Sekali kali aku maw update siang hari 😉 biar klean bacanya nggak ngantuk krena biasanya kan sering update malem.
Dari jam dua belas malam tepat hingga jam dua siang, totalnya lima belas jam Gara tak sadarkan diri. Beruntung sahabatnya segera membawa ke rumah sakit tepat waktu.
Banyak luka yang sudah bersarang di tubuh Gara karena kejadian semalam. Di kedua kakinya, tangan dan kepala. Untung saja tidak ada cidera serius yang harus membuat dirinya memiliki keterbatasan fisik untuk beraktifitas.
Gara baru saja melenguh pelan, ia merasa lega karena berhasil sadar dari tidurnya yang terasa sangat lama. Begitu membuka mata, hal yang pertama ia lihat adalah atap berwarna putih bersih. Bau obat obatan serta infus di sekitarnya. Pasti sekarang ia berada dirumah sakit.
Semua karena Romeo yang brengsek itu dengan tidak jelasnya menabrak dirinya secara tiba tiba. Tentu ia merasa sangat tidak terima. Namun melihat kondisinya saat ini dengan perban dimana mana membuatnya tidak dapat melakukan apa apa. Gara berdecak, ia merasa haus sekarang.
"Gara, kamu mau ngapain?"
"Gu-gue haus" lirih Gara. Ia terpaksa meminta tolong kepada Dara yang entah bagaimana bisa tahu bahwa dirinya ada disini.
Padahal jelas jelas perempuan itu harusnya masih ada kegiatan magang di sekolahnya.
Astaga! Mengingat sekolah, bagaimana dengan keadaan Soya sekarang?. Sedang apa gadis itu?. Jika sekarang sudah jam dua, bukankah sebentar lagi waktunya pulang?.
Lelaki itu menghembuskan nafasnya pelan, ia merasa pusing dibagian kepalanya. Pasti karena tadi malam sempat terbentur sesuatu saat terjatuh di tumpukan jerami.
"Gar? ini minumnya" ucap Dara menyodorkan gelas berisi air putih kedepan mulut Gara. Ia membantu lelaki itu meminumnya.
"Thanks"
Dara mengangguk, perempuan dengan kemeja berwarna biru muda dipadukan dengan celana bahan warna hitam itu meletakkan gelas kembali ke nakas. Ia duduk disamping ranjang Gara. "Ada yang sakit, Gar? mau gue panggilin suster?"
"Nggak usah" Gara mengurut pelipisnya pelan. Ia harus memikirkan bagaimana caranya bisa kembali sekolah sekarang juga.
Dia belum menghubungi Agung jika masuk rumah sakit, apalagi Soya pasti mencarinya. Ponselnya juga dirumah saat terakhir kali ia memegangnya sebelum balapan dengan Romeo.
"Ada yang bisa aku bantu, Gar?" tanya Dara menatap wajah tampan Gara. Selalu tampan meski ada perban di dahinya.
Gara menghembuskan nafasnya pelan, "Dimana nyokap gue?" ia lebih merasa khawatir dengan ibunya setelah mendengar kondisinya seperti ini.
"Tadi pagi tante udah pulang buat mandi sama istirahat. Beliau nggak tidur semalaman karena jagain kamu. Mungkin sekarang udah perjalanan kesini, aku lihat ada Geo di depan rumah kamu sebelum datang kesini" jelas Dara panjang lebar. Ia senang dapat berduaan bersama Gara dan berkomukasi dengan leluasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
18+ : When We Were Young
Teen Fiction"Aa' ihh. Pelan pelan nyusunya! masih banyak kok" Siapa yang tidak kenal dengan Aan Sandi Negara, sosok lelaki yang gagah, tampan, dan perkasa. Kisah ini menceritakan perjalanan hidup Aan Sandi Negara, ketika usianya menginjak delapan belas tahun...