42 | STUBBORN

103K 17K 21.9K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


-----

     [ SMA BHUMI TIRTAYASA ]

     Untuk yang pertama kalinya Sheila melihat gedung ini apalagi sampai memasukinya. Gedung yang sekarang sudah benar-benar kosong di karenakan malam sudah larut dan hujan belum reda, Steven membawa Sheila kesini.

     Mereka tiba di parkiran, gadis yang tidak pernah menginginkan apapun selain di bebaskan itu, tidak tahu sama sekali apa tujuan Steven membawanya kemari. Baru saja Sheila turun dari motornya namun cowok itu sudah langsung mengambil kuasa lagi tangannya. Dari sini kita bisa lihat kan, bukankah malah semakin memancing kemarahan Steven jika Sheila tetap nekat untuk lari?

     Steven menariknya untuk terus masuk ke dalam. Keduanya sama-sama menyusuri setiap lorong yang cahaya lampunya sudah banyak yang mati. Tak tahu akan kemana tujuannya, mereka rupanya terus naik ke lantai atas, berjalan jauh lagi ke tangga selanjutnya, naik, hingga setelah lama perjalanan yang tidak santai itu mereka tiba di roof top SMA Bhumi Tirtayasa. Di atap lantai tiga, yaitu lantai ke empat.

     Barulah Steven melepaskan tangannya. Lelaki itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling, di rasakan sakit dan ingatan buruk itu semakin menjalar menakutinya. Ini pun sebenarnya untuk yang pertama kalinya Steven kesini lagi semenjak kejadian dua tahun yang lalu itu, dan sebenarnya dirinyapun di larang keras kesini jika tidak mau semua trauma itu kembali!

     Steven tertawa pelan menahan sakit di kepalanya. Dia menikmati air hujan yang sekarang masih membasahi mereka, Steven suka hujan.

     "Shey," panggilnya. Steven mendekat lalu menjangkau tangan gadis itu, menariknya hingga membuat Sheila menabrak dadanya kaget.

     Dapat Sheila dengar tawa manis Steven di atas nya membuat Sheila mendongak khawatir.

     "Wanna dance with me?"

     Dansa? Di malam-malam hujan seperti ini? Gelap dan musiknya adalah gemuruh petir? Begitu yang di inginkan Steven?

     Steven tetap membawanya untuk berdansa. Mendekap pinggang Sheila erat, merenggangkannya, menari, sampai akhirnya Steven terhenti saat dia merasa tidak menikmati tarian itu.

     Cowok itu mendecak kasar. "Shey! Senyum kenapa sih?!"

     Sheila menatap Steven dengan perasaan bersalah. Dia tidak tahu apa yang di inginkan cowok itu tadi. "Kak Stev.. Maaf."

     "Lo nggak bahagia malam ini? Lo nggak ngerasain apa yang gue rasain malam ini?"

     "Kak.. Maaf, iya, i-ya aku bahagia malam ini. Ayo ulang dansanya." Sheila memaksakan senyumnya walaupun sekarang air mata itu masih mengalir tersamarkan hujan.

GAMALIÉLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang