suapan. Mie ayamnya tinggal sisa seperempat, sementara Atan barusaja habis.

Kapan ngunyahnya sih dia, perasaan dari tadi ngomong mulu.

"Aku juga nggak gimana-gimana," katanya ambigu. Seperti sengaja menggoda, atau balas dendam atas jawaban yang Fiolyn beri sebelumnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HISTORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang