#21

25 4 2
                                    


______________________________________

2190 hours with Tiergarten

_______________________________________




Kavindra duduk di tepi ranjang di mana Ayara tengah berada di bawah pengaruh obat tidur. Lima belas menit yang lalu, Ayara sudah sadar. Namun ia menjerit histeris karena masih terbayang kejadian beberapa saat lalu, antara dirinya dan Alaska.

Kavindra tengah termenung membelakangi Ayara. Sesekali ia menatap wajah pucat Ayara, pipi gadis itu sedikit tirus. Laki-laki itu menghela napas pelan, melihat kondisi Ayara saat ini.

Berulang kali Kavin merapalkan kata maaf dalam benak. Kavin merasa menyesal karena telat mengetahui semua ini, tentang rahasia Ayara. Padahal Kavin sendiri adalah mahasiswa— ah, sudahlah.

"Kak... aku gapapa. Kakak bisa pergi."


Suara Ayara yang tiba-tiba terdengar membuat Kavindra lekas menoleh ke belakang. Perasaan lega bercampur khawatir terpancar dari wajah Kavindra.

"Syukurlah kamu udah siuman. Gapapa, aku udah selesain semua pekerjaan aku kok. Jadi bisa temenin kamu di sini," katanya.

Masalah pekerjaan, laki-laki itu berbohong. Dokter James memberinya cuti sampai kondisi Ayara memungkinkan untuk kembali beraktivitas.

"Kakak sekarang jadi banyak omong ya," kekeh Ayara pelan. Kavindra pun yang baru menyadari sikapnya, menggaruk lehernya yang tidak gatal karena malu.

"Minum dulu, kamu pasti haus." Kavindra membantu Ayara untuk minum dengan sangat hati-hati.

"Jadi... sekarang bahasanya aku-kamu nih? Enggak lo-gua lagi?" Ayara kian gencar meledek Kavindra.

"Kalo gak nyaman—"

"Enggak kok. Aku gapapa, senyaman kakak aja gimana." Gadis itu tersenyum tipis.

"Maaf ya, kak. Aku buat masalah lagi, aku udah repotin kakak juga. Sekali lagi aku bener-bener minta maaf buat semua masalah yang udah aku lakuin." Ayara menunduk sambil menggigit pipinya dari dalam. 

Kavindra mengelus rambutnya. "Siapa bilang kamu buat masalah dan repotin aku, hm? Gak perlu minta maaf, kamu gak ngelakuin kesalahan apa pun."

"Tapi kak...."

"Tapi apa, hm? Udah, kamu gak perlu pikirin yang lain. Sekarang kamu harus fokus sama terapi kamu, oke?"

"Percaya, semua akan baik-baik aja." Kavindra masih setia mengusap rambut Ayara diriringi dengan senyum manis miliknya.

"Makasih kak, buat semuanya. Maaf karena satu bulan terakhir ini aku jadi nambah beban kakak," ujar Ayara menyesal.

"Kalo aku bilang enggak, berarti enggak. Aku harusnya makasih sama kamu, karena aku setelah ketemu kamu jadi bisa makan gratis setiap hari. Gak perlu beli makan dari luar lagi, ya... itung-itung menghemat pengeluaran."

Mereka berdua tertawa bersama. Entah di mana letak leluconnya. Semua seolah tidak terjadi apa-apa.

"Soal aku yang—"

"Jangan dipaksa. Kamu gak harus cerita sekarang gapapa kok, diri kamu jauh lebih penting dari apa pun. Jangan diulangin lagi ya? Apa pun masalah kamu, jangan pernah sekali pun kamu sentuh benda itu lagi, janji?"

Ayara menyelami mata teduh milik Kavindra. Semua masalah seperti hilang dalam sekejap mata, Ayara ingin terus berada di momen seperti ini. Tapi apa mungkin?

2190 hours with TiergartenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang