🌸

10 1 0
                                    


"Kau mau jalan-jalan?"

Van, gadis itu hanya melirik sekilas kemudian kembali memfokuskan diri pada novel yang ia baca. Kesadaran gadis itu telah penuh, dan disaat itu juga ingatan kebencian pada Vano pun kembali.

"Van..."

"Ck, kau menggangguku!"

"Huft! Kau benar-benar tidak ingin jalan-jalan? Sebentar lagi jadwalku akan padat dan tidak akan ada waktu lagi, lagipula aku sudah absen terlalu lama"

"Apa peduliku! Pergilah!" Jawab Van acuh, lalu berpindah tempat ke tempat tidur dan merebahkan dirinya.

Tentu saja Vano tidak tinggal diam, pemuda itu kembali menghampiri Van.

"Ayolah, apakah kau tidak bosan? Kau mau apa? Akan aku belikan"

"Kau kira aku ini apa? Tck! Tidak perlu"

"Vanilla ice cream?"

Van meneguk ludahnya mendengar Vano menyebut rasa es krim kesukaannya, namun ia masih berusaha untuk tidak tergiur.

"No"

"Matcha japanese roll?"

"Dont need!"

"Potato chese bread?"

Sialan!
Van menatap Vano tajam, benar-benar...

"Bagaimana?"

"Hah! Kau merusak mood ku!" Van melempar novelnya ke lantai.

"Jadi?"

"Fine!"

🌸

"Yah antri" gumam Van, ia mengerucutkan bibir saat mendapati antrian begitu panjang dikedai es krim favoritenya.

"Bagaimana? Mau ditempat lain saja?"

"Hah... ya sudahlah" pasrah gadis itu, daripada seharian hanya dihabiskan untuk mengantri lebih baik mencoba ditempat lain.

"Okay" Vano menepuk surai Van, kemudian melajukan kembali mobilnya.

Menit demi menit berlalu, akhirnya mereka memilih untuk berhenti disebuah kedai es krim dan kue pinggir jalan dengan tampilan yang sederhana. Kasarnya bangunan dan desain tempat itu cukup kuno jika dibandingkan dengan kedai-kedai jaman sekarang.

Tapi semua itu tidak masalah bagi mereka berdua, selagi tempatnya nyaman dan bersih.

"Turun sekarang?"

"Menurutmu?" Jutek Van, apa-apaan?
Klise sekali pertanyaannya!
Ya jelas sekaranglah!

"Oh okay"

Mereka berdua pun turun dari mobil, Van tampak berjalan lebih dulu dengan langkah kecil namun cepat. Vano yang melihat itu langsung menyusul dengan langkah lebar, dan menggapai tangan gadis itu untuk ia genggam.

Hup!

Bombastic side eyes

Gadis itu menoleh merasakan ada tangan yang menggenggam tangannya, matanya menampilkan tatapan yang seperti berkata
"Lepasin bangsat!!!"

Tapi Vano tidak menggubris, malah sekarang dirinya yang memimpin dengan berjalan beberapa inci didepan Van tetapi masih dengan tangan yang bertaut.

Ting!

Bel otomatis berbunyi saat Vano mendorong pintu kedai, mata mereka berdua langsung dimanjakan dengan interior kedai yang sangat klasik. Dengan pencahayaan yang pas sehingga ruangan itu memberi kesan hangat.

Because U Are My Home (Fast Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang