Bab 22

650 109 10
                                    


JANGAN SKIP DULU SEBELUM MEMVOTE!!!!!!!!!

Sedih aku tu...........

******

"Terus lo maunya kayak gimana?" tanya Mahen sembari menaikan satu alisnya.

Jiwa berjalan mondar mandir sembari memegang kepalanya sendiri.

"Lo yang nyusun rencana ini lo juga harus menyelesaikan Jiwa...."

"Gue tau hen... Tapi semenjak Raga sakit gue malah semakin dekat sama dia... G-gue rasa gak bisa kalau ngelepasin dia......" Jelasnya sembari mendudukan dirinya diatas sofa.

Mahen dan Daren menatap satu sama lain.

"Lo cewek paling bodoh Wa" mereka menoleh menatap Nando yang menghampiri mereka dan duduk tepat didepan Jiwa. Gadis itu menatap Nando tajam lalu membuang muka.

"Gue gak tau lo bisa sebodoh ini jangan karena moment itu lo bisa bepikir ngubah rencana awal, dari yang mau ngehancurin satu persatu orang yang turut ikut ngehancurin martabat keluarga lo dan lo batalin seenaknya padahal kita udah bantu sampai kepertengahan ini." Jelas Nando.

"Terus gue harus gimana?" tanya Jiwa sembari mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Ya lo mending lanjutin alasan kenapa lo balik ke indonesia lah! Lagi pula ngapain sih kalau lo pulang buat rencana ini tapi masih labil? Mending lo balik aja ke jepang." Satu pukulan langsung mendarat di perut Nando sampai ia tersungkur dilantai. Daren mengacungkan jari telunjuknya dengan raut wajah yang emosi.

"Jangan sampai lo berani nyepelein dia." katanya dengan penuh penekanan.

"Maaf Ren untuk kali ini gue gak bakal nurutin elo, Jiwa ini bener-bener labil kadang pengen rencana itu lancar kadang ada hambatan karena semakin hari dia malah dekat sama Raga padahal nantinya juga Raga gak bakal ngegubris dia waktu nenek lampir itu bertindak" Jelas Nando.

"Ya lo gak---

"Udah Ren! Dia itu memang bener!" Mahen memaksa Daren kembali duduk dan bertenang. "Huh! Sekarang gini Wa, kalau seandainya lo menjalani hubungan sama Raga seperti semula gak ada masalah apa apa.... Emang lo tahan sementara nenek lampir itu bakal terus terusan bakal ngusik hubungan lo sama Raga? Kemarin-kemarin aja lo bilang kan kalau ada orang nomor gak dikenal kirim pesan aneh-aneh." sambungnya sembari menatap Jiwa tajam.

"....."

Jiwa menghembuskan nafas kasarnya. "Bener, emang pada dasarnya Raga ke gue itu enggak tulus kayak dulu semenjak lampir itu datang....."

"G-Gue emang salah"

"Seharusnya gue gak boleh baper kan? Tapi kenapa saat saat rencana jalan dia malah jadi soft?....."

"Karena itu juga bagian ujian" sahut Nando.

"Lebih tepatnya karena si lampir belum ada rencana buat ganggu lo sama Raga." timpal Mahen.

"Sadar, lo itu bukan cewek menye-menye disni lo balik juga karena mau balas dendam kan? Keluarga sama pacar mental mereka jadi ter ombang ambing karena lampir itu"

"....."

"Huh!"

"Lo bener juga, gue gak harus luluh kayak gini thanks ya bro!"

Raga dan Jiwa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang