Ketiganya terdiam. Tidak, lebih tepatnya dua orang itu. Keduanya menatap satu sama lain, kenapa takdir mempermainkan mereka seperti ini?
"Akhirnya kalian berdua ketemu juga." suara gadis itu memecahkan diamnya dua orang itu. Dania menatap Kavindra dan Ayara dengan senyum manis.
Apa maksudnya akhirnya ketemu? pikiran Ayara tengah berkecamuk. Banyaknya pertanyaan di dalam otaknya ini hingga membuat pusing. Siapa gadis ini? Jadi selama ini dia memang mengenal aku? Atau bagaimana? Rasanya kepala Ayara ingin meledak jika ibaratkan bom.
Dengan wajah bingung dan perasaan juga pikiran yang beradu, Ayara menatap Kavindra dalam diam. Entah harus bagaimana dirinya berekspresi kali ini. Tidakkah cukup dengan menghilangnya Kavindra kala itu dan kembali lagi, yang mana keduanya tanpa sepengetahuan dirinya dan bahkan sampai kini pun tidak tau apa alasannya.
"Aku ketemu dia di rumah sakit tempo itu. Eung..., nama kamu siapa? Maaf aku lupa." Lagi, hanya suara Dania yang terdengar.
Kavindra pun sama terkejutnya. Dan bingung harus bersikap dan berekspresi seperti apa. Ini benar-benar di luar kendalinya. Baru saja dirinya ingin menjelaskan semuanya pada Ayara, tapi kenapa justru malah begini jadinya? Ah, rasanya ini hanya kian runyam.
"Yara...," gumamnya pelan. Namun masih bisa Ayara dengar. "Kak Kavin..., kamu kenal Dania? Dia—"
"Oh iya, aku belum bilang ke kamu ya? Aku tunangan Kavindra. Di rumah sakit tempo itu, aku mau bilang ke kamu. Tapi ternyata waktunya gak tepat, karena aku ada urusan mendadak."
"Ah iya! Aku kenal kamu, karena gak sengaja liat pesan masuk kamu di ponsel Kavindra. Dan beberapa kali suka denger dia sebut nama kamu di telepon, juga pernah sebut nama kamu waktu sakit. Karena aku penasaran, aku sempet ngikutin Kavindra dan ternyata tujuan dia ke rumah sakit. Dan ketemu sama kamu."
"Kamu sengaja dengar pembicaraan saya dan ngikutin saya?!? Lancang ya, kamu!" Emosi Kavindra sudah tidak bisa dibendung lagi. Tidak biasanya dia begini, emosinya meluap tanpa bisa dikendalikan.
"Kak Kavin!" giliran Ayara. Akhirnya gadis itu bersuara.
"Gak usah bentak gitu bisa kan? Ini tempat umum kalo kamu lupa. Sebentar lagi, banyak orang yang lalu-lalang. Tolong banget jangan buat keributan gini, jangan buat orang-orang jadi merhatiin kita."
"Gapapa kok. Ini emang salah aku, diem-diem ngikutin. Dan masalah pembicaraan kamu, aku gak sengaja denger. Bukan disengaja."
"Aku minta maaf, Vin."
Kavindra seolah tidak mendengar itu. Matanya kini hanya tertuju pada gadis yang ia sangat sayangi, Ayara. "Yara..., aku mau jelasin semuanya sama kamu. Kita ngobrol dulu ya?"
Kavindra sadar satu hal. Bagaimana gadisnya bisa sampai ke daerah ini?
"Kamu habis dari mana? Kok bisa sampai sini?"
"Bukan urusan kamu kak. Maaf, bus tujuan aku udah dateng. Permisi."
Beruntungnya bus datang di waktu yang tepat. Ayara sedari tadi berusaha menahan air mata yang akan luruh. Matanya yang memerah karena menahan tangis sekuat tenaga tak luput dari pandangan Kavindra. Dari kaca bus, Kavindra menangkap siluet Ayara yang tertunduk tanpa melihat lagi ke luar jendela. Padahal Kavindra tau, itu adalah hal yang disukainya.
Kavindra mengepalkan kedua tangannya. Buku-buku tangannya memerah, napasnya kian memburu. Emosinya begitu menghimpit pembuluh darahnya. Urat-urat di dahinya pun begitu kentara. Laki-laki itu mengacak abstrak rambutnya.
"PUAS LO?!? LO ITU BARU AJA BIKIN RUNYAM HUBUNGAN GUA SAMA AYARA! " baru kali ini Dania mendengar Kavindra menggunakan lo-gua.
"Kavin, aku—"
KAMU SEDANG MEMBACA
2190 hours with Tiergarten
FanfictionAyara, gadis biasa dengan sejuta misteri yang tidak satu hal pun Kavindra tau. Yang Kavindra tau hanyalah, Ayara adalah gadis yang hampir ia tabrak saat waktu hampir tengah malam. Namun Kavindra tidak tau yang sebenarnya, tentang dunia Ayara yang s...