🌸

9 1 0
                                    

Dari jarak beberapa meter, mata Elang milik Xavier melihat dengan jelas adanya dua objek yang kini tengah bercengkrama dengan hangat. Pria itu terus memperhatikan lawan bicara si gadis, benarkah dia orangnya?

Tampak berbeda sekali dengan terakhir kali mereka bertemu, dan hey! Dimana tangan berotot yang dulu sering dia gunakan untuk beradu mekanik dengan Xavier?! Ya Tuhan sekarang dia begitu kurus!!!

"Berhenti! Kalian sampai disini saja, aku ingin mengunjungi dia seorang diri" ujar Xavier menghentikan langkah dari orang-orang yang berjalan di belakangnya.

"Ya-mmpp" Vano langsung membekap mulut comber Vero yang hendak melayangkan protes, cowo berandal itu mendelik tak terima.

"Vano ikut" ucapnya tiba-tiba,  Xavier langsung menjatuhkan pandangannya pada salah satu putranya itu.

"Why?"

"Aku perlu membereskan satu orang lagi didepan sana" terang Vano, ia melepaskan tangannya yang tadi membekap Vero. Sontak sang ayah tersenyum miring mendengarnya, pria itu menelingsik Vano dari atas sampai bawah kemudian mengangguk paham.

"Hmm, kalian. Jangan biarkan satu bocah ini melangkah se inci pun, jika sampai gagal. Satu persatu kepala kalian akan ku penggal!" Perintah Xavier pada anak buahnya, ia tidak ingin jika Vero sampai ikut.

Pasti kalian mikirnya Xavier pilih kasih kan?
NO NO NO! BIG NO!
tau kan alasan dia gak diajak?
Yang ada gajadi serius!!!
Reunian bisa berasa pagelaran topeng monyet kalo ada si ono:)

"Pilih kasih anjir! Mana pake dipegangin segala! Dikira gw Guguk gila penyebar rabies??!!!" Omel Vero, ia menunjukkan kepalan tangannya supaya lebih menjiwai.

Tapi hal itu tidak dihiraukan oleh keduanya, mereka memilih berbalik dan segera menuju ke tujuan masing-masing.

"Ekhem, maaf mengganggu. Vano bawa dia" pemuda itu menepuk pundak Van, tatapannya seakan mengajak gadis itu untuk pergi dari sana. Awalnya Van mengernyit tak mengerti dan enggan bergerak, tapi setelah pandangannya beralih ke sang ayah. Barulah dirinya mau untuk mengiyakan ajakan Vano, kedua remaja itu pun akhirnya melangkah pergi. Tak lupa Van yang terlebih dahulu mengemas bekal Dean yang tak sempat pria itu habiskan.

"Long time no see dude" sapa Xavier, pria itu kini sudah duduk didepan Dean menggantikan posisi Van sebelumnya.

Dean? Jangan ditanya!
Dia kini menatap Xavier tak percaya.

"Gimana kabar lu?" Celetuk Xavier lagi, membuat Dean memalingkan wajah.

"Tujuan lu kesini apa?" Tanyanya, masih dengan posisi yang sama. Xavier tersenyum tipis meski mungkin Dean tidak melihatnya, tangannya bergerak memukul baku Dean cukup keras.

"Dasar seleb! Gw disini sinting! Bukan disono!" Tegur Xavier dengan nada gaulnya, ayah dua anak itu tampak sebal sekaligus senang bisa bertemu kembali dengan rivalnya semasa SMA.

"Hah... apa?" Dean akhirnya menatap Xavier meski dengan pandangan sayu.

"Gapapa sih, gabut. Mangkanya gw samper lu kesini, diet lu? Mungil amat" gurau Xavier yang langsung dihadiahi tatapan sinis Dean, pria itu menghempaskan tangan Xavier yang main nemplok.

"Bacot! Kesini mau ngeledek lu?!"

"Hehehehe iya dong bestot"

"Matamu separo! Gw bukan temen lu!"

"Dih! Galak amat si bapak"

"To the point njing!"

"Yee, si anying! Basa basi kek!!! Gaada terima kasihnya lu sama gw!"

"For what?"

"Dean Corp... sekarang ada sama gw, dan gw tau sebenernya lu gaada sangkut pautnya kan sama kasus gaje ini? Pake pasrah segala lu! Gw kan yang akhirnya pontang-panting beresin!"

"Siapa?"

"Gw!"

"Yang suruh"

"Monyet! Masih untung gw selametin ladang rejeki lu!" Xavier mulai mencak-mencak mendengar respon Dean yang lempeng dan gitu-gitu aja.

"Terserah, gw ga peduli. Mungkin lebih baik gw membusuk aja di penjara"

"Semprul! Lu mau gw maki pake kata apaan lagi tai?! Otak lu kopong ha?!!! Pikirin tuh anak lu! Kasian! Dia udah ga punya siapa-siapa lagi selain bapaknya! Yaitu elu goblok!"

Mendengar kata anak, Dean langsung mencelos. Pria itu mengepalkan kedua tangannya yang bersembunyi dibawah meja.
"Gw ga pantes Vier... Van ga pantes punya bapak kayak gw." Lirihnya.

Xavier memutar bola matanya
"Lalu? Lu mau buat diri lu makin ga pantes dan hina didepan Van?! Lu udah nyakitin dia! Anak lu!!! Dan elu ga mau berusaha perbaiki semuanya?! Kalo engga ya... fiks... lu adalah kasta orang paling goblok diantara orang-orang goblok bin tolol!" Sentak Xavier tak sabaran.

"Terus? Semuanya udah hancur, gaada yang bisa diperbaiki."

"Hhh, yang ngancurin kan juga elu Monyet! Anak lu ga salah! Sampe kasian gw liatnya, dia masih kecil tapi mentalnya udah jompo! Mikirlah Babi!"

"Ya elu mikirlah gimana rasanya ada di posisi gw!!!" Sentak Dean.

"Ditinggal salah satu orang yang lu sayang buat selama-lamanya? Sedih? Marah? Merasa dunia ini ga adil? Pasti! Tapi lu ga harus salahin siapapun! Lu gatau takdir?"

"Semua udah terlanjur, gaada yang bisa di perbaiki. Gw dipenjara, bisnis gw juga hancur! Apalagi yang bisa gw lakuin?"

"Ngulang dari awal, setelah lu bebas. Gw kasih balik perusahaan punya lu, kelola sebaik-baiknya supaya ga ketipu lagi!"

"Gw? Bebas? Ga mungkin"

"Mungkin! Gw punya semua bukti yang bisa bantu lu buat keluar dari penjara, tapi sebagai gantinya. Gw ada satu kesepakatan atau bisa disebut permintaan...."

|24 JULI 2022|

Because U Are My Home (Fast Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang