#12

31 5 3
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ayara berjalan seorang diri di sepanjang lorong menuju kelas, seperti biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ayara berjalan seorang diri di sepanjang lorong menuju kelas, seperti biasanya.

Sedari sampai di sekolah, ia merapalkan doa semoga hari ini ia tidak akan bertemu dengan laki-laki brengsek itu, bahkan untuk tau namanya aja tidak. Tapi dia bersikap seperti itu padanya? Sulit dipercaya.

"Bagus ya lo, baru dateng jam segini. Gua udah nunggu lo daritadi tau gak! Sengaja ya lo, mau menghindar dari gua, iya? Ngaku!"

Seketika jantunya berdegup begitu kencang mendengar suara di belakangnya ini.

Argh! Kenapa harus sekarang sih? Aduhh, harusnya aku gak ngomongin dia dalem hati, jadinya gini kan

Ayara memilih untuk tidak berbalik dan melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Gadis itu berjalan sangat cepat sambil merapal doa.

Melihat itu, tentu Alaska tidak tinggal diam. Laki-laki itu mengejarnya, beruntung ia berhasil menarik tangan Ayara.

"Sialan! Mulai berani ya lo sama gua?! Siapa yang suruh lo pergi gitu aja hah?!"

Ayara menghela nafas pelan, menetralkan degup jantungnya dan mengumpulkan keberaniannya menatap Alaska. Pasalnya sejak kejadian kemarin, Ayara semakin merasa sulit untuk tidur.

"Sejak kapan emang aku gak berani sama kamu? Buat apa juga aku takut sama kamu?" sahutnya.

Aku cari mati gak sih kalo kaya gini? Enggak-enggak, tindakan kamu udah bener Aya

Alaska menatapnya datar, sangat datar. Bahkan menatap dengan tatapan tajam. "Makin kurang ajar ya lo! Berani lo natap gua kaya gitu?"

Alaska semakin mencengkram tangan Ayara. Gadis itu meringis pelan, ia tidak ingin Alaska semakin semena-mena padanya. Tidak lagi.

"Lepas gak! Kamu itu kenapa sih, aku ada salah apa sama kamu?! Aku kenal kamu aja enggak! Tapi kamu malah kaya gini ke aku!" ujarnya sedikit berteriak.

2190 hours with TiergartenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang