22

295 38 13
                                    

Ke esokan haringa jeongyeon sedang berada di kafe tzuyu, dengan tatapannya tidak pernah lepas dari kopi yang ada didepannya.

Dia melamun memikirkan hasil DNA kemarin, lalu menghela napasnya panjang.

Sedangkan disisi lain chaeyeong sudah berada di depan kafe tzuyu akan membuka pintu, tiba tiba dia tertabrak dengan seorang wanita.

Chaeyeong tidak terjatuh tetapi wanita itu terjatuh hingga rok wanita itu terbuka sedikit membuat chaeyeong memalingkan pandangannya.

Sedangkan tangannya membantu memunguti buku yang dibawa oleh wanita itu.

"Maaf maaf aku sangat terburu buru, jadi ma-, kau?" tanya wanita itu setelah menatap cheyeong.

"Oh kau, hei apa kau tidak apa apa?" tanya chaeyeong mengenali wanita itu.

"Ah iya aku baik baik saja, dan maafkan aku karena telah menabrak mu" ucap wanita itu mengambil buku yang chaeyeong serahkan padanya.

"Oh iya, oh kita sudah dua kali bertemu tapi belum mengetahui nama, kenalkan aku chaeyeong kau?" tanya chaeyeong mengelap dulu tangannya di samping samping celananya lalu menjulurkan tangannya.

Wanita itu terkekeh melihat tingkah chaeyeong lalu membalas uluran tangan chaeyeong.

"Kenalkan aku yeri, senang berkenalan dengan mu" senyum yeri menatap chaeyeong.

"Oh iya aku harus pergi, senang berjumpa dengan mu chaeng, sampai jumpa" ucap yeri berjalan pergi dan melambaikan tangannya kecil didepan chaeyeong.

Chaeyeong membalasnya lalu tersenyum melihat punggung yeri.

"Lucu..dan cantik..." gumam chaeyeong.

Lalu dia masuk kedalam kafe itu. Chaeyeong berjalan mendekati kasir.

"Hmm apakah aku boleh bertanya?" ucap chaeyeong di depan kasir, sang kasir yaitu james hanya menganggukan kepalanya.

"Apakah kafe ini sedang mencari atau membutuhkan karyawan?" ucap chaeyeong.

"Ah iya, mari mari aku antarkan ke dalam kantor bos kami" ucap james menemani chaeyeong menuju ruangan tzuyu.

#---&---#

Saat jam makan siang sana melajukan mobilnya dengan membawa bekalnya untuk menuju rumah dahyun.

Sana termenung memikirkan kebersamaan jeongyeon dan mina tapi pagi.

Flashback

Sana dengan semangat membawa minum seperti biasa dia lakukan untuk jeongyeon.

Saat membuka pintu sana melihat jeongyeon sedang bersama mina, mina duduk di atas pangkuannya.

Mereka asik bercengkrama dan tak luput dari ciuman.

Sana menutup kembali pintunya, lalu menyenderkan dirinya di pintu ruangan jeongyeon.

Sana terdiam, hatinya sangat sakit melihat pemandangan yang sangat tidak terduga.

Tidak terasa air matanya keluar, dengan perasaan sangat hancur sana pergi meninggalkan kantor jeongyeon.

Sana menangis sejadi jadinya saat berada di dalam mobil, membuat sopir sana terkejut karena nunnanya menangis.

"Hiks ayo kita pulang saja pak" ucap sana menatap sebentar sopirnya lalu
menatap keluar jendelanya.

Flashback

Sana lalu mengetuk pintu rumah dahyun, terbukalah pintu rumahnya.

"Ayo masuk nunna" ucap dahyun mempersilahkan sana masuk.

Sana tersenyum kecil dan sedih, dahyun melihat wajah sedih sana bingung dan khawatir.

Sana sedang berada di dalam dapur mempersiapkan makanan mereka, sedangkan dahyun diruang tengah terus melihat sana.

Sana terlihat tidak seperti biasanya yang ceria, sana terlihat tidak bersemangat dan sedih.

"Ini.." ucap sana memberikan makanannya.

Mereka berdua makan dibalut dengan kesunyian, dahyun terus menengok ke arah sana.

"Nunna.." ucap dahyun, sana lalu menatap dahyun.

"Kau kenapa ? kau sakit?" tanya dahyun.

Dahyun memang sudah merasa lebih baik hari ini.

"Tidak aku hanya merasa lemas karena belum sarapan" ucap sana mengelak tersenyum lalu kembali makan.

Dahyun terus menatap sana, dan menghentikan makannya. Dahyun tidak percaya dengan perkataan sana.

"Nunna apa ada masalah..." ucap dahyun lirih memegang tangan sana dengan sebelah tangannya.

Sana semakin menundukkan kepalanya terdiam.

"Nunna..jika kau sedih...kau bisa cerita pada ku..." ucap dahyun, sana yang sudah tidak bisa menahan tangisannya lalu menatap dahyun.

Dia tersenyum dengan mata yang memerah mencoba menahan tangisannya.

"Aku tidak papa.." ucap sana kembali menundukan kepalanya.

Dahyun menghela napasnya lalu berjalan mendekati sana, kemudian memeluk sana dengan erat.

Tidak ada penolakan dari sana, sana akhirnya menumpahkan tangisannya.

Dengan pilu sana menangis di dalam pelukan dahyun, merebahkan kepalanya di dada dahyun.

"Kenapa hati ku sakit sekali...tolong bilang pada ku bahwa ini tidak nyata..hiks" ucap sana terus menangis.

Dahyun mengelus kepala sana dengan lembut menenangkan sana dari tangisannya.

"Jika itu menyakitkan....menangislah nunna...dan aku akan siap mendengar cerita mu..." ucap dahyun pelan.

Lama berpelukan dan merasa tangisan sana sudah mereda dahyun memberi jarak untuk melihat sana.

"Apakah sudah tenang?" tanya dahyun, sana menangguk dengan sesenggukan.

"Terimakasih dahyun" ucap sana, dahyun menganggukkan kepalanya.

"Jadi apakah nunna akan bercerita kepadaku?" tanya dahyun, sana hanya diam menatap dahyun.

Mereka saling memandang satu sama lain, awalnya dahyun hanya ingin sana menceritakan masalahnya kepadanya.

Tetapi karena jarak mereka begitu dekat membuat mereka terpaku, entah siapa yang memulai dulu bibir mereka perlahan saling menyatu tanpa ada lumatan.

Dahyun dan sana memejamkan matanya merasakan ciumannya.

Setelah beberapa lama bibir mereka bersentuhan dahyun memberi jarak untuk menatap sana.

Sana mengerjabkan matanya terkejut karena ciuman mereka.

"Ma maafkan aku, aku harus pergi" ucap sana gugup mengambil tasnya lalu pergi meninggalkan dahyun yang terdiam.

Sana masuk kedalam mobilnya kemudian melajukan mobilnya menuju rumahnya.

Sana melamun memikirkan ciumannya dengan dahyun.

Air mata sana keluar lalu tangannya memegang dadanya.

"Dahyun..." gumam sana.

Sedangkan dahyun yang masih terdiam karena ciuman mereka.

Tangannya memegang bibirnya, hatinya merasa senang karena sana menciumnya tetapi ada rasa sakit ketika sana meninggalkannya begitu saja.



my brother✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang