Atan menyerahkan lembaran formulir lowongan kerja beserta kartu nama seseorang dengan logo sebuah perusahaan bengkel ternama.
"Kamu udah dapet acc, kan?" Tanyanya sembari menangkup cup berisi latte hangat.
"Udah, tapi aku belum terima surat acc-nya. Baru secara lisan. Cuma kemarin Hito sempet kasih lihat fotocopynya sih."
Keduanya kini sedang duduk bersebelahan di teras distro, dengan makanan ringan sebagai cemilan. Menikmati sisa-sisa jam istirahat yang akan berakhir tiga puluh menit lagi.
"Fotocopy?" Sebelah alis Atan terangkat.
"Iya, ngomong-ngomong, ini kamu harus banget ya? Kasih formulir begini?" Dagu Fiolyn mengedik ke arah formulir di atas meja yang masih enggan ia baca.
"Itu untuk jaga-jaga, semisal kamu belum dapat lowongan. Supaya gak nganggur lama. Kerja tinggal dua hari lagi kan?"
"Hm, tapi aku gak tau. Udah ada calon pengganti apa belum." Kedua bahu Fiolyn sedikit merosot, kepalanya ia sandarkan pada bahu kiri Atan.
"Yang aku dengar sih, Bang Azis mau masukin keponakannya untuk gantiin kamu." Atan menukas seraya merobek plastik pembukus roti isi coklat kemudian menyerahkannya pada Fiolyn, "Makan." Titahnya.
Fiolyn menerima lalu melahap satu gigitan kecil, "Beneran?"
"Belum pasti juga, tapi mudah-mudahan iya."
Fiolyn kembali duduk tegak, hendak memeriksa selembaran kertas yang tadi di berikan Atan, "Ini formulir kerja di bagian apa?"
"Administrasi."
"Administrasi??" Fiolyn merasa tidak yakin.
Atan mengangguk sekali, "Kenapa?"
"Gila kamu! Ijazah aku, kan cuma SMA Atannnn!" Ada desah jengkel dari suaranya.
"Ya itu sebabnya, aku kasih kartu nama."
Kedua alis Fiolyn bertemu membentuk sebuah kerutan, berusaha mencerna maksud dari kalimat Atan.
"Jadi maksud kamu aku ngelamar kerja lewat orang dalam, begitu?" Ucapnya setelah beberapa detik berlalu.
"Jaman sekarang, ngelamar kerja tanpa bantuan orang dalam itu susah Fio."
Terdengar suara decakan halus dari bibir Fiolyn, "gak mau ah! Mau pake orang dalam kek, apa kek, aku mundur kalau perusahaan gede begini. Ngelamar pun paling mentok aku jadi office girl."
Sorot mata Fiolyn menyiratkan sebuah rasa minder ketika membaca nama perusahaan yang bergerak di bidang automotif tersebut.
"Kamu bisa kerja disini, bisa ada di posisi sekarang dengan gaji yang lumayan, itu karena modal ijazah SMA. Dan yang paling utama adalah, kamu punya skill, sayang skill kamu kalau gak di kembangin. Gak niat cari wawasan yang lebih luas?"
Atan ini adalah orang yang jarang sekali terlihat serius, sekalinya dia bersikap serius dengan aura dewasa yang menguar seperti saat ini terasa menjengkelkan bagi Fiolyn.
"Gak bisa di pukul sama rata, dari bidangnya aja jelas beda. Aku disini sebagai staff oprasional, sama sekali tidak ada pengalaman kerja dalam bidang administrasi. Sekalipun aku punya skill kalau gak di dukung pengalaman kerja juga percuma Atan." Tandas Fiolyn final.
"...aku hargai niat baik kamu untuk membantu, tapi kalau ini aku gak bisa. Aku mau kerja di bidang yang sesuai dengan kapasitas kemampuan diri sendiri."
"Apa salahnya di coba dulu?" Bujuknya masih berusaha meyakinkan.
"Enggak. Atan." Kalimat penuh penekanan itu berhasil membuat Atan terdiam beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
HISTORIA
ChickLitAwal pertama melamar kerja Fiolyn memilih untuk berada di urutan tingkatan terendah karyawan, ya.. Bukan sebagai Office Girl juga. Intinya ia tidak ingin terlalu sering berurusan dengan atasan. Karena menurutnya, semakin tinggi jabatan sebagai kary...