21

292 41 11
                                        

Saat dahyun sedang tidur di kamarnya suara pintu terbuka membuat dia terbangun.

Dahyun masih ditemani oleh sana di dalam kamarnya.

"Oh ada apa hyung?" tanya dahyun yang akan duduk di atas kasurnya.

Lalu dengan cepat jeongyeon menghampirinya lalu mencegah dahyun untuk duduk.

"Begini..karena kami semua melihat mu begitu pucat dan kami khawatir akan kesehatan mu, jadi kami mendatangkan dokter untuk memeriksa mu, kau pasti belum ke dokter kan?" jelas tzuyu yang berdiri didepan kasur dahyun.

Dahyun hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Jadi kau belum periksa ke dokter?!" tanya sana terkejut, dahyun hanya menyengir memperlihatkan barisan giginya.

"Nah pas sekali, apa kau tidak keberatan?" tanya jeongyeon berada di damping dahyun.

"Jika itu membuat kalian khawatir baiklah aku tidak keberatan dan aku berterimakasih karena kalian peduli dengan ku" ucap dahyun tersenyum tulus menatap hyung dan nunnanya bergantian.

Jeongyeon menatap dahyun sendu, dia sudah sangat yakin jika dahyun adalah adik kandungnya yang selama ini dia cari, tapi untuk lebih membuktikkannya dia harus menggunakan jalan ini.

"Baiklah saya akan memeriksanya ya.." ucap dokter maju mendekati dahyun, mereka dengan sangat fokus memperhatikan dokter yang sedang memeriksa dahyun.

"Begini, kau pasti makan tidak tentu, dan dia dahyun sepertinya sangat kelelahan, itu yang saya dapatkan,tetapi untuk lebih rincinya saya ingin mengambil darah anda untuk mengecek apakah anda hanya kelelahan biasa atau tidak, bolehkah?" jelas dokter, dahyun hanya menganggukkan kepalanya saat dokter meminta ijin mengambil darahnya.

Jeongyeon  dan tzuyu saling menatap dengan senyuman berhasilnya.

"Baiklah sudah, nanti saya akan memberi kan hasilnya 2 hari lagi, dan ini resep yang harus anda tebus nanti, jadi saya permisi" ucap dokter sambil menyerahkan kertas untuk dahyun.

"Mari saya antar dokter" ucap jeongyeon.

Saat dokter dan jeongyeon berada di depan rumah dahyun, mereka berhenti.

"Kerja bagus dokter mingyu, aku sangat berterimakasih dengan mu karena sudah membantu ku" ucap jeongyeon tersenyum menatap mingyu.

"Tidak masalah jeong, teman harus saling menbantu, dan semoga saja dia benar adik mu jeong, karena mata kalian begitu mirip" ucap mingyu, jeongyeon hanya menganggukan kepalanya.

"Hmm semoga saja, dan aku berharap juga begitu" ucap jeongyeon.

"Baiklah kalau begitu, jika hasilnya sudah keluar aku akan memberi tahu mu jeong, sekarang aku harus kembali ada pasien yang membutuhkan ku, bye jeong" ucap mingyu masuk kedalam mobilnya lalu melajukan mobilnya.

"Hmm semoga kau benar dia..." gumam jeongyeon menatap mobil mingyu.

"Semoga kau benar jeong...dan aku akan selalu mendoakan agar kau segera menemukan adik mu.." ucap mina memeluk jeongyeon dari samping lalu mencium pipi jeongyeon cepat.

"Semoga sayang...semoga" ucap jeongyeon mengelus pinggang mina dengan lembut.

Mereka tidak mengetahui jika ada sepasang mata yang melihat mereka penuh dengan curiga..

"Kenapa mereka saling mencium? berpelukkan? apa jangan jangan mereka? tidak tidak...jeong..jika kau bersama mina aku tidak tau bagaimana kabar hati ku..." gumam sana melihat jeongyeon dan mina berpelukan.

Sana merasa sangat sakit melihat mina dan jeongyeon saling berpelukan dengan mesranya.

Matanya sedikit memburam karena air mata yang dia tahan.

Sana pun pergi kembali ke dalam kamar dahyun untuk memberikan makanan yang berada di tangannya.

Akhirnya setelah beberapa jam mereka berada dirumah dahyun mereka pub pulang.

Kecuali sana yang sedang berada di dapur dahyun, dia sedang mencuci piring bekas mereka.

Sana melamun sedang memikirkan apa yang dia liat siang tadi, dia teru bertanya pada dirinya apakah mina dan jeongyeon sedang menjalin hubungan atau tidak membuatnya merasa sedih.

Dahyun yang bosan didalam kamar seharian berjalan dengan pelan menuju ruang tengah untuk menonton sebuah hiburan di televisinya.

Sana tidak sengaja memecahkan piring yang dia pegang karena licin.

"Akh!" teriak mina kesakitan karena pecahan piring itu mengenai jarinya.

Dahyun yang mendengar teriakan sana, tanpa memperdulikan kesehatannya dengan cepat berlari masuk kedalam dapur.

Dahyun membulatkan matanya melihat jari sana yang meneteskan darah tanpa henti, langsung saja dia mengemut jari sana membuat sana terkejut dengan tindakan dahyun.

"Jika nunna membiarkannya darah nunna akan terus keluar" ucap dahyun setelah menelan darah sana.

Dana terdiam melihat dahyun yang begitu khawatir dengannya.

Dahyun lalu menarik sana untuk duduk diruang tengah.

" Sebentar nunna" ucap dahyun lalu berjalan mengambil kotak p3k nya didekat meja makan, dahyun kembali lalu duduk didepan sana.

"Maaf nunna.." ucap dahyun menarik tangan sana untuk dia obati.

Dengan serius dahyun mengobati jari sana, sedangkan sana memperhatikkanya.

"Lucu juga kalau dia sedang serius" pikir sana dan muncul senyuman di bibirnya.

"Sudah..nunna melamunkan apa? sampai seperti ini?" tanya dahyun setelah selesai mengobati sana.

Sana kembali teringat dengan apa yang dia pikirkan tadi, sana hanya menghela napasnya panjang menundukan kepalanya.

"Aku tidak bisa cerita sekarang dahyun...tapi aku memang sedang dalam keadaan tidak fokus tadi....mian....karena telah memecahkan piring mu" ucap sana menyesal menatap dahyun.

Dahyun langsung menggelengkan kepalanya.

"Tidak masalah nunna, yang penting nunna tidak apa apa itu membuat ku lega..." ucap dahyun menatap sana tersenyum.

Entah kenapa jantungnya berdetak melihat dahyun yang tersenyum padanya.

"Eh ehem eh ini hampir malam a aku harus pulang" ucap sana gugup mengambil tasnya di meja.

Dahyun hanya menganggukan kepalanya.

"Aku akan mengantarkan nunna" ucap dahyun yang akan berdiri, lalu di hentikan oleh sana.

"Kau masih sakit, dan aku tidak ingin kau semakin sakit karena mengantarkan ku malam ini.." ucap sana sembari meletakan kedua tangannya di bahu dahyun dengan jarak yang begitu dekat membuat dahyun gugup.

"Dan besok juga aku akan kembali kemari untuk merawat mu dan mengajak mu makan siang bersama, kau ingat jika kita teman makan siang kan" ucap sana terkekeh.

Dahyun juga ikut tertawa mendengar candaan sana.

"Baiklah kalau begitu, hati hati nunna dan maaf karena aku tidak bisa mengantar mu" ucap dahyun berjalan bersama sana sampai depan rumahnya.

"Tidak usah sungkan...ya sudah, sampai jumpa besok dahyun bye..." ucap sana masuk kedalam mobilnya lalu melajukan mobilnya.

Dahyun melihat mobil sana sampai tidak terlihat lalu dia menunduk tersenyum mengingat momen canggung antara sana dengan dirinya.

"Lucu..." ucap dahyun lalu menutup pintu rumahnya dan kembali beristirahat.



my brother✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang