🌸

10 1 0
                                    


"Kok?" Wajah cantik itu dibuat melongo sekaligus heran, bagaimana tidak. Kursi yang biasa ia tempati kini sudah dalam keadaan yang abnormal, sial! Bahkan itu tidak bisa lagi disebut sebagai kursi.

Pantat saja sudah tidak bisa nyangkut:)

Mana ada kursi yang tengahnya bolong lebar macam closet, ini tidak mungkin kebetulan. Pasti disengaja! Keadaan kelas yang sudah cukup ramai membuat Van tidak bisa menemukan dan menuduh orang secara gamblang.

Pertama ia menoleh kearah Jeo, belum saja dia bertanya. Pemuda jahil itu sudah mengangkat jarinya yang membentuk huruf V sambil menggelengkan kepala, tapi mata pemuda itu sesekali ia lirikkan kearah pojok kelas.

"Bukan gw sumpah! Tapi dia noh!" - jeo be like.

Lamat-lamat gadis itu meresapi kode yang ditunjukkan oleh Jeo barusan, dan hasilnya tentu saja tetap pada orang batu diseberang sana.

Sebenarnya ada apa?
Rasanya, Van tidak pernah memiliki kesalahan besar pada pemuda itu. Sudahlah cukup masalah ayahnya yang membuat Van tidak bisa berfikir jernih, jangan sampai ia malah terkena masalah baru.

Tapi bagaimana pun  ia harus menghadapi ini, Vano itu juga manusia sepertinya. Untuk apa menaruh rasa takut yang berlebihan?

Tap... tap... tap...

Langkah kecil gadis itu perlahan membawanya kearah dimana dirinya ingin meminta penjelasan secara langsung, ini sudah keterlaluan.

"Van-"

"Iya, gw yang lakuin" potong pemuda itu cepat, bahkan tanpa memandang Van sama sekali.  Vano malah dengan sok sibuknya membuka buku pelajaran, mengisi beberapa soal essay dengan santai.

"Kamu... tujuan kamu apa?"

"Gw? Gaada" cuek Vano.

WTF!!! ARE YOU KIDDING BOY?!

Jujur, sekarang Van sudah tidak bisa lagi berkata-kata. Ternyata, melawan orang cerewet relatif lebih mudah daripada melawan orang yang pendiam tapi sekalinya bicara to the point. Ini belum apa-apa aja, dia udah ke skak duluan.

"Kenapa berdiri? Duduk!" Perintah Vano tiba-tiba.

Van yang masih loading pun spontan menjawab.
"Duduk dimana? Kursiku rusak"

"Terserah!"

LAH KOK!
DIA YANG RUSAKIN PADAHAL!

"Yaudah, eh! Jeo... aku nebeng duduk disana boleh gak?" Ditengah keputusasaan, manik mata Van menotice adanya kursi kosong di sebelah Jeo. Sebetulnya ada pemiliknya, tapi mungkin dia sedang tidak masuk hari ini.

"Bo-"

"Ga! Duduk sini!" Tiba-tiba saja tubuh Van tertarik ke samping, hampir saja ia menghantam meja saking kuatnya.

"Gausah Van, itu disamping Jeo ada tempat kosong" tolak gadis itu sambil berusaha melepaskan cengkraman Vano.

"Duduk atau Jeo yang kena imbasnya!" Ancam Vano, pemuda itu tanpa sadar semakin menguatkan cengkramannya hingga Van meringis menahan sakit.

"S-sakit Van" cicit Van, Vano yang baru sadar atas apa yang ia lakukan segera melepaskan gadis itu.

"Maaf" ucapnya datar, kemudian Vano berdiri dari duduknya. Memberikan akses untuk Van kembali ke tempat duduk yang ia khusus kan hanya untuk gadis didepannya.

Van yang tidak ingin ada kejadian lain pun langsung duduk di tempatnya, sesekali gadis itu memijat tangannya yang terasa lumayan sakit.

"Sini" Vano yang melihat itu langsung mengambil alih tangan Van, seperti yang ia pelajari dari kembarannya a.k.a Vero yang memang lumayan ahli dalam bidang ini. Tangan pemuda itu perlahan memijat tangan Van yang sudah kelihatan memerah.

Dia yang nyakitin, dia juga yang berusaha nyembuhin.
Kalo perumpamaan nih
Lu nyebar virus duluan, trus abis itu berlagak jual penawar.
Ngok:)

"U-udah Van, udah gapapa kok"

"Yakin?" Gadis itu mengangguk, dan setelah itu guru mapel mereka memasuki kelas. Pelajaran pun dimulai seperti biasanya.


🌸~


"Pulang bareng siapa?" Suara Vano memecah keheningan, Van yang awalnya sibuk membereskan tas langsung menoleh.

"Sama Rendy" jawab gadis itu, kemudian kembali fokus pada pekerjaannya tanpa menghiraukan raut wajah Vano yang mulai berubah.

"Oh"

"Iya, maaf bisa minggir sebentar. Rendy mungkin udah nunggu aku di parkiran"

"Hmm" pemuda itu langsung menyingkir, bahkan ia tanpa sepatah kata lagi berlalu keluar dari kelas terlebih dahulu.

Van yang tidak terlalu memusingkan hal itu hanya mengendikkan bahu acuh, dan setelah itu beranjak keluar kelas.



/Parking area/

"Rendy... udah lama?" Tanya Van yang baru saja sampai di parkiran sepeda, disana ia menjumpai kawannya itu sedang duduk santai diatas kursi plastik yang kebetulan ada disana.

"Engga, baru 5 menit. O iya, abis ini mau kemana? Sekalian nanti kita pulang agak sorean" tanya Rendy, membuat Van seketika menggigit pipi bagian dalam.

"Emm, anu. Kamu pulang duluan aja Ren, aku ada urusan"

"Owalah gw tau nih! Lu  pasti masih kerja di tempatnya paman kan?" Serobot pemuda itu, sebenarnya Van sama sekali tidak pernah memberi tahu Rendy perihal kerja sampingannya itu. Tapi waktu itu kebetulan Rendy mampir ke kedai, dan mendapati Van tengah bekerja disana.

"Ya gimana lagi Ren, kamu tahu kan. Kalau ayah udah ga pernah urus aku lagi semenjak kepergian bunda, kamu kira aku bayar spp pakai uang siapa? Kalau aku ga kerja, aku gaakan bisa bertahan hidup Ren. Apalagi dengan keadaan Papa yang sekarang di tahan, aku nyaris ga punya siapa-siapa di dunia ini Ren"

"Ah elu mah! Bikin gw sedih aja! Nih ya! Masih ada gw, nyokap, bokap, oma, opa yang ada sama lu! Gausah ngerasa sendiri! Gw banting juga nih kalo masih ngeyel!"

"Ck, Iya-iya" pasrah gadis itu, terserah Rendy lah pokoknya.

"Yaudah, gw anter ya ke tempat paman. Sekalian gw mo nongki disana, sepet gw dirumah mulu" tawar Rendy, pemuda itu kini beralih pada sepedanya.

"Okelah, tapi kuat kan? Jauh Ren, apalagi ketambahan bawa aku"

"Lah, ngeremehin nih bocah. Kuat elah! Yok buruan!"

|24 JUNI 2022|

Because U Are My Home (Fast Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang