"Ini serius, saya suka sama kamu."
Ada tatapan terkejut luar biasa dari netra yang membulat itu. Untuk beberapa saat Fiolyn tertegun diam, mencari apakah ada raut gurauan pada wajah Hito.
Namun sayangnya tidak ada, wajah itu terlampau tulus dan bersungguh-sungguh.
Tengkuk Fiolyn sedikit meremang bukan hanya karena kalimatnya, tapi juga kata yang di gunakan Hito.Saya? Kamu? Itu... Aneh.
"Tapi aku bukan anak remaja yang mau ajak kamu pacaran.." Sekarang kata panggilannya berganti 'aku'.
Dia kenapa sih?
Fiolyn menunduk, mengintip kaleng soda dalam genggaman Hito. Apa mungkin itu mengandung alkohol hingga membuat Hito mabuk?
"Aku cuma mau kamu tahu dan aku lagi minta izin kamu. Boleh aku suka sama kamu? Boleh aku tunjukin rasa tertarik aku sama kamu? Boleh aku dekat sama kamu? Lebih dari sekedar atasan dan bawahan. Karena bagi aku, kamu lebih dari sebatas karyawan."
Ada banyak kosa kata yang mungkin bisa Fiolyn lontarkan atas ucapan Hito tersebut, namun yang keluar dari mulutnya hanya..
"Cerita Bapak tadi.. drama banget, ya." Sebuah jawaban yang sangat melenceng jauh dari pertanyaan Hito barusan.
Kemudian gadis itu berdehem, mereda lonjakan rasa canggung serta detak jantung yang meningkat dibagian dalam sana. Satu teguk, dua teguk, hingga tiga tegukan air mineral tidak mampu menghilangkan rasa kering kerontang pada kerongkongan. Ah, sungguh Fiolyn ingin ditendang ke pluto saat ini.
Wajah penuh keseriusan Hito terlalu mengganggu.
"Gak pa-pa. Gak harus jawab sekarang. Masih ada banyak waktu dan kesempatan," ucapan trakhir Hito membuat Fiolyn tersedak luar biasa hingga mengeluarkan air mata.
****
"ANJANI!!"
Pundak Fiolyn berjengkit dengan sentakan Adelia.
"Ya?" Ibunya pasti kesal, terlihat dari caranya menegur dengan menggunakan nama belakang.
"Ayah kamu ngomong dari tadi gak dengar?"
"Maaf."
Sialan. Fiolyn merutuk dalam hati, ini gara-gara dia mengingat ucapan Hito di taman kota beberapa hari lalu. Ditambah lagi semalam tidurnya tidak berkualitas karena mimpi berpacaran dengan Hito.
Astaga. Fiolyn geleng-geleng kepala, itu pasti efek dia terlalu memikirkan ucapan Hito.Yudi terlihat menghela nafas, kemudian menaruh cangkir kopi agak kasar, menyebabkan denting yang berdengung disekitar ruangan. Mereka duduk melingkar di meja makan, ritual sarapan pagi, namun sarapan pagi itu tak pernah menyenangkan bagi Fiolyn. Bahasannya selalu tentang kemajuan finansial orang lain, si A begini si B begitu. Membosankan.
"Kamu, nih, pasti gara-gara pulang malam terus, kurang tidur, lembur setiap hari. Jadi susah fokus, orang lagi ngomong malah ngelamun."
Yudi berdehem, menanggapi omelan Adelia sekaligus meminta agar istrinya itu diam sebentar.
"Begini, Ayah lihat di kamar kamu ada beberapa buku ekonomi makro dan pengantar bisnis." Melihat raut terkejut dari Fiolyn, Yudi segera melarat kalimatnya.
"Bukan Ayah yang lihat, lebih tepatnya Mama kamu. Dia bilang kamu suka baca buku-buku kuliahan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HISTORIA
ChickLitAwal pertama melamar kerja Fiolyn memilih untuk berada di urutan tingkatan terendah karyawan, ya.. Bukan sebagai Office Girl juga. Intinya ia tidak ingin terlalu sering berurusan dengan atasan. Karena menurutnya, semakin tinggi jabatan sebagai kary...