#23

30 7 7
                                    

The Answer;

"ARGHHHH!!! SIAL! SIAL! KENAPA GAK KASIH ABA-ABA DULU SIH?!" teriak seorang gadis dari atas rooftop.

"Hah..., kayanya baru kali ini deh aku ngomong kasar kaya gini," Ayara tertawa kecil menyadari perbedaaan dirinya hari ini. Ya, gadis itu adalah Ayara.

"Kak Kavin itu ya, sekalinya perhatian bikin perut aku kaya ada kupu-kupunya." Ayara sibuk bermonolog sendiri di atas sana. Rasanya kenapa begitu bahagia hanya karena hal kecil seperti ini?

Di lain sisi, seorang laki-laki merasa terusik karena mendengar teriakan Ayara.

"Brengsek! Siapa sih yang teriak-teriak siang bolong kaya gini?!"

Alaska segera mencari keberadaan asal suara teriakan itu. Dengan langkah tergesa-gesa, dan wajah yang marah karena mengusik dirinya yang tengah bergalau.


Flashback*

"Sok keren banget itu orang! Kenapa juga dia keliatan deket sama Aya?"

"Dia cowok yang sama waktu di rumah sakit."
Alaska berteriak frustasi memikirkannya. Alaska cemburu?
Bersamaan dengan itu, ponselnya berdenting, ada pesan masuk dari Kalendra.

Selamat bergalau ria bro!
Jangan ngelak, gua tau lo cemburu liat Ayara sama cowok itu

"Sialan si Kalendra!" makinya. Di saat Alaska tengah melamun memikirkan hubungan antara Ayara dengan laki-laki itu, suara teriakan Ayara terdengar.

Off

"Udah gak waras ya lo?!" makian Alaska membuat Ayara membalikkan badannya.


Deg!


Raut wajahnya langsung berubah seratus delapan puluh dari yang tadi. "Kenapa? Lo kaget liat gua?"


Ayara hanya bisa menggeleng. Lidahnya mendadak kelu. Hal itu pun juga disadari oleh Alaska, membuatnya menggeram dalam hati. "Kenapa?" tanyanya sekali lagi.


Lagi-lagi Ayara menjawab dengan gelengan kepala. "Kalo ada yang tanya itu jawab. Mendadak bisu lo? Tadi lo bisa tuh, teriak-teriak gak jelas," sinisnya.


"M-maaf," ujarnya pelan. Alaska menyugar rambutnya dengan kasar.

"Kenapa sih? Lo selalu bersikap beda setiap kali liat gua? Contohnya tadi, lo keliatan seneng aja tuh, tapi setelah liat gua, lo berubah. Lo ketakutan."


"Enggak!" Ayara reflek menaikan intonasinya.

Alaska menunduk, dan tertawa remeh. Kini matanya menatap tajam Ayara. Tangannya mencengkram bahu Ayara, Alaska dikabuti oleh perasaan marah.


"Jawab gua. Kenapa lo selalu bersikap kaya gini sama gua? Sedangkan dengan cowo itu, lo keliatan baik-baik aja. Bahkan lo keliatan bahagia sama dia. Apa yang dia punya sampai lo bisa kaya gitu?" ujar Alaska dengan tegas.

2190 hours with TiergartenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang