Bab 23

661 106 18
                                    


Panjang banget ni chapter tapi seru kok tanggunganya cuman ngesed dikit aja wkwkwkwkkwkw simak aja pahami ini gue bikin chapter kali ini.

Oke udah lah kaga usah curhat mending lo semua vote+komen deh daripada kerjaan lo baca doang.


*******

"

Lagian lo kenapa segitunya? Gue gak papa tapi malah lo berdua yang luka-luka" kedua manik mata Jiwa memperhatikan luka luka yang ada di tubuh Daren dan wajah Jisa yang membengkak akibat Elga.

Setelah pertengkaran hebat tadinya selesai Daren dan Jisa langsung di bawa ke Uks untuk segera di obati. Awalnya Raga juga ingin dibawa di uks tetapi Daren menolak keras dan berahkir Raga mengalah dan tidak ingin istirahat ke Uks, padahal sebagian besar sekolah ini milik keluarganya walaupun sekarang dia tidak ada hak dan ikut urusan dengan memegang sekolah ini.

"Gue udah keburu emosi pas ada yang ngasih tau kalau lo kena kuah panas gara gara dia!" Ungkap Jisa sembari memutar bola malas, "Gak ada yang kayak gitu secara enggak sengaja, dia itu pasti sengaja Wa" sambungnya dengan menatap Jiwa.

" Huh! Lo juga Ren kenapa sih kayak gitu? Gue gak suka ya lo berantem cuman karena hal sepele" Jiwa mengomeli Daren, pemuda itu malah membuang muka dan menutup wajahnya dengan bantal.

"Ya lo pikir sendiri! Mana tega gue lo digituin sama Raga pas dia sendiri tau Lia yang cari gara gara sama lo!"  Ucapnya sembari membuang bantal yang tadinya ada di wajahnya sekarang berada di tangan Raja.

"Kurang ajar lo ren!" Protes Raja.

"Udah lah Wa! Kenapa lo ngulur waktu? Gue kan udah bilang kemarin kemarin kalau cepet selesain" ujar Nando sembari duduk disebelahnya.

"Apa lo enggak sakit hati Wa? Di gituin terus sama Raga, dia selalu ngelindungin Lia didepan lo bahkan ngelindungin lia dari elo sendiri" sambungnya.

"Nan... Jujur gue juga sakit hati" jawab gadis itu sembari membuang pandangan wajahnya.

"Cewek mana yang enggak sakit hati? Kita pacaran udah lama tapi pas gue tinggalin dia malah kayak gitu dibelakang dan di depan gue sendiri."

"Sorry" Nando menyentuh punggung tangan Jiwa dan mengelusnya. Jiwa menoleh, bulir-bulir airmatanya yang mentes perlahan di hapuskan oleh Nando dengan jari-jarinya.

"Sakit kan? Mau sampai kapan lo ngulur waktu dengan ngelihat pemandangan yang bikin lo sakit hati?" tanya Nando dengan bernada lembut, mereka menatap satu sama lain.

Tatapan Nando begitu tulus sampai membuat Jiwa ingin menangis terus, sosok Nando menggambarkan Raga saat pertama kali menjalin hubungan denganya. Tulus, menyanyangi satu sama lain tanpa adanya kata obsesi.

Mereka yang ada di dalam uks hanya terdiam dan mendengarkan percakapan antara Nando dan Jiwa.

"Seharusnya lo udah mutusin Raga"

"Gue udah lakuin itu tap--

"Tapi dia ngajak balikan? Gue tau Wa, dan itu semua karena diri lo sendiri yang masih gak rela kalau nantinya lo sama Raga bakal enggak bisa bersama lagi" sela pemuda itu sembari menepuk pipi Jiwa.

"Kalau lo mau mengahkiri ini semua tolong buang perasaan itu... Gue udah ngingetin elo bukan?"

Jiwa mengangguk sebagai Jawaban.

Raga dan Jiwa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang