🌸

11 1 0
                                    


"Kalian kenapa?"
Dentingan sendok dan garpu yang saling beradu lambat laun mulai terdengar pelan begitu seonggok pertanyaan Agatha lontarkan, fokus mereka semua kini beralih pada dua sosok yang sedari tadi duduk berhadapan namun tak saling bercakap.

"Nggak kok ma" bantah Vano, pemuda itu kemudian melahap sesendok nasi.

Sedangkan Van, gadis itu hanya menggeleng tanpa minat dengan wajah yang super pucat.

"Ehm... pasti ada yang mereka sembunyikan" batin Agatha dengan tatapan menyelidik.

🌸

Brakkkk

Tok! Tok! Tok!

"Van buka pintunya!"

Terdengar suara ketukan disusul dengan panggilan yang dilontarkan seseorang dibalik pintu kamar, namun bukannya segera membuka. Van hanya menatap pintu itu dingin seolah tidak peduli dengan orang itu.

"Van! Buka pintunya!"

Gadis itu sejenak menghela nafas, tatapannya berubah menjadi sendu.

"Pergi!" Lirihnya namun masih bisa terdengar.

Bisa ditebak bukan orang itu siapa?

"Van..."

Tesss

Satu bulir airmata jatuh dari dalam kelopak mata indah milik Van, mendengar suara itu semakin membuat dirinya dilanda dilema yang mendalam. Apalagi setelah kedua matanya beralih pada tempat tidur berantakan dengan noda darah disana- darah penyatuan mereka.

"Pergi!"

"Tidak! Kau buka pintunya atau aku dobrak?"

"Aku bilang pergi!!!"

"Kau yang memilih"

BRAKKKK!!!!

Tak lama setelah itu pintu kamar tersebut terbelah menjadi dua, dengan sekali tendangan Vano melakukan hal itu.

Untung saja Van berada agak jauh dari mulut pintu, jika tidak?
Mungkin kini gadis itu sudah tertimpa reruntuhannya.

Dan beruntungnya lagi semua orang disana telah meninggalkan rumah karena urusan masing-masing, jadi tidak ada yang mendengar pertikaian mereka.

"Kenapa kau menghindariku?" Tanya Vano spontan, pemuda itu menghampiri Van yang kini berdiri membelakanginya.

Srettt

Dengan sekali sentakan Vano membuat gadis itu menghadapnya, mata mereka saling beradu pandang.

"Jawab aku" lanjutnya, tangan Vano hendak menangkup wajah gadis itu. Namun Van sudah terlebih dahulu memalingkan muka.

"Jangan ganggu aku! Pergi!" Ujar Van dingin.

Vano memijit pelipisnya risau.
"Setelah apa yang kita lakukan kemarin, kau menyuruhku untuk pergi?"

"Lupakan saja! Anggap itu tidak pernah terjadi!"

"Kau... segampang itu? Tidak! Aku tidak ingin menjadi orang yang lebih brengsek lagi dengan meninggalkan tanggung jawabku! Kita akan menikah besok lusa!"

"Menikah? Hahaha... kita?"

"Van..."

"Cukup!!! Aku sudah muak dengan semua ini! Kau tau!"

"Kau menolakku?"

"Hah! Tanpa ku jawab pun kau pasti sudah tau! Bagaimana dua orang akan menikah jika mereka bahkan tidak memiliki apa yang disebut cinta?!"

Because U Are My Home (Fast Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang