Aku nggak pernah buat tanyain kalian masih semangat bacanya?. Aku paling seneng di spam komen buat update chapternya setiap hari. Bikin mood ku baik dan semangat revisi ceritanya.
Jadi kalian harus ingat selalu kalo cerita 18+ ini cuma ada di wattpad! Seperti yg aku ceritain, sebelum cerita ini direvisi ada yg plagiat sama persis di publish di aplikasi fizzo.
Sekian basa basinya, terimakasih untuk yang sudah berkenan membaca, memberi vote, dan memberi spam komentar. Love you all 😍
Bel pulang sekolah sudah terlewat sekitar sepuluh menit lalu, Gara berjalan menuju kompleks kelas sepuluh.
Menyusul majikannya yang tak kunjung terlihat karena katanya tadi sedang ada giliran piket kelas. Gara mengernyitkan dahinya. Ia melihat Soya sedang berbicara dengan seorang lelaki.
Bahkan memakai seragam basket sepertinya. Adik satu tingkat di bawah Gara. Semakin dekat, samar samar Gara dapat mendengar pembicaraan mereka.
"Maaf ya Kak, Soya nggak jadi daftar ekskul itu" ucap Soya sembari menatap formulir di tangannya.
"Yakin? Lagipula kalo kamu ikut nanti bisa lihat orang main basket loh. Katanya kamu suka lihatnya"
Soya mengangguk, "Iya, tapi Soya nggak dibolehin"
"Gimana kal- "
"Nggak usah maksa" Gara yang sudah sampai di samping Soya itu berujar tegas.
Tatapannya menusuk dan datar. Ia tahu siapa cowok di depannya ini. Namanya Rega, salah satu kandidat ketua basket tahun ini yang akan menggantikan dirinya.
"Eh, iya bang. Kalo gitu gue cabut dulu deh" pamitnya. Selama ia belum menjadi ketua basket, Rega tak ingin gegabah bersikap buruk didepan seniornya.
Meskipun dirinya harus menahan rasa penasaran ingin sekali bertanya kenapa Gara ikut campur urusannya dengan Soya.
Sebelum benar benar pergi, Rega sempat mengulas senyum menatap Soya dan mengusap kepala gadis itu pelan. Tidak peduli jika seseorang telah menatapnya tajam.
"Ada urusan apa kamu sama dia?" tanya Gara ketika Rega telah berlalu pergi.
"Kak Rega ngasih formulir karena Soya pengen jadi anak cheers, tapi nggak dibolehin sama Kak Agung " terakhir bibirnya mengerucut.
"Bagus deh"
Mata Soya melotot, "Kok bagus sih?! Soya kan jadi bingung mau pilih ekskul apa kalau gini. Padahal Soya pengin lihat kakak kakak keren itu main basket" tatapannya mengarah ke lapangan basket yang semakin ramai pemain.
Gara mendecih pelan, "Kamu pikir aku nggak keren?”
“Nggak sama sekali, karena Aa’ itu lebih dari sekedar kata keren. Aa’ itu sempurna”
Gara berdehem keras, “Dari siapa kamu belajar bilang gitu?”
“Lulu! dia suruh Soya baca buku yang judulnya ‘trik jitu menaklukkan lelaki’”
KAMU SEDANG MEMBACA
18+ : When We Were Young
Teen Fiction"Aa' ihh. Pelan pelan nyusunya! masih banyak kok" Siapa yang tidak kenal dengan Aan Sandi Negara, sosok lelaki yang gagah, tampan, dan perkasa. Kisah ini menceritakan perjalanan hidup Aan Sandi Negara, ketika usianya menginjak delapan belas tahun...