Bab 21

745 103 3
                                    

Intro↑

Holaaa cerita yang dulu tak unpublis udah tak publis lagi soalnya aku diteror sm temen temen sama pembaca chmptmsn 'kenapa di unpub?' karna capek di teror terus noh liat aku publisin lagi😃 tapi kayaknya alurnya bakal berubah 10% doang(' . .̫ . ').

Oh iya jangan lupa vote ya!!!!!!!😇🍓 Hargai tulisan author gampang kalau aku salah nulis atau kata kata komen aja kasih kritikan gak perlu di baca doang terus ngebatin sendiri 'ceritanya prik', 'jelek','typo'.

Aku gak bakal marah atau gimana karna pujian atau kritikan kalian itu salah satu rasa yang bikin aku terus semangat buat nulis😎




*******


Seharian ini Jiwa selalu menemani Raga dirumahnya, Raisa sangat benar bahwa anaknya yaitu Raga jika sedang sakit hilang sudah martabatnya sebagai lelaki tegas, cuek dan dingin. Contohnya seperti sekarang ia selalu minta dielus-elus, diperhatikan, dan tidak mau ditinggalkan, tetapi menurut Jiwa sendiri Raga tidak ada bedanya kalau sakit ataupun tidak. Sikap Raga kepadanya itu tergantung oleh mood dirinya.

"Kayak anak kecil" cibir Jiwa dengan memutar bola malas. Raga tertidur pulas di pahanya dengan sedari tadi tanganya mengelus-elus surainya.

Perlahan ia memindahkan kepala pemuda itu di atas bantal dan beranjak pergi untuk turun kebawah.






"Pegel" keluhnya sembari meregangkan tanganya.

"Sabar ya mbak Avi nak Raga emang kayak gitu kalau sakit" celetuk seorang wanita paruh baya yang mendengar keluhan Jiwa.

Gadis itu terkekeh kecil, "Gak papa Bi dia sakit paling juga gara-gara Jiwa kesel semalam sama dia" kata Jiwa sambil menggaruk tengkukan lehernya. Dia juga agak merasa bersalah dengan Raga walaupun foto sialan yang dikirimkan oleh nomer tidak dikenal itu benar benar pernah terjadi tetapi tetap saja itu foto dulu.

Bi idah menggeleng-geleng dia tau, pacar dari anak tuannya ini merasa bersalah. "Jangan merasa bersalah ya mbak Avi, ini ya bibi kasih tau den Raga itu sakit kalau misalnya ada beban pikiran atau apa gitu yang bikin dia stres ringan" kata bi idah yang memang berpengalaman dan tau menau tenang Raga semasa dia berkerja di kediaman keluarga victor.

Tepat, benar bukan jika Raga sakit karena dirinya pasti kemarin membuat Raga berpikir keras kesalahan apa yang ia perbuat sampai membuat Jiwa marah.

"Oalah oke deh bi makasih ya"

"Iya mbak oh iya sini makan siang dulu, dari tadi pagi kan mbak Avi udah jagain den Raga juga sampai gak sempet makan." Jiwa menangguk dan berjalan ke meja makan, dan bi idah pamit untuk mengerjakan pekerjaan rumah.

Setelah selesai makan dia mencuci piring dan membantu pekerjaan bi Idah walaupun wanita tua itu terus-menerus menolak. Jiwa tetap membantunya karena dia tau bi Idah sebentar lagi akan pulang kerumahnya jadi dia berinsiatif untuk membantu pekerjaannya agar cepat selesai dan bisa memiliki waktu untuk istirahat lebih.

Setelah selesai bi Idah berterimakasih dan pamit pulang.

"Kamu ternyata disini." Suara Serak ini membuatnya agak terkejut, ia menoleh kebelakang melihat Raga yang berjalan pelan-pelan menghampirinya dengan wajah yang sekarang agak lumayan pucat tidak sepeti tadi yang berwajah tidak ada kehidupan sama sekali.

Raga dan Jiwa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang