bab 29

980 109 15
                                    

yang suka ngasih bintang selamat membacadan jika tidak suka selamat tinggal.

Mudah bukan?


Mampir di cerita ku yang lain yuk!!!



*********



“Om laga lagi ngalamun ya, pasti punya pacal?” pemuda itu terkekeh gemas mendengar ocehan dari keponakanya. Ia mengacak-acak rambut keponakanya.

“Pacal-pacal ngomonga aja masih pake L udah tau aja tentang pacar!” sarkas Raga dengan kembali menertawakan ponakan nya ini.

“Kok malah ketawa?” anak gadis itu cemberut.

Tawanya memudar, raut wajah anak itu tiba-tiba mengingatkanya kepada gadis yang sangat amat dia cintai.

Raga menggeleng-geleng kan kepalanya, dia menyadarkan lamunanya lalu mengepalkan tanganya sendiri.

“Om kenapa?”

Hatinya sangat pedih dan teringat kenangan-kenangan yang indah dan yang pahit dihidupnya. Di umurnya yang ke 25 tahun ini, dia masih sendiri tidak seperti teman-temanya yang sudah menikah bahankan sudah memiliki anak.

Dia tak mau menikah dengan siapapun, dan ketika kedua orang tuanya menjodohkanya dengan gadis-gadis yang cantik dia akan selalu menolak, Raga masih menunggunya, Raga masih ingin menepati janji yang dia janjikan dulunya bahwa dia hanya akan menikah dengan gadis yang dia cintai. Tapi nyatanya yang maha kuasa sampai sekarang masih memberinya ujian untuk memperjuangkan gadis yang benar-benar membuatnya menunggu sampai sekarang ini.

Tak terasa dia sudah menjalani hidupnya yang kosong selama enam tahun tanpa adanya kebahagiaan dan percintaan.

Raga terkekeh, air matanya menetes satu demi satu, mengingat kejadian beberapa tahun lalu saat dia akan lulus dari sekolah menengah atas. Ketika Raga setelah lukus berusaha mencari gadisnya yang lama menghilang, bahkan ia jarang tidur hanya untuk mencari gadisnya.

Tetapi ternyata saat ia sudah bertemu dengan nya, tidak ada kabar baik melainkan kabar buruk yang membuatnya hampir kehilangan kepercayaan diri.








Enam tahun lalu....

“Jisa, untuk kali ini tolongin gue kasih tau dimana Jiwa, gue bakal kasih apapun yang lo mau please.” Gadis itu terkekeh miris kenapa pemuda ini sangat keras kepala padahal sudah ia menolak berkali-kali dengan jawaban tidak, tapi ternyata dia masih keras kepala.

“Lo pikir gue gak mampu? lo pikir gue mau aja gitu ngasih tau dimana dia? Jangan harap! Lo itu laki-laki brengsek.” Sarkasnya sambil mendecih didepanya.

“G-gue ngakuin itu, gue brengsek!”

Raga berlutut dan memegang erat kaki Jisa. “Gue emang salah Sa, tapi mohon kasih tau dimana jiwa, gue gak bisa hidup tanpa dia........kita ada perjanjian bakal hidup sampai mati bakal terus beesama-sama.” Jisa mendorong Raga sehingga lelaki itu tersungkur kebelakang.

Raga dan Jiwa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang