Bab 7

1.1K 128 17
                                    

******

"gara-gara itu doang?"

"Itu doang loh Wa"

"Lo gak pernah ngerasaain jadi gue"

Jiwa menghembuskan nafas kasar, ia menatap ketiga temannya satu persatu. Jiwa menceritakan suatu hal yang membuat Jisa sangat terkejut dan tidak menyangka, begitupun dengan Melin dan Bila yang sama terkejutnya dengan kejujuran Jiwa sekarang.

Tangan Jisa ingin melayangkan tamparan kepada Jiwa, tetapi kalah cepat dengan Jiwa yang sudah mencengkram tangan Jisa terlebih dahulu sebelum terkena wajahnya.

"Gue disini ada tujuan Sa."

"Hapus semua tujuan lo bangsat!"

Jiwa mengalahkan pandanganya ke arah lain dengan nafas yang memburu menahan emosi kepada Jisa.

Jisa tertawa, "Seandainya aja gue lebih awal tau alasan asli dari kehadiran lo disini, udah gue cegah, kehadiran lo disini nambah beban gue, lo tau gak?!" 

"Kalau  lo tau, lo itu siapa? Lo bukan siapa-siapa bagi gue, jadi lo gak bisa ngerusak rencana yang gue rangkai dari dulu. Gue bakal ngehancurin orang-orang yang udah macem-macem sama keluarga gue" balasnya, Jiwa menyunggingkan senyuman yang penuh arti.

'Begitu juga dengan lo, Melin, sama Bila' sambungnya dalam hati.

"Kenapa lo lakuin itu? Kalau rencana lo gagal, dia bisa memutar balik keadaan" ujar Bila.

"Sebelum gue kesini, gue gak sebodoh itu selama sebulan gue udah bikin rencana dari awal sampai akhir nanti-nya." Jelas Jiwa.

"Maka dari itu gue juga butuh lo semua, begitupun lo Jisa, disini lo peran penting."

Jiwa merahi tangan Jisa, lalu menatapnya. "Jisa, lo mau gitu terus-terusan dituduh? Gue mau lo hidup dengan bahagia." Ia tersenyum sangat manis, membuat kedua manik mata Jisa berbinar-binar.

"G-gue--

"Gue janji, setelahnya gue gak bakal macem macem lagi."

Gadis itu mengeratkan gengaman tanganya di Jisa, "G-gue mau, asalkan lo kembali jadi Jiwa yang gue kenal." Jiwa mengangguk dan tersenyum sebagai balasan.

"Habis pulang sekolah, gue bakal kasih tau apa aja yang lo bertiga lakuin selama rencana berjalan."

Mereka bertiga pun mengangguk, lalu setelahnya karena bell berbunyi mereka semua langsung bergegas pergi. Jiwa melambaikan tanganya dengan tersenyum, ketika mereka berpisah dilorong, karena ia tak sekelas dengan ketiga orang yang kini punggungnya lama-kelamaan mulai menjauh.

"Gue gak bisa ngasih tau semua rencananya, maaf. Tujuan gue disini buat ngehancurin orang-orang yang terlibat dimasalah gue. Entah itu Raga, lo bertiga, semua orang-orang yang terlibat dikehidupan gue, jangan sampai lo semua nangis nantinya."

Jiwa terkekeh, dia sendiri malah meneteskan airmata.

"Game dimulai ya?"


******

Hari ke-3 telah berlalu dimana Jiwa selalu menghindari kekasihnya saat bertemu, apalagi saat Raga menyapa ia tak mengubris sama sekali. Maupun saat akan pulang pun dia selalu akan pulang lebih awal dan melarikan diri supaya bisa menaiki Taxi. Penggemar RAWA juga turut bersedih akan kejauhan Raga dan juga Jiwa. Tidak hanya shipper, masing-masing penggemar Raga begitupun Jiwa juga sedih. Biasanya Mereka akan melihat Raga tersenyum karena Jiwa, tetapi sekarang tidak.

Raga dan Jiwa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang