Bab 30

881 97 1
                                    


Jangan lupa mampir di ceritaku yang lain, dan jangan lupa votee!!



******

Raga membawa sebuah buket mawar biru dengan masih mengenakan pakaian formal, karena ia baru saja pulang berkerja diperusahaan miliknya, dan langsung mampir ke toko bunga. Dan sekarang dia akan menepati janjinya kepada Viola yang terus-terusan merengek ingin mengatahui siapa bidadari yang di maksud olehnya. Beberapa hari yang lalu juga bahkan mamanya Viola, Jisa tak tahu siapa yang dimaksud anaknya saat Viola sendiri sedang bertanya tentang siapa bidadari Raga. Jisa berpikir bahwa anaknya itu hanya menghayal, dan ditipu oleh Raga. Tetapi sebenarnya tanpa Jisa sadari, bidadari yang ingin di lihat atau dimaksud oleh Viola itu adalah adiknya sendiri yang sampai sekarang koma.

Raga sudah membuat perjanjian dengan Viola kemarin, untuk tak membicarakan ini kepada mamanya, dan seterusnya ia akan membawanya ke bidadari yang dia bicarakan.

“Om bunganya buat bidadari?” celetuk anak balita yang sedari tadi menunggunya dimobil.

Ia masuk kedalam mobil dan duduk memasang Safety belt dan setelahnya ia memegang setirnya. Dia tersenyum tipis sambil menatap kearah gadis kecil yang sedang menatapnya tanpa berkedip.

“Kenapa harus mawal bilu om? Kan lebih bagus yang walna melah” cicit gadis kecil itu yang terus-menerus mengoceh, membuat Raga gemas sendiri.

“Vio.... Setiap bunga punya makna masing-masing, contohnya mawar biru...”

“huh.........”

Mobilnya pun berjalan menuju tempat yang di tujunya.

Selang 30 menit kemudian mereka berdua sudah sampai kesebuah gedung rumah sakit, Raga turun dari mobil dengan  mengendong Viola dan tangan lainya membawa beberapa makanan dan buket yang dia beli tadi.

Memang tak perlu dihiraukan ketampanan Raga, wajahnya yang seperti pahatan patung sedari tadi memikat para wanita-wanita yang sedang berada di lobi maupun dilorong, bahkan wajahnya yang seharusnya kini  terlihat seperti om-om itu tak ada sama sekali, ia malah terlihat semakin tampan, berwibawa, dan semakin muda.

“Hallo mas, ini anaknya ya ”Raga tersenyum kikuk tetapi ia malas di dalam hatinya dia malas apalagi saat dicegat oleh wanita yang terlihat akan menggodanya.

“Mas ganteng ya....emmm hallo adek kamu cantik banget sih sama kayak papamu.” ujar wanita rempomg yang mencegat keduanya tadi.

Bukanya senang Viola malah melayangkan tatapan sinis. “Tante minggil dong aku cama om aku mau ngeliat bidadarinya om, Tante itu gak bakal bica gantin bidadari yang ada dihati om soalnya kan tante jelek!” Raga menahan tawanya mendengar perkataan Viola bahankan tak hanya Raga orang orang yang sedang berada di luar ruangan juga menahan tawa akibat mendengar ucapan Viola.

“Tuh mbak, anak kecil aja udah nyadar kalau virus disekitar omnya itu emang penganggu.” Celetuk ibu-ibu yang sedang duduk dibangku sembari menahan tawanya.

Wanita itu kesal dan langsung menatap Viola tajam. “Heh! Anak kecil enak aja ngatain jelek dasar anak nakal!” Tanganya yang ingin menjewer telinga gadis kecil itu terhenti oleh tangan Raga yang menahanya.

“Jauhin tangan anda ke tangan ponakan saya, anda itu seharusnya sadar sama omongan anak kecil, karena biasanya anak kecil itu gak bakal bohong. Lihat aja di kaca, dandanan anda aja kayak ikan lohan di rumah saya.” Raga dan Viola langsung pergi meninggalkan wanita gatel ini yang sudah malu.

“Makanya mbak udah tau ini rumah sakit masih bisa gatel.”






*******




Raga dan Jiwa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang