#28

17 2 1
                                    

What Should I Do?

Sesuai permintaan Alaska, kini Ayara berada di kediaman milik kedua orang tuanya. Tentu hal itu membuat sang ibu merasa senang, karena bisa bertemu Ayara.

Pertemuan pertama Ayara dan orang tua Alaska saat laki-laki itu wisuda. Dia mengundang gadis itu agar dating, walaupun awalnya Ayara menolak, namun pada akhirnya mengiyakan. Menurutnya, tidak ada salahnya juga.

"Aya, bunda seneng kamu menginap di sini malam ini. Makasih ya, sayang udah mau menginap," kata ibunda Alaska.

Wajah Wanita paruh baya itu begitu sumringah, dan berseri. Sejak tadi kedatangan Ayara, dirinya begitu memanjakannya. Memang bukan kali pertama bagi Ayara diperlakukan begini, kadang kala mengingatkannya dengan amanya. "Iya, bunda.

Aya yang harusnya terima kasih karena udah diizinin nginap di sini," sahutnya sembari tersenyum. Ayara kerap kali mendapat kiriman dari sang bunda, hampir berbagai macam kebutuhan harian sekali pun ia dapatkan.

"Bun, masih lama quality time sama calon mantu?" kali ini suara ayah dari Alaska. Begitulah kira-kira panggilan yang Ayara dapat. Walau sering mendengar, tetap saja membuat wajahnya memerah karna malu.

"Kenapa sih, yah? Ganggu aja deh. Jarang-jarang tau bunda bisa ketemu Ayara kaya gini."

Ayara menjadi merasa bersalah, karena jarang menemui bunda. "Maaf bunda, nanti Aya bakal sering-sering ketemu bunda ya," katanya.

"Kalau kamunya sibuk gapapa kok, sayang. Bunda ngerti. Emang nih, gara-gara si ayah." Bunda menatap ayah dengan tatapan selidik.

"Loh kok, jadi ayah?" bingung ayah seraya menunjuk dirinya sendiri. "Ini loh, anak laki-laki kamu cemburu dari tadi kamu lama banget sama Aya. Tuh lihat aja." Ayah menunjuk dimana Alaska berada.

Memang sejak tadi, dirinya sengaja bolak-balik ke dapur, nanti duduk di kolam renang, bahkan balkon kamarnya. Hanya untuk mencari perhatian Ayara, agar gadis itu menyadari kehadirannya, dan sadar jika sudah terlalu lama bersama bunda. Pasalnya , Ayara dan bunda sedang mengobrol di gazebo belakang rumah.

"Dasar anak muda. Gak bisa kelamaan dikit kalo pacarnya sama bundanya sendiri." Bunda menggeleng dan tersenyum geli melihat anak tunggalnya begitu.

Memang sejak kenal Ayara anaknya banyak berubah, dari yang pendiam dan lebih suka mengurung diri jika di kamar, atau menghabiskan waktunya dengan kedua sahabatnya di luar.

"Maaf bunda, tapi Aya bukan pacar kak Alaska." Ayara berusaha mengklarifikasinya, agar tidak ada salah paham lagi.

"Loh? Jadi Alaska belum nyatain perasaanyaa ke kamu?"

Ayara menggeleng. "Lagi pun, gak mungkin kak Alaska suka sama Aya. Semua perlakuannya mungkin semata-mata sebagai menebus rasa bersalahnya karena masalah yang lalu."

Orang tua Alaska sudah tahu perihal kejadian yang pernah dilakukan anaknya, terlebih ini pada seorang gadis. Laki-laki mendapat amarah yang luar biasa, terutama dari bundanya.

Perasaan Sukanya menjadi obsesi semata, juga perasaan denial membuat dirinya menjadi membully Ayara. Caranya yang ingin melindungi dari Kayla pun salah besar. Melindungi dengan cara ikut membully? Tidak logis rasanya.

"Nanti Aya coba tanyain ke kak Alaskaya, bunda. Kayanya kak Alaska lagi deket sama seseorang deh, bun. Soalnya pernah waktu lagi bareng sama aku, kaka Alaska senyum-senyum gitu."

Bunda hanya membalas dengan mengelus surai miliknya. Karena ia yakin, Alaska benar-benar menyukai Ayara, ia yakin itu.

"ALASKA! SINI! UDAH KALI CARI PERHATIAN AYARA. AYARA UDAH LIHAT KAMU NIH." Dengan segaja, ayahnya berteriak begitu, agar anaknya itu berhenti mondar-mandir. Melihatnya aja, udah bikin pusing. "Apa deh, ayah. Aku habis isi botol minum, bukan cari perhatian Ayara. Aneh." alibinya.

2190 hours with TiergartenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang