Lagunya enak, apa lagi dengerinnya sambil nyender manja kayak cakwe🐙
•
•
•
****
"Mau kemana, hari minggu begini sudah rapi?"
Fiolyn menoleh sekilas dari undakan tangga terakhir, lalu menghampiri ibunya yang tengah menyiapkan sarapan.
Rol rambut, daster belel, apron hitam, serta raut wajah alami yang jarang sekali tersentuh krim siang-malam, ibunya lebih mirip seorang asisten rumah tangga ketimbang nyonya di rumah sendiri.
"Ada kerjaan dikit."
"Sekali-kali libur dong, kerja terus. Kaya juga enggak!"
"Kan, Mama sudah kaya."
"Kayak buntelan kentut maksud kamu?!" Adelia menunjuk wajah Fiolyn dengan spatula, membuat gadis itu sedikit memundurkan wajah sembari terkekeh ringan. "Dosa kamu ngatain orang tua."
"Aku gak ngomong apa-apa. Mama aja yang sensi." Fiolyn mendekat ke arah kulkas.
"Jangan dibiasain minum air dingin pagi-pagi."
Seketika Fiolyn mengalihkan tangannya yang semula ingin meraih botol air dingin di dalam kulkas. "Aku mau ambil jeruk," dustanya sembari menunjukan apel.
"Sejak kapan jeruk warnanya merah begitu?"
Fiolyn hendak membalas tapi suara lain lebih dulu mengintrupsi.
"Tumben, ada yang bantu buat sarapan."
Keduanya menoleh ketika suara berat di balik punggung menyapa pendengaran, seorang pria berumur 41 tahun dengan setelan joging dan handuk kecil yang bertengger di pundak. Adalah Yudi, ayahnya.
"Kebetulan lewat dapur, mampir sebentar." Fiolyn menarik salah satu kursi meja makan, meja makan di rumah Fiolyn itu bentuknya bundar. Kalau kalian mau tahu.
"Jangan hanya lewat, hapalin letak kecap dan saus juga. Supaya setiap hari tidak berisik teriak-teriak 'Ma kecap dimana?'" Yudi menirukan suara cempreng Fiolyn diakhir kalimat, yang hanya dibalas dengan delikan kesal oleh anak tirinya itu.
Bodo amat!
Di sebrang meja Fiolyn memperhatikan Yudi yang sedang membuat kopi dan disebelahnya Adelia yang sibuk dengan penggorengan.
Perbedaan keduanya terlihat sangat kontras, Adelia bukanlah seorang ibu rumah tangga sosialita yang pintar bergaya. Tubuhnya pun tidak selangsing ibu-ibu rasa remaja.
Adelia memiliki postur tubuh gempal dan pendek, berbeda dengan Yudi yang memiliki postur tubuh tinggi serta terawat. Jika keduanya berdiri secara bersebelahan seperti itu, Fiolyn seolah melihat cakwe yang disandingkan bersama donat.
Namun lebih dari itu semua, Fiolyn tahu mereka saling melengkapi dalam segala hal.
"Kamu mau kerja?"
Fiolyn mengerjap ketika Yudi ikut duduk di meja makan.
"Ada perlu sebentar."
"Halah! Sebentar versi kamu itu bisa sampai seharian."
KAMU SEDANG MEMBACA
HISTORIA
ChickLitAwal pertama melamar kerja Fiolyn memilih untuk berada di urutan tingkatan terendah karyawan, ya.. Bukan sebagai Office Girl juga. Intinya ia tidak ingin terlalu sering berurusan dengan atasan. Karena menurutnya, semakin tinggi jabatan sebagai kary...