🌸

28 1 0
                                    

Sempet kesel karena udah cape" ngetik tapi ilang setengah😭 jadi meski alur intinya udah gw samain tapi tetep ae bedaaaa

ARGHHHH
/Depresotttt

Oke selamat membaca☺





Disinilah mereka
Berdiri didepan rumah mewah keluarga Adromeda, si laki-laki berdiri tegak sebagai penopang seorang gadis yang mungkin sudah tidak kuasa menjejakkan kaki.

Vano memulai langkah pelan, sambil membopong Van yang masih saja terhuyung-huyung meski sudah di bantu. Gadis itu tidak jauh lebih baik dari awal keberangkatan, keadaannya kini malah semakin memburuk dengan deraian air mata tanpa henti.


Tok... tok... tok...

Ngik...


"Vano kamu sud..." seorang wanita dewasa yang baru saja membukakan pintu sontak menghentikan ucapannya, ia terlalu terkejut melihat pemandangan yang ada di hadapannya.

Mengerti dengan gelagat sang Mama, Vano memberikan tatapan yg sulit diartikan namun wanita itu langsung mengerti dan segera menggiring mereka berdua memasuki rumah.

Saat mencapai ruang keluarga Agatha dengan sigapnya langsung mengambil alih Van dari putranya untuk diistirahatkan di kamar tamu karena memang keadaan gadis itu sudah tidak memungkinkan lagi untuk tetap terjaga.

Beberapa waktu kemudian, setelah mengurus Van. Agatha bergerak menghampiri Vano yang masih setia duduk di sofa, tanpa membuang waktu lagi. Wanita itu meminta penjelasan kepada anak sulungnya itu, tentu Vano dengan sedikit titik masalah yang ia tau langsung menceritakan semuanya mulai dari awal sampai akhir.

Dan
Pada waktu itu juga Agatha mengerti alasan mengapa putranya itu sampai berani membawa Van, gadis itu terlalu rapuh untuk melanjutkan hidup dibawah kungkungan sebuah sangkar berduri tajam.

Keluar tentu saja akan sulit, dan jikalau memaksa menetap dirinya akan semakin sakit tertusuk semua duri yang semakin lama akan semakin banyak dan memanjang melukai setiap inci tubuh hingga menembus hati dan jantung.




🌸~




Tok... tok... tok...

Agatha mengetuk pintu pelan sembari berujar
"Van... tante masuk ya?"

"Iya"
Setelah mendengar sahutan lemah dari dalam sana, wanita itu memutar handle pintu kemudian melangkahkan kakinya memasuki kamar. Kali ini Agatha tidak datang dengan tangan kosong, melainkan dengan sebuah nampan yang diatasnya terdapat semangkuk bubur hangat dan segelas air putih.

"Van makan dulu ya, ini tante buatkan bubur. Rasanya memang sedikit hambar, tapi harus dimakan biar cepat sembuh"

Wanita itu menaruh nampan diatas nakas kemudian membantu Van yang tadinya masih terbaring untuk bersandar di kepala tempat tidur.

"Tante suapin ya... aaaa buka mulutnya sayang" dengan penuh kasih sayang Agatha berujar demikian, hal itu membuat Van terpaku sejenak namun saat ia tersadar. Dirinya langsung membuka mulutnya, disusul dengan satu suapan bubur yang ia terima.

"Hap! Pinter... " girang Agatha
Yang lantas mengelus pucuk kepala Van lembut.

Sedangkan Van
Gadis itu seakan ingin tersenyum dan menangis secara bersamaan, tersenyum karena sejauh ini masih ada seseorang yang menyayanginya dan menangis karena hal itu mengingatkannya pada figur seorang bunda yang meski hanya menemani sementara tapi kasih sayangnya masih membekas sampai saat ini.

Melihat Van sedikit termenung, tentu Agatha tidak diam saja dan kembali menyodorkan satu sendok selanjutnya. Hal itu tetap berlangsung hingga suapan terakhir yang ditutup dengan satu tegukan air putih.




🌸~




Disisi lain, seorang anak laki-laki tengah bergelut dengan pemikirannya. Meski si tubuh sudah dalam keadaan terlentang diatas tempat tidur, namun pikirannya melayang kemana-mana. Ah lebih tepatnya ia sedang memikirkan seseorang.

Malam sudah semakin larut, namun laki-laki itu tak kunjung menutup mata. Yang ada di otaknya saat ini adalah mengenai keadaan seorang gadis dikamar sebrang.

Hatinya tentu meminta dirinya untuk keluar saja dari kamar, tapi otaknya yang masih normal justru melarang memikirkan resiko terburuk jika ia sampai nekat.

"Arghhh" erangnya frustasi karena sedari tadi terjebak dalam keadaan yang begitu membagongkan:)

Jarinya mengetuk-ngetul nakas kayu disamping tempat tidur hingga berbunyi nyaring, disusul dengan kakinya yang berpindah posisi kesana kemari karena merasa tidak nyaman.

Begitu seterusnya hingga beberapa menit.

"Bodo!" Umpatnya

Dan setelah itu Vano langsung melangkahkan kakinya lebar-lebar tanpa menoleh, ia tidak peduli ada atau tidaknya orang lain disekitar.

BRAKKK

Ia membuka pintu kamar lebar-lebat hingga bagian belakangnya menabrak dinding, ekspresi yang tadinya masam kini berubah menjadi sayu ketika manik matanya menangkap sebuah objek seorang gadis yang terbaring dengan mata tertutup serta tampang yang polos.

Hingga beberapa saat kemudian laki-laki itu masih betah berada di mulut pintu, dan yang ia lihat masih sama.
Hingga....

Tap... tap... tap...

Sedetik kemudian Vano sudah duduk dipinggiran tempat tidur, dengan lancang tangannya mengangkat kain kompres dan menyentuh dahi Van.

Masih panas....

Vano menghela nafas, kemudian menaruh lagi kain kompres itu di tempat sebelumnya. Sekali lagi tangannya berulah, kali ini ia mengusak rambut Van pelan.

Entahlah
Awalnya ia ingin segera pergi setelah menjenguk dan memastikan keadaan gadis itu, namun ternyata sulit untuk bertindak demikian.

Justru sekarang ia ingin terus menemani Van mungkin sampai gadis itu terbangun nantinya, netra itu...
Tak kunjung melepaskan pandangannya pada sosok makhluk Tuhan yang begitu manis, pipinya yang merah karena efek demam itu...

"VANO! KAMU NGAPAIN?!!!"











Wayoloh ngapainnn
#Digantungkan demi kelangsungan part selanjutnya wkwkwk

Diketik kala fajar belum menyinsing:)

Publish:
5 Feb 2021

Because U Are My Home (Fast Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang