🌸

15 1 0
                                    


"Ya elu sih, bego!" Vero yang gereget langsung nonyor Vano, perasaan dia udah paling bego deh di rumah. Eh ternyata ada spesies baru lagi yang lebih bego.

Vano yang dihujat cuma malingin muka.

"Ya gimana... lu tau kan bang, gw orangnya kayak gimana"

"Hah... kacau deh kacau, sok batu sih jadi orang. Mana emosian, jual mahal, irit ngomong- nyenyenyenye"

-_-

Bugh!

"Bacotan lu ga guna sumpah" umpat Vano setelah meninju lengan Vero kuat.

"Shh, sakit o'on!" Pemuda absurd itu mengelus lengannya yang berdenyut nyeri.

"Gw cabut"

"Heh! Tunggu!" Vero menarik kaos yang Vano kenakan, sedikit kuat. Yaaa, setidaknya sampai molor.

"Ck, ga penting gw banting"

"Iye... sini-sini gw kasi tau-"


🌸~


"Siap? Pegangan yang kenceng, pundak gw kagak letoy kali. Sampe lu kudu lembut gitu, ngegelinding dijalan tau rasa ya kalo masih batu dibilangin"

Pagi-pagi sekali Rendy sudah berkicau nyaring, pemuda itu selalu saja cerewet dengan apapun yang bersangkutan dengan Van. Jangan begini! Jangan begitu! Dan blablablabla.

Emak-emak komplek aja jelas kalah telak kalau disuruh adu kicau sama itu orang, heran. Harusnya jadi laki itu jaga image, ngomong seperlunya, ga terlalu suka ngurusin hidup orang.

La ini, udah kayak emak-emak beranak lima. Ngemeng mulu bawaannya, mana kalau ga diturutin makin jadi.

"Hah... ini kapan jalannya? Daritadi ngomel mulu Ren" ujar Van, gadis itu sudah tampak kusut karena harus menghadapi kebawelan Rendy.

"Ya sampai lu pegangan yang bener, santai aja kali. Gw bukan tipe cowo yang suka bilang jangan pegangan dipundak, sok atuh... gw ga merasa jadi tukang ojek kok. Lagi pula kita kan naik sepeda, ojek apaan yang ngegowes? Cepet!"

"Iya-iya, udah tuh." Sahut gadis itu kesal, kedua tangannya kini sudah mencengkram kuat bahu berlapis hoodie milik pemuda didepannya.

"Oke, berangkatttt"
Akhirnya, setelah kurang lebih 15 menit beradu argumen dengan pasal yang tidak jelas. Sepeda itu melaju dengan kecepatan sedang, membawa 2 orang diatasnya melalui lika-liku jalan.

Tak jarang mereka berdua melontarkan beberapa candaan agar perjalanan yang mereka tempuh tidak terlalu terasa membosankan, saking serunya. Si pengemudi kadang sampai lupa jika dirinya lah yang mengendalikan sepeda, satu dua kali hampir masuk selokan malah.

"Awas Ren! Selokan!" Seru Van panik, sekali lagi mereka harus menghadapi keadaan yang sama.

Wing...

"Aman terkendali... dan tetap slayyy" balas Rendy enteng, mentang-mentang skill mengendarai sepedanya mulus.
Tapi siapa tau kan sesekali bisa nyunsep, yang jelas Van tidak mau jika kejadian itu menimpa ketika dia ikut serta duduk diatas sepeda.

"Slay! Slay! Tau artinya ga?"

"Yeh! Elu mah! Ya kagak lah!"

"Astagfirullah... sabar-sabar" dibelakang sana Van geleng-geleng kepala, mencoba tabah menghadapi orang semacam Rendy.

Menit demi menit berlalu, kedua anak manusia itu akhirnya sampai di sekolah. Van melirik jam yang melekat dipergelangan tangannya, waktunya sudah mepet.

Tapi tak apa lah, beruntung hari ini dia bisa sekolah. Sangat, dia tidak tahu lagi harus bagaimana jika tidak ada orang sebaik Rendy.

Kedua manik mata gadis itu beralih menatap Rendy yang masih sibuk memarkirkan sepedanya, kalau dilihat-lihat. Rendy itu orangnya rapi juga disiplin, lihat saja. Pemuda itu mengatur sepedanya dengan baik, tidak gujug-gujug diparkir sembarangan lalu pergi. Dia nyaris sempurna, hanya saja minusnya Rendy itu sangat cerewet dan kadang suka bertingkah gila haha.

"Dah, ayo! Keburu masuk entar" ajak Rendy setelah selesai dengan kegiatannya, ia menggandeng tangan Van agar bisa lebih cepat mengikuti langkahnya yang cukup lebar. Toh orang-orang juga tidak akan peduli, mereka berdua kan sama sekali tidak famous.

Dan mereka berdua akhirnya berpisang di tengah-tengah koridor, sebenarnya tadi Rendy sempat ngotot ingin mengantarkan Van ke kelasnya. Tapi gadis itu langsung menolak keras dengan alibi mepetnya jam masuk, tentu saja kali ini pemuda itu tidak dapat membantah. Dan sekarang Van sedang berada dalam ketegangan, ia sempat bingung untuk duduk di kursi yang mana.

Di tempatnya yang lama? Atau yang baru?

Tapi, dari sudut paling belakang kelas sana. Tempat dimana dia baru-baru ini terpaksa duduk, sepasang mata tajam seakan sudah menyorotnya sedari-tadi. Ah, dia jadi teringat kejadian kemarin.


🌸~


Satu hari yang lalu...

"Siapa namanya?"

"Kalau ga salah Dean"

"Dean?"

Didetik kemudian sang lawan bicara hanya mengangguk pertanda iya, dan satu orang lain disana tiba-tiba terdiam untuk merenungkan apa yang barusan dirinya dengar.

Apakah "dia"  yang dimaksud adalah orang yang berhubungan dengan masa lalu?




|23 JUNI 2022|

Because U Are My Home (Fast Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang