🌸

16 1 0
                                    



"Loh? Vano?" Jari gadis itu menunjuk kearah Vano yang kini tengah mengenakan apron khas kedai dengan tangan yang saat ini memegang sapu ijuk, tampaknya pemuda itu tengah menyapu.

Sama halnya seperti Van, Rendy yang baru selesai memarkir sepeda juga terkejut melihat penampakan Vano di kedai paman Nil.

"Woy!" Seru Rendy, Vano yang mendengar suara familiar itu lantas menoleh.

"Hm?"

"Ngapain lu disini?"

"Gw? Nyapu, ga buta kan?" Sahut Vano dingin namun nyelekit, rahang Rendy seketika jatuh ke bawah. Baru datang juga, udah dikatain.

#poorRendy

"Buset! Tajem banget congor you! Belom pernah didamprat pake ban motor? Sini! Gw antem dulu pake meja biar kane!" Ucap Rendy bersungut-sungut, saking aktifnya. Van sampai kebingungan menahan Rendy yang badannya sudah maju-maju hendak mengajak baku hantam Vano.

Vano?
Seperti biasa...
Pemuda itu hanya menganggap Rendy kutu beras kecil yang adanya tidak perlu terlalu dianggap, jahat.

"Udah Ren!" Van menarik Hoodie pemuda itu dari belakang.

"Huh! Ngeselin Babi!" Aksi itu akhirnya terhenti, tapi tidak dengan mulut Rendy yang masih komat-kamit kayak mbah dukun.

"Hush! Em... Vano, kamu kerja disini?" Tanya Van ragu, pasalnya seperti hal yang mustahil jika anak orang kaya macam Vano mau bekerja ditempat yang biasa seperti ini. Tapi sepertinya dia baru masuk, dari kemarin dia tidak melihat Vano di kedai setelah terakhir kali pemuda itu datang makan bersama dengan kembarannya.

"Seperti yang lu liat"

"Ooo, yaudah aku mau ganti baju dulu. Rendy, terserah kamu mau stay dimana. Aku mau kerja soalnya, kalau bosan kamu pulang duluan juga gapapa" ujar Van yang bersiap menuju ruangan pegawai, Rendy yang mendengarnya manggut-manggut kemudian berpose hormat.

"Siyap!"

"Nice! Vano semangat kerjanya!"

"Hum..." dehem Pemuda itu sebagai jawaban, Rendy yang ada disamping Vano pun semakin memperlihatkan wajah julidnya.

"Awas! Besok bisu!" Tudingnya, kemudian berlalu meninggalkan Vano yang masih sibuk menyapu dan sama sekali tidak menghiraukan apapun termasuk kutukan Rendy barusan.


🌸~


"Paman" panggil Van pada laki-laki paruh baya yang kini tengah sibuk menata beberapa benda yang tadinya berada tidak pada tempatnya. Paman Nil itu orangnya tidak pernah suka dengan yang namanya berantakan, jadi meski sudah berumur. Ia masih suka untuk sekedar menggeser-geser benda dan menata ulang semuanya sampai sesuai dengan apa yang dia inginkan.

"Oh, nak. Bagaimana keadaanmu? Sudah membaik?" Paman Nil menhentikan aktifitasnya, laki-laki itu dengan tergopoh-gopoh menghampiri Van.

"Puji Syukur paman, Van sehat kok"

"Syukurlah, oh iya. Kamu sudah tau belum kalau pacarmu berkerja disini?" Tanya paman, dahi Van berkerut seketika.

Pacar? Siapa?
Pacarnya siapa?
Siapa yang pacaran?

"Pacar? Paman jangan bercanda, Van tidak punya pacar" bantah gadis itu.

"Loh? Bukannya pemuda yang waktu itu mencarimu itu pacarmu?"

Van menepuk jidatnya.
"Paman... dia itu teman sekelasku. Vano kan?"

Paman Nil manggut-manggut.
"Iya, tapi waktu dia melamar pekerjaan kemarin. Pemuda itu mengangguk ketika aku menanyainya pasal itu"

"Ha? Paman pasti bercanda kan? Mana ada" elak Van, gadis itu bersidekap dada dengan bibir yang sudah manyun lima senti.

"Ya mana paman tau" paman Nil mengendikkan bahu.

"Hah... ya sudahlah, toh dia juga sudah bekerja dengan paman" pasrah Van, ia tidak ingin terlalu memikirkan hal yang menurutnya tidak penting ini. Jadi, terserahlah.

|25 JUNI 2022|

Because U Are My Home (Fast Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang