Bab 19

757 118 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







: Hargai semua author selagi kamu membaca ceritanya (vote/komen/folow) Jika ada typo atau hal lain blh bantu dikoreksi dan komen apa kesalahan author ok?

*******

"

Bangsat, pelakunya bisa-bisanya cepet kaburnya" gerutu Elga.

"Lo tau wajah pelakunya Wa?" tanya Elga. Jiwa yang baru saja di obati oleh Raga langsung menoleh.

"Kalau gue tau udah gue sebutin siapa pelakunya, gue aja gak tau dia pakai masker sama temen-temenya" balas Jiwa.

Elga menghela nafas.

"Lo gimana? Masih sakit?" tanya Elga.

"Cieee suka ya lo sama gue sampai khawatir gitu?" Jiwa mengedipkan sebelah matanya. Raga yang melihat itu langsung memukul pelan pipi pacarnya yang genit.

"Salah gue nanya elo"

Jiwa tertawa kecil, "Gue gak papa luka kayak gini udah biasa, lagipula kaki gue gak pincang pincang amat" balas Jiwa.

"Kamu kalau dibilangin itu jangan ngeyel, gini kan jadinya badan kamu luka!" nasehat Raga.

"Sebenci-bencinya aku sama buntelan sampah aku juga punya sarangheo kok!"

"Ya tuhan, ahkirnya kamu sadar Li!" Elga mengenggam jari jemari Lia dengan erat dan mencium punggung tanganya.

Sontak semua orang yang menunggu kesadaran Lia langsung beralih menatap gadis itu yang perlahan lahan membuka matanya.

"Li Siapa yang bikin Lo kayak gini?" tanya Arden.

"Bodoh! Baru sadar udah lo tanya, kasih minum napa!" sarkas Jiwa seraya menatap sinis Arden.

Elga membantu Lia untuk duduk, tetapi gadis itu malah memundurkan tubuhnya sampai menempel didinding.

"Kamu kenapa Lia?" tanya Elga seraya mengelus-ngelus surai Lia yang basah karena keringat.

Semuanya terheran menatap Lia apalagi saat gadis itu menatap Jiwa dengan tatapan ketakutan membuat mereka jadi bingung. Jiwa sama halnya ia juga terbengong sendiri dengan kelakuan adik kelasnya yang aneh ini.

"Kak Ji-jiwa jahat" perkataan pelan itu langsung membuat semua orang kaget termasuk Jiwa.

Jiwa yang kaget langsung menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya, "Gue?" tanyanya dengan raut wajah bingung.

Raga dan Jiwa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang