#15

36 5 5
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•   •   •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•   •   •

"Tunggu sebentar ya kak, saya buat dulu pesanannya. Silahkan duduk dulu," ujar Ayara ramah.

Gadis itu kini sibuk membuat pesanan Jendra dan Kavin. Sedangkan Kavin, laki-laki itu berusaha melakukan sesuatu, seperti orang sibuk. Yang penting, ia tidak menatap lamat Ayara, bisa diledek Jendra lagi kalo ketauan.

"Gak usah sok sibuk lo. Gua tau ya, lo kaya gini biar gak ketauan gua kan, kalo lo gugup dan liatin dia diem-diem."

"Diem lo. Gak usah sok tau," sahutnya galak. Jendra tertawa pelan melihatnya.

"Permisi, ini ice latte sama americano-nya. Kalo nanti ada yang mau dipesen lagi, panggil saya aja ya. Saya permisi kalo gitu," ujar Ayara usai meletakkan pesanan keduanya.

"Eh... tunggu dulu." Jendra menahan lengan Ayara dan diam-diam melirik Kavin, ia hanya ingin melihat bagaimana reaksinya saat ini.

"Iya, ada yang mau dipesan lagi kak?" Ayara sudah mengeluarkan catatan kecilnya.

"Bukan-bukan. Ada yang mau gua omongin sama lo, sini gua bisikin."

Ayara mengernyit heran, ia menatap Kavin seolah bertanya apa yang harus ia lakukan, menuruti permintaan temannya atau pergi.

Tapi Kavin justru membuang wajahnya, seolah tidak peduli. Laki-laki itu menyeruput ice latte-nya sambil memeriksa lembaran-lembaran kertas yang agak tebal.

"Santai aja, gua gak aneh-aneh kok." Jendra seakan tau apa yang Ayara pikirkan. Perlahan, Ayara maju dan merundukkan badannya.

Jendra membisikkan sesuatu, bahkan tanpa sadar Kavin sedikit mencondongkan badannya karena begitu penasaran.

Kena kan lo, batin Jendra.

Bola mata Ayara terbelalak karena terkejut. Bahkan ia mengedipkan kedua matanya saking terkejutnya.

Lucu, pikir Kavin. Laki-laki itu tersenyum tipis, sebisa mungkin menahan kendutan di bibirnya.

"Lo gak percaya sama gua? Terserah sih, lo bisa liat mata gua ada keliatan bohong gak. Lo yang nilai," Jendra kembai bersuara.

2190 hours with TiergartenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang